tiga puluh tiga

65.6K 7.6K 879
                                    

Gio meringis dalam hati.

Kenapa Aga malah menciumnya lagi?!

Oke. Gio mengaku, dia memang suka sekali dicium seperti ini. Tapi, sekarang adalah saat yang tidak tepat!

Apalagi, dia bisa merasakan bahwa kekasih cantiknya itu frustrasi saat bibir lembut itu menggigit pelan dan melumat rakus bibirnya.

Lengan kanan Aga memeluk leher Gio, sementara tangan kirinya tetap menahan wajah si tinggi agar tidak menjauh darinya.

Gio membuka kedua matanya perlahan. Jemari kirinya naik ke atas dan merambat ke dagu Aga, lalu bergeser perlahan menuju bibirnya hingga menutup akses Aga untuk mengeksplor bibir Gio seperti tadi.

Kedua mata Aga langsung terbuka.

Mereka saling tatap selama beberapa detik, hingga akhirnya Gio menjauhkan jemarinya tadi dan mengecup bibir Aga pelan, lalu menarik tengkuk pemuda itu agar wajahnya terbenam diantara ceruk leher Gio.

Aga refleks memeluk tubuh besar kekasihnya.

Gio menoleh. Menatap Renaga yang mengalihkan tatapannya ke arah lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangan pria itu bersedekap dada.

"Om.."

Renaga melirik.

Gio tersenyum tipis, "Maaf kalau saya ngga sopan, tapi Om ada perlu apa?"

Dibalik bahu Gio, Aga mengintip.

"Ada yang mau saya omongin sama laki-laki yang ada dipelukanmu itu."

Nada bicaranya tajam.

"Ah.. kalo gitu, bisa Om keluar dulu dan tunggu sebentar? Nanti kami akan segera menyusul keluar. Lebih enak bicara di sana dari pada bicara di tempat seperti ini."

Mata Aga membola. Ingin mengangkat kepalanya, tapi ditahan oleh tangan besar Gio. Rengkuhannya terhadap tubuh besar itu ia lepas, dan berganti memukul dada bidang kekasihnya. Minta dilepaskan.

"Saya tunggu di luar," ujar Renaga.

Setelah pria itu pergi, barulah Gio melepaskan tangannya dari kepala Aga.

"Lo gila?!" seru si cantik itu langsung, "Gue nggak mau!!"

"Lo harus mau."

"Enggak! Gue mau pulang!"

Aga segera turun dari wastafel yang sempat menjadi tempat duduknya itu.

Gio dengan cekatan menahan lengannya, dan mengurung tubuh kurus itu dengan tubuh besarnya.

"Gue nggak mau, Gio!!"

"Terus, sampai kapan lo mau begini?" tanya si tinggi pelan.

Aga terdiam sesaat, lalu menatap manik jati itu dengan nanar. Ia menelan ludah, "Gue udah dibuang sama dia, Yo. Gue udah dibuang," bisik Aga, "Lalu, sekarang untuk apa lagi, hm?"

Tatapan Gio melembut. Ia mengusap pelan rambut sehitam arang itu dengan tenang. Lalu, kembali memeluknya.

"Sayang.."

"Gue nggak mau.." Aga bersikukuh.

"Lo tau kan, kalo gue cinta sama lo?"

Kepala dipelukannya mengangguk samar.

"Gue nggak mau hubungan lo sama bokap lo buruk terus. Nggak ada salahnya kan kalo kalian baika-"

"Salah!"

Pelukan tadi dilonggarkan. Manik jati itu menatap lurus ke arah mata Aga.

"Jelaskan ke gue, kenapa hal itu bisa salah."

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang