+Err.. Bonus?+

70.2K 5.7K 1.8K
                                    

KEJUTAAAAAN~
__________________________________

Jemari panjang itu bermain-main di sela rambut hitamnya. Sesekali berpindah ke ujung rambut yang telah melewati bahu untuk memelintirnya beberapa kali, atau naik untuk menyisir helaian tersebut.

Aga menggigit biskuit cokelat yang ia ambil dari dalam stoples di atas meja, tanpa mengalihkan tatapannya dari layar televisi.

"Aku pengen punya rumah kayak rumahnya John Wick," ujarnya tiba-tiba.

Gio menoleh, "Terus? Kita harus ngerenovasi rumah ini gitu?" tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat.

"Enggak lah. Kan cuma 'pengen' doang. Bukan berarti harus punya. Btw, ini biskuitnya enak."

Stoples itu kini berpindah ke pangkuannya.

Gio hanya mendengus pelan dan semakin mendekatkan kepala itu. Tangannya tak bisa berhenti memainkan rambut Aga yang semakin panjang. Lalu, ia membenamkan hidungnya di helaian rambut tersebut, dan menghirup wangi sampo yang menempel di sana. Ah, dia suka sekali pada helaian panjang ini.

Aga melirik, "Gimana kalo aku potong rambut?"

"Kamu mau ngeliat aku nangis tujuh hari tujuh malam?"

Bibir si Cantik itu menyeringai, "Boleh. Pasti seru."

Gio menghela napas, "Ya udah. Kamu mau potong rambut?"

Seringaian Aga menghilang. Ia berdecak, "Stop it."

"Hah?"

Tubuh Gio didorongnya.

"Berhenti bersikap kayak gitu," gerutu Aga.

"Apanya?"

"Jangan pura-pura dewasa!" seru Aga kesal.

Gio memutar bola matanya, "Aku udah kerja, Ga. Aku memang dituntut jadi dewasa."

"Heh, newbie, gue udah kerja dari SMA, tapi gue ngga gini-gini amat. Ngga asik kalo lo dewasa! Ntar kita ngga bisa berantem!"

Dahi Gio mengerut, "Kan dewasa keren, Ga. Lagian bagus dong kalo kita ngga berantem?"

"Ngga berantem itu ngebosenin. Lo mau gue selingkuh sama brondong?"

"Kamu berani?"

"Dih, kenapa gue mesti takut?" gerutu Aga, dan menggigit satu biskuit lagi. Lalu, biskuit yang tinggal setengah karena habis ia gigit itu, ia suapkan ke Gio.

Stoples yang sedari tadi berada di pangkuan Aga, Gio letakkan ke atas meja seperti semula. Lalu, menarik si cantik yang sudah tumbuh dari seorang pemuda, menjadi seorang pria yang semakin menawan ini, untuk duduk di pangkuannya.

Aga harus menunduk untuk bisa menatap Gio.

"Kayaknya ngga lama lagi, tinggi kita bisa sama nih," ujar Aga sambil menyeringai senang. Dulu saat mereka pertama kali bertemu, jika Aga menabrak Gio, kepalanya pasti tertuju pada punggung lebarnya atau dada bidang 'suami'nya tersebut. Sekarang, kepalanya sudah bisa membuat hidung Gio berdarah atau minimal memerah jika tidak sengaja mereka terantuk. Yah, pertumbuhan yang lumayan signifikan.

Gio berdecih. Tangannya menarik kepala Aga supaya lebih menunduk lagi, dan mencium bibirnya.

Kedua lengan Aga, melingkar di leher Gio. Sebelah tangannya meremas pelan rambut itu, lalu menariknya hingga Gio mendongak, dan melepaskan ciuman mereka.

"Aku mau kita ganti posisi!" seru Aga tiba-tiba.

Sebelah alis Gio terangkat, "Maksudnya?"

"Aku mau jadi Top."

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang