Back

8.7K 413 2
                                    

Alven's POV

"Jalan kaki saja ya!" pintak Isabell padaku.

"Kan lebih cepat naik mobil"

"Iya, tapi kan lebih enak jalan kaki, lagian deket kok!, dan aku baru sadar kalau aku tidak pernah jalan bareng denganmu"

Aku mencubit pipi Isabell dengan gemas. "Okee-oke! Dengan satu syarat" ucapku.

Isabell menatapku tajam, Aku menatapnya dengan jahil.

"Apa?! kok pake syarat terus, dasar, nyari keuntungan"

Aku mendekatkan wajahku ke arah Isabell, gadis itu mengerjapkan matanya, dan menyandarkan tubuhnya di sisi mobilku, ia mundur selangkah.

Tiba-tiba tangannya mendorong wajahku menjauh.

"Apaan sih Ven! Kalau itu syaratmu aku tidak mau!"

Aku tertawa geli setelah bercanda dengan gadis itu. "Hari ini itu bukan syaratku, tapi semalam iya"

Isabell menatapku kesal, lalu melangkahkan kakinya duluan.

"Hey! aku kan belum kasih tau syaratnya?"

Isabell membalikkan tubuhnya menatapku dengan kesal.

"Kalau mau naik mobil, naik aja! gak ada yang ngelarang,!"

Aku tertawa lagi. "Oke oke,, lupain tentang syarat, anggap ini bukti cintaku padamu"

"Dasar king of gombal!" gumam Isabell. Membuatku terkekeh.

Isabell melangkahkan kakinya di sebelahku. "Kemarin aku bertemu dengan mamanya Crist"

"Terus kalian ngapain?"

"Aku keterlaluan gak ya ngejauhin dia?"

Aku menatap gadis itu sekilas lalu menghela napas. 

"Kalau aku jadi Crist, aku juga pasti tersiksa, dan... aku gak akan bisa bayangin apa yang akan terjadi denganku,"

"Memangnya apa yang terjadi pada Crist?" tanyaku penasaran.

"Dia sakit, dan apa sebaiknya aku juga harus berbaikan dengan Zee?" Isabell bertanya padaku.

" Ya sepertinya begitu, nanti tunanganmu tidak direstui dengan mereka lho" Aku mulai bercanda lagi dan kemudian berlari menjauhi isabell.

"ALVEN!!,...." ia berteriak ke arahku.

Lalu kami mulai berkejar-kejaran seperti kucing dan tikus hingga sampai ke gerbang sekolah.

Isabell berusaha mengatur napasnya setelah berlari-lari, Ia mengusap keringatnya, dan sekarang menatapku tajam.

"KAU... Tega sekali" ucapnya sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

"Hitung-hitung olahraga, biar kurus"

Aku langsung melangkah mendekat Isabell dan merangkul bahunya lalu membawanya masuk ke gerbang sekolah.

"Jangan marah dong!" ucapku berusaha menenangkan emosinya.

Isabell's POV

Aku melihat sosok Zee dengan rambut yang dikuncir ekor kuda sedang piket membersihkan ruang kelas bersama 2 orang temanku yang lainnya, sedangkan anak lainnya sedang membersihkan luar kelas dan beberapa sudah lama meninggalkan kelas.

Aku berbaik hati berusaha mendekatinya, 

Aku sadar kalau menjauhkan Zee bukanlah hal tepat untuk menghilangkan kebencian gadis itu.

Season Of love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang