Sopie dan Yohan bergegas menuruni taksi berjalan lebih dulu meninggalkan Galih yang sedang menyeret dua koper berwarna toska milik Sopie dan biru miliknya, menanggung semuanya seakan Galih adalah pembantu. Mereka masuk berdesakan dengan orang-orang, karena pagi ini bandara ramai seperti biasanya. Sopie menantap ke arah Galih terus menjejalkan kakinya karena dorongan Yohan hingga sampai di tempat check in.
"Apa aku bisa percaya dengan Galih?" Yohan berbisik.
Sopie mengangguk. "Percaya padaku bahwa Galih adalah orang baik."
"Hati-hati, aku tidak sepenuhnya memercayai dia."
Galih menyusul tampak terengah-engah karena membawa dua koper sekaligus miliknya dan Sopie, ia melirik Yohan sedang berbincang-bincang dengan Sopie. Batinnya seolah berbicara kedua kakak beradik tersebut baru saja membicarakannya.
"Galih," Sopie berdiri menyuruh Galih untuk duduk. "Kamu lelah?"
"Tentu saja." Galih duduk disebelah Sopie menyabotase perhatian Sopie yang tadinya penuh dimiliki Yohan.
"Jangan lama-lama, uhmm dan jaga kesehatan."
Sopie sungguh merasa dirinya seperti seorang anak yang takut ditinggal oleh orang tuannya. Yohan melebihi dari sekadar orang tua rusuh karena ditinggal anaknya bermain.
Sopie dan Galih hanya tinggal menunggu di boarding gate. Diselang waktu menunggu keberangkatan diam melanda ruang keduanya. Mereka hanya diam. Sopie memikirkan akan seperti apa nantinya di Amerika nanti? Bagaimana seŕu atau buruknya dengan kondisi kesehatannya. Yohan tidak memikirkan apa-apa, diam menumpu kakinya sambil bersiul ria.
Cukup lama menghabiskan waktu, pengeras suara yang tergantung ditiap-tiap penyangga atas bandara sayup-sayup berbunyi mengeluarkan suara serak perempuan yang menginformasikan bahwa keberangkatan rute Jakarta-New York akan segera berangkat. Mereka berdiri dan memposisikan arah jalan agar bergegas memasuki gate tiga. Petugas memeriksa tiket keduanya dan berjalan dengan hasil mulus tanpa masalah.
Galih dan Sopie telah sempurna menaiki awak pesawat setelah menjalani beberapa pemeriksaan yang merepotkan. Galih memilih duduk dibangku dekat jalan dan membiarkan Sopie duduk di samping kaca, mereka menyandarkan tubuhnya ke bantalan kursi.
"Welcome all of our passengers have been at an altitude of 10,000 feet above the air, please remove your seat belt, plane with flight number JNY25 with Jakarta-New York destination..." sahut pilot yang berbicara di dalam kokpit melalui lubang speaker yang entah di mana tertanam di badan pesawat. Galih memandangi Sopie gemas karena kesulitan melepas sabuk pengaman, lalu mendekatkan tubuhnya untuk membantu Sopie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desember
RomanceCopyright©2017-All Right Reserved by Seha. All Plagiarism Will be Snared. "I love you." "Oh, I see?" "You know that?" "Of course." "Why do you know? May be I've not had time to say and probably will never tell you." "From your gaze." "You love me?" ...