Uhuk! Sopie batuk tidak karuan. Hampir semalam ia rasa batuknya semakin parah, rasa gatal dan nyeri bersamaan meregah. Mungkin akibat minuman kola yang ia beli disembarang tempat saat mampir di warung sore tadi. Rasa gatalnya terasa menyebar hingga ke seluruh tenggorokan.
Beberapa kali suara batuk terus terdengar dari arah bangku yang Sopie duduki.
"Miss lagi sakit, ya?" tanya salah seorang muridnya.
Sopie mencari sumber suara murid tersebut, matanya mendapati anak perempuan mungil di bangku kedua dari belakang lalu tersenyum. "Cuma batuk."
"Kalau aku sakit mama biasanya kasih aku obat, jadi miss jangan lupa minum obat." Murid perempuan itu ikut tersenyum. "Aku sudah selesai mengerjakan soalnya." sambil menaruh buku, murid berkuncir dua itu kembali menuju bangkunya.
Sopie kembali melanjutkan rutinitasnya mengajar. Saat lonceng kedua berbunyi, tanda istirahat, ia buru-buru menuju ruang guru. Tangannya ikut merogoh tas, berharap ada obat batuk yang senantiasa ia bawa. Musim yang mendukung penyebaran penyakit silih berdatangan; adalah musim dingin. Mulai dari influenza, sampai demam sekali pun.
Ia meneguk air dan obat tablet sekaligus. Hampir obatnya tersangkut dikerongkongan kalau saja ia tidak buru-buru memimun air lagi karena ukuran obat yang begitu besar.
Kalau tidak hidup teratur, bisa-bisa ia terkena flu. Ini hanya batuk biasa, tapi gatal dan masih belum berdahak, mungkin kalau hidupnya tidak sehat seperti makan makanan sembarangan batuknya akan meradang.
Sopie menyandarkan kepalanya dikursi. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh dahinya pelan. Tidak, tidak panas. Ia masih bisa melanjutkan kegiatan mengajarnya lagi.
"Mrs Sopie!" seru Mrs Flo yang tiba-tiba muncul di balik pintu ruang dengan napas yang tercekat-cekat.
Sopie mengangkat kepalanya ikut menoleh ke arah Mrs Flo yang tampak memasang wajah gelisah. "Ada apa, Mrs?"
"Ke ruang uks sekarang. Ada anak murid sakit parah, dia terus menyebut namamu." Mrs Flo hendak berjalan ke arah Sopie, lalu menarik lengan Sopie tanpa seizinya.
"Siapa? Adel?" ia hapal sekali, yang paling dekat dengannya itu hanya satu, siapa lagi kalau bukan adik dari Rexy.
"Betul. Aku tadi sedang berpikir nama anak tersebut, tapi keburu kamu tebak." Mrs Flo mengangguk sambil mengacungkan jemari telunjuknya. "Sudah sana. Kasihan anak itu."
"Baik." Sopie berkata serak.
Ia keluar ruangan dan berjalan melewati beberapa anak yang sibuk berlarian. Masih jam istirahat jadi koridor masih penuh dengan segerombolan anak kecil.
Sopie mengondisikan tenggorokannya dengan cara berdeham kecil. Ia sudah melihat plang bertuliskan ruang kesehatan itu ramai oleh guru-guru seniornya.
"Excuse me." Sopie mencoba menerobos sekumpulan guru-guru dan ia juga melihat Yohan, kakaknya di sana.
"Sopie," Yohan menatap Sopie yang muncul dari arah pintu. Ada raut kelegaan yang terpacar dari wajah Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desember
RomanceCopyright©2017-All Right Reserved by Seha. All Plagiarism Will be Snared. "I love you." "Oh, I see?" "You know that?" "Of course." "Why do you know? May be I've not had time to say and probably will never tell you." "From your gaze." "You love me?" ...