Ini adalah hari kedua mereka setelah libur panjang. Pembelajaran masihlah belum efektif.
Gio hanya duduk anteng di kelas dengan ponsel Putra di tangannya. Lagi seru-serunya ngestalk Aga lewat akun instagram Andrew. Tidak ikut merusuh seperti biasa bersama teman-teman sekelas. Entah cowok ataupun cewek. Semua yang ada di IPS itu sama saja. Duduk di kiri dan kanan koridor dengan bangku kelas yang mereka seret keluar. Membuat koridor IPS kelas dua belas terlihat mengerikan di mata dedek-dedek emesh yang baru saja masuk SMA.
Putra termasuk ke dalam salah satunya. Duduk tenang dengan bibir yang menyeringai. Sesekali menggoda dedek-dedek yang dibawa oleh panitia MOS, dan melewati koridor mereka dengan terpaksa karena sedang dalam tahap pengenalan lingkungan sekolah.
"Tolong dong, kalian jangan duduk di sini. Sempit tau kalo mau lewat." Salah satu dari panitia yang merupakan siswi kelas sebelas memprotes tindakan tak berfaedah mereka. Terlihat sombong hanya karena nama 'panitia' tersemat di dadanya dan pasti akan dilindungi oleh pihak guru. Tapi, memangnya anak IPS peduli?
Di dalam, Gio beranjak dari duduknya dan melangkah keluar. Ia berhenti tepat di depan anak kelas sebelas tadi, seolah sengaja menghalang jalan mereka.
"Put, kuota lo abis!" Dengan wajah tanpa dosa, ia mengembalikan ponsel Putra. Putra menganga.
"Ganti kuota gue!" Serunya kesal sambil mengambil ponselnya dengan kasar. Gio tidak peduli, nanti juga Putra sendiri yang akan merampok uangnya dari dompet. Ia meregangkan tubuhnya dan menguap. Pegal karena terus duduk diam tak bergerak.
"Permisi! Saya mau lewat!" Suara bernada songong itu menarik perhatiannya. Gio sedikit menunduk untuk menatap siswi itu. Sudut bibirnya terangkat dengan nista. Gio bukan anak baik-baik kalau kalian mau tau. Masuk ke BK karena kasus itu hal biasa.
"Wah! Anak IPA kan nih?" Tanya Gio pada teman-temannya. Mereka mengiyakan. Mengomporinya untuk melakukan sesuatu.
Gio berkacak pinggang. Menatap gerombolan yang awalnya tidak ia pedulikan itu dengan bibir menyeringai.
"Nggak boleh lewat sini, dek. Lo nggak liat tuh, mereka pada ngeblokir jalan? Mutar sana!" Ujarnya. Teman sekelasnya mulai menyorak.
"Kakak bakalan kena kasus kalo menghambat proses pengenalan sekolah saat ini! Mending kasi saya jalan!"
Gio membuat wajah kaget yang lebay. Tangan kanannya menutup mulutnya dan menatap teman-temannya dengan tatapan takut.
"Aduh, gimana nih? Gue bakal kena kasus!" Ujarnya dengan nada mengejek.
Mereka tertawa. Putra menendang kaki Gio pelan sebagai candaan.
"Sana! Biarin dia lewat kalo lo ngga mau kena kasus! Nggak lulus baru tau rasa lo!" Seru Putra sok khawatir. Gio ikut tertawa dan bersedekap dada.
"Ha! Berhubung tahun terakhir nih! Ngejailin adek kelas diawal tahun, gapapa kali kan?" Tanyanya sambil tersenyum miring.
"Permisi! Permisi!"
Dari balik gerombolan itu, dua orang makhluk bening —di mata para cewek— muncul. Senyum miring Gio pudar dan terganti oleh senyum sumringah secara otomatis.
"Hei, Aga." Sapanya pelan saat pemuda berwajah datar itu melintas di depannya. Aga hanya melirik sekilas. Manik sehitam malam itu mungkin rabun karena tidak bisa melihat raut penuh puja yang Gio umbarkan.
"Kalian lagi pada ngapain?" Andrew segera menahan lengan Aga yang kelihatan sekali ingin cepat-cepat minggat dari sana.
Hampir semua anak IPS kelas dua belas mengenal Andrew. Pemuda itu selalu main ke IPS kalo lagi suntuk dan ikut melakukan kenakalan-kenakalan khas anak SMA bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET [SELESAI] ✔
RomanceAh... jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan. Apalagi saat kau sadar bahwa orang itu tidak akan bisa kau raih. [10 Juli 2017 - 28 Desember 2017] Cover yang indah ini dibuat oleh @Jyunjun INI CERITA GAY. MPREG JUGA YA. ALIAS COWOK HAMIL. MOHON JANGAN...