tiga puluh

65.8K 8.1K 532
                                    

Aga membuka kedua matanya. Ia mengerjap pelan, lalu mengerang dan melihat jam. Pukul 3 pagi. Ia menghela napas dan mendudukkan dirinya.

Kepalanya menoleh menatap Gio yang tengah asik tidur hanya dengan menggunakan bokser.

Aga terdiam. Mengingat apa yang dilakukan Gio padanya kemarin, lalu berdecak. Rambut hitamnya ia acak kasar.

Kenapa dia bisa semurah itu?

Manik sehitam arangnya menatap ke arah kedua tangannya dengan datar.

Seharusnya dia memberontak kemarin.

Ah, sial.

Ia mendengus pelan, lalu menyibak selimut yang membungkus kakinya dan beranjak dari duduknya. Aga bergidik pelan saat rasa dingin menusuk telapak kakinya.

Ia mengambil ponsel Gio yang tergeletak di atas nakas, lalu menggerutu saat ingat bahwa baterai ponsel itu habis. Ia melihat ke sekeliling, lalu segera mengambil charger yang tergeletak di lantai dekat meja belajar dan mencoloknya.

Sembari menunggu baterai ponsel Gio terisi, Aga memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar Gio dan mandi.

Aga mandi kilat. Beberapa menit kemudian dia keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggang. Dengan santai, ia membuka lemari baju Gio seolah lemari itu adalah miliknya dan mencari baju yang sekiranya cocok untuknya. Setelah ketemu, ia segera mengenakannya.

"Mhnn.."

Aga melirik. Kaki Gio menendang selimut, lalu mengambil bantal dan memeluk bantal tersebut. Bibirnya terbuka.

Aga tersenyum miring dan mulai mengancingkan celananya. Handuk tadi ia kalungkan ke leher, lalu mengapit kaos yang akan ia pakai dengan lengannya dan menghampiri ponsel Gio. Ponsel itu ia hidupkan.

Setelah menunggu beberapa saat, diceknya pulsa Gio. Setelah memastikan pulsanya ada, Aga segera mendial nomor ponsel Andrew.

Lalu, saat bunyi sambungan kesekian, barulah suara serak khas orang bangun tidur terdengar dari seberang sana.

'Halo..'

"Ann..." Jemari Aga memainkan bagian lengan kaosnya, "Jemput gue ya."

'...'

"Ann?"

'...lo tau nggak ini jam berapa?'

Bibir Aga mencebik, "Jam 3 lewat."

'..lanjut tidur dulu sana, gih! Gue masih ngantuk. Emangnya lo dimana?'

Kaki Aga menghentak pelan dengan wajah cemberut, "Di rumah Gio. Kemarin kan hujan, jadi gue nginep di sini. Jemput sekarang, Andrew!" rengeknya.

'Kenapa nggak Gio aja yang nganter lo balik?'

"Dianya masih tidur."

'Ya bangunin, goblok!'

"Nggak mau! Maunya lo yang jemput!"

Andrew mendesis kesal diujung sana. Suara derit ranjang terdengar, lalu erangan sebal.

'Siap-siap cepetan lo! Dasar manja!'

"Oke! Hati-hati ya, sayang! Lop yu! Muah!"

'Jijik!'

Dan Aga langsung memutuskan sambungan teleponnya, lalu meletakkan ponsel itu di atas meja belajar.

"Ngh.. Aga?"

Sebelah mata Gio terbuka dengan sayu. Ia menatap Aga dengan tatapan tidak fokus.

Aga segera memakai kaosnya, lalu mendekati Gio dan mengelus pelan kepala pemuda itu.

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang