tiga puluh lima

62.5K 7.8K 1.2K
                                    

Aga tak pernah menegurnya setelah kejadian 'ingin coming out'nya Gio kemarin. Jangankan menegur, menatapnya saja Aga tidak.

Gio kacau jadinya. Apa keinginannya yang satu itu benar-benar tidak tepat pada waktunya? Gio hanya ingin mereka melewati ini semua dengan cepat, lalu menikmati kebersamaan mereka dengan bebas. Dia tidak ingin ada yang ia sembunyikan dari kedua orang tuanya, terutama dari sang Mama. Ada sesuatu yang mengganjal jika ia melakukan hal itu.

Lagipula, bukankah semakin cepat, maka akan semakin baik?

"Lo lagi ada masalah sama Aga?"

Gio menoleh menatap Andrew yang mendudukkan dirinya tepat di sebelah Gio dengan tangan yang sibuk memegang roti bakar. Gio menghela napas dan mengangguk.

"Kok lo tau?" Kedua alisnya berkerut tak senang.

Andrew memutar kedua bola matanya jengah, "Soalnya si Aga merengut mulu dari beberapa hari lalu. Ya kalo bukan karena lo, siapa lagi?''

Gio kembali menghela napas. Dagunya ia topang dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya asik mengaduk minuman yang ia pesan dengan sedotan.

"Kalian berantem kenapa?" Andrew menatapnya datar.

"Gue pengen coming out ke bonyok gue."

Sebelah alis Andrew terangkat, ''Lo nggak waras? Kecepetan, oi! Wajar kalo si Aga marah ama lo!"

"Apanya yang kecepetan? Kalo enggak sekarang, kapan lagi?'' Gio menatapnya tajam.

"Pas lulus kek, kapan kek,'' gerutu Andrew. Kenapa harus sekarang?

"Drew, kalo pas lulus, yang ada gue dijodohin duluan sama nyokap gue. Lagian kan kalo makin cepet makin bagus.''

"Iya, makin cepet juga kalian pisahnya!"

"Kok lo ngomongnya gitu? Lo nggak suka, kalo gue sama Aga?'' Hati Gio panas. Tidak terima dengan perkataan Andrew.

Andrew mendengus kesal, ''Ya lo pikir aja, emang lo udah yakin kalo bonyok lo bakalan nerima Aga? Udah pasti?''

"Ya kalo belum dicoba, siapa yang tau?''

"Ga perlu dicoba, gue udah tau!''

Andrew beranjak dari sana dengan kaki yang menghentak sebal. Bibirnya menggerutu dan memakan roti bakarnya dengan kesal. Oke, jika Gio inginnya Coming out cepet-cepet, tapi kan nggak langsung mendadak juga gitu! Kasi kode dulu kek ke bonyoknya atau kasi tanda-tanda apa gitu, jadi kalo mereka nangkep sinyal-sinyal kehomoan si Gio dan reaksi mereka bagus, baru deh coming out. Lancar!

Gio mengusap wajahnya kasar, lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Apa keinginannya ini benar-benar salah? Apa dia harus menunggu hingga saat yang tepat bagi Aga dan Andrew itu tiba?

'Drrtt!' 'Drrtt!'

Ponselnya bergetar. Gio merogoh sakunya dengan malas, lalu menyalakan layarnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Dari nomor tidak dikenal. Siapa?

'Ke perpus sekarang.'

Gio mengerjap. Aga? Ini pasti Aga. Dia udah beli ponsel baru? Kenapa Gio baru tau?

Tanpa basa-basi lagi, Gio langsung beranjak dari duduknya dan berlari kecil menuju lantai paling atas sekolahnya. Berlari menuju tempat yang menjadi saksi atas banyak moment antara dirinya dengan Aga terjadi.

Dan benar saja. Saat ia sampai di tempat tujuannya, sosok Aga yang tengah menikmati semilir angin dari jendela yang berada di sampingnya itu menyapa kedua matanya.

Gio pun menghampiri kekasih hatinya itu.

"Ga..." panggilnya pelan, lalu duduk di tempat yang biasa ia tempati. Di depan Aga.

SECRET [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang