Bab 8

173 9 0
                                    

31 DESEMBER, KELAHIRAN SESEORANG

Sudah lebih dari satu jam Sopie berhadapan dengan cermin, mempoles wajahnya dengan tumpukan bedak dan lipstik merah muda dibagian bibirnya. Tidak ada tambahan khusus, hanya diperjelas dengan tambahan ukiran pensil alis. Ia melihat ponselnya menyala, mulutnya mendengus ternyata pesan dari operator yang ia harap sebenarnya pesan dari Galih.

Baju polos berbalut outwear dengan rok hitam selutut dan sepatu flat akan menjadi style-nya hari ini. Derr! Ia menatap ponsel saat tahu Galih membuat panggilan khusus disana, panggilan yang memghubungkan wajahnya langsung dengan wajah Galih. Sopie tersenyum saat panggilan terhubung, ia bisa melihat jelas Galih berada dalam mobilnya sedang membereskan belahan rambutnya.

"Masih dandan?" tanya Galih sambil tersenyum.

Ia belum puas mengukir senyumannya yang ikut dibalas oleh Galih. "Sudah selesai, kamu bisa pergi."

"Oke, tunggu aku." pria itu menutup panggilannya begitupun dengan Sopie. Ia mengambil tas kecilnya dan menggendongnya dibalik punggung, yang tentunya sudah ia isi dengan dompet dan beberapa peralatan riasnya.

Ini bukan disebut dengan kencan, Galih hanya mengajaknya yang ia sendiri bahkan tidak tahu kemana akan pergi karena Galih sendiri merahasiakan tempatnya. Katanya hari ini hari spesial Galih. Tahun ini dan satu tahun belakangan ini Sopie sudah tidak merayakan malam tahun baru dengan kakaknya, Yohan. Tahun lalu lebih buruk dari ini. Ia ingat, kakaknya bersenang-senang dengan Mela, pacarnya. Sedangkan ia hanya dikirimi banyak foto mesra kakaknya dan kekasihnya itu. Menghabiskan malam tahun baru di kamar bersama ponsel kesayangan. Oh astaga, hari ini ternyata ada yang mengajaknya untuk merayakan kembang api bersama.

Pasti ia sudah tahu, ponselnya berdering kembali kali ini panggilan dari Yohan.

"Kamu ada acara?" suara berat kakaknya bisa tertangkap saat ia menepelkan ponsel tepat didaun telinga.

Sopie menelan ludah. "Memangnya kalau aku tidak ada acara kakak mau ajak aku keluar."

Diujung sana ia hanya mendengar suara cekikikan dari kakaknya. "Tidak, aku sudah ada acara dengan Mela."

"Aku sudah menduga," Sopie melangkah kaki mendekati mesin pendingin dan mengambil minuman. "Kakak jangan senang dulu, hari ini aku tidak mengurung diri di rumah melihat kembang api disekitar komplek sendiri atau hanya sekadar mendengar petasan tetangga."

Yohan masih terkekeh. Semakin lama selalu menyadari ternyata Sopie benar-benar sudah berubah menjadi Sopie dewasa. "Lalu?"

"Aku akan jalan dengan Galih." ia meneguk minumannya.

"Galih yang kemarin itu?" suara itu kembali normal. Sopie tidak mendegar cekikikan kakaknya lagi. "Hati-hati. Jangan larut malam-malam. Jangan lama-lama. Jangan lupa makan. Minum juga. Bye. Aku harus menjemput Mala."

Ia memutuskan sambungan, selang beberapa menit deru mobil terdengar dari arah luar rumahnya. Saat mengintip dijendela, ternyata benar mobil yang ia hapal betul terparkir di depan rumahnya.

Ia membuka pintu dan memberi senyum menatap Galih yang sedang berjalan membuka gerbang.

"Ets, tunggu jangan dibuka." Sopie menunjuk gerbang dengan jari telunjuknya. Ia memastikan agar Galih tetap diam di depan gerbang dan bergegas mengenakan sepatu serta segera mengunci pintu. Lalu ia berjalan menuju gerbang dan mendekati Galih.

DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang