Bab 13

117 9 0
                                    

Galih berjalan menaiki lift dan tiba di toko buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galih berjalan menaiki lift dan tiba di toko buku. Tempat ini sudah menjadi list kesukaan Galih selain karena buku yang tersedia begitu lengkap, juga dekat dengan tempat-tempat strategis seperti restauran favorit keluarganya. Meskipun jauh dari rumah, Galih selalu senang bila mengunjungi toko buku ini.

Setelah mencari buku, ia akan ke tempat Gugum dan bergabung bersama seudara kembarnya itu.

Galih hanya melambai setelah sampai di tempat Gugum berada.

"Angga?" Tanya Galih kaget.

Seseorang yang Galih panggil dengan sebutan 'Angga' menoleh, begitu pun dengan Gugum. Galih tidak tahu Gugum yang mana karena mereka menoleh bersamaan. Wajah mereka begitu mirip, tapi saat melihat pakaian Gugum yang sedikit berantakan tidak seperti saudaranya yang rapi memakai kemeja dengan kancing tertata rapi, Galih yakin itu pasti Gugum.

"Yo, bruh. Perkenalkan Angga saudara kembarku." Galih hanya diam saat Gugum menyeretnya dengan cara merangkulnya menuju Angga saudara kembar Gugum. Mereka sangat mirip dilihat dari sisi mana pun hanya belahan rambut yang membedakan dan satu lagi tentunya gaya berpakaian.

"Ya, aku tahu terakhir kali aku melihatmu kita sedang ada di bandara bukan. Aku tidak pernah lupa." Galih ingat empat tahun yang lalu ketika Gugum meminta menemaninya ke bandara karena kembarannya itu akan pergi studi ke Amrik adalah pertemuan pertama dengan Angga.

"Oiya, aku lupa. Yang mengantarku waktu itu kamu kan, Galih?" Galih melihat Gugum menepuk keningnya sendiri. "Aku kadang suka lupaan." Lalu Gugum berlalu menuju pelayan untuk meminta menu makanan.

"Dimana Rexy?" Galih mengedarkan pandangan saat tahu Rexy tidak ada di sana setelah beberapa perbincangan berlalu.

Gugum menggeleng sedangkan Angga hanya diam menatap ponselnya sekilas. "Mungkin sebentar lagi juga sampai." Angga membalas.

"Ada masalah? Wajahmu muram sekali." Galih duduk bersebelahan dengan Angga menunggu kembaran Gugum itu menjawab.

"Sedikit, tapi sudahlah ini bukan urusanmu." Angga menoleh ke samping ke arah Galih berada. Angga sempat dengar sedikit cerita Galih dari Gugum. "Katanya kamu jago bermain piano. Nanti akan ikut kompetisi ke New York, ya?"

Galih hanya mengangguk.

"Aku tahu kamu juga dipaksa oleh orang yang bernama Lusi. Katanya pendaftarannya juga dia yang lakukan. Bagaimana bisa? Lucu sekali. Pasti orang itu sangat menyebalkan." Angga bercerit lagi tentang sepengetahuannya terhadap Galih.

"Aku tidak tahu. Kalau aku tidak ingin ikut aku hanya tidak perlu perfom bukan? Atau tidak perlu pergi ke New York."

"Ya, betul." Angga mengangguk. "Nanti kalau kamu perfom di New York aku akan hadir melihatmu."

"Baiklah."

"Aku sudah menyimpan nomormu. Nanti aku kabari."

Gugum datang dengan menu ditangannya, lalu menanyakan kepada Galih menu apa yang paling enak di restauran favorit keluarganya itu. "Maksudku menu enak tapi sedikit murah gitu." Gugum terkekeh.

DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang