4. study!

3.7K 182 0
                                    


Mereka kembali duduk di meja makan untuk sarapan bersama, mau tidak mau Anna harus memikirkan juga orang dihadapanya ketika meninggalkanya ke kampus.

"Hey, hari ini aku akan ke kampus, kau jangan keluar rumah atau membukakan pintu untuk orang asing ok?" Ujar Anna. walau bagaimanapun ia tidak bisa tidak peduli, faktanya dia itu idiot. bisa saja kalau dia keluyuran lalu hilang dan ia yang akan kena marah ayahnya.
Benar-benar berperan jadi babysitter

"Kapan Anna akan pulang?" suara Dion terdengar merengek.

Sebenarnya Dion juga merasa takut sendirian didalam rumah,apalagi dia belum mengenal lingkungan disini. kalau kemarin-kemarin ada Levy yang menemaninya.

"Yahh tidak akan lama, jam 4 sore mungkin, itupun kalau aku tak ada tugas tambahan" Anna beranjak dari duduknya, membawa dirinya kedapur dan mengeluarkan beberapa makanan instan dirak dapur.

"Nah ini untuk mu, jika kau lapar kau hanya tinggal membukanya, semua makanan ada disini..." ujarnya.

"Jangan sesekali mencoba menghidupakan kompor" lanjut Anna dengan jari lentiknya menujuk kearah kompor gas.

Matanya melirik jam dipergelangan tanganya, sebentar lagi ia harus berangkat.

"Oh yah" tangannya merogoh sesuatu dalam ranselnya, mengambil secarik kertas dan menuliskan beberapa digit angka disana.

"Ini nomor ponselku, jika ada sesuatu hubungi aku"

Dion menerimanya, ia mengangguk mengerti dan menyimpan kertas tersebut disakunya.


****

"Ann aku sangat merindukanmu"

Terdengar suara nyaring berasal dari belakang tubuh Anna, kedua tanganya erat merangkul pingganya.

"Yak!" Sebuah jitakan mendarat mulus pada kepala orang dibelakangnya. Orang itu mengelus pelan rambut hitam klimisnya, terasa sedikit nyeri.

"Kau kekanakan sekali" desis Anna.

"Wah ini..."

"Ssstt" sebelum mulut ember Nathan berucap lebih, Anna lebih dulu memperingatinya.

"Kau akan mati jika berani buka mulut!" ya tuhan, ancaman macam apa itu? namun Nathan malah menggodanya.

"Tanganmu jadi lebih cantik dengan cincin itu Ann, aku ucapkan selamat dan aku akan tutup mulut ok?"

Ia berbisik diakhir kalimatnya, Nathan sudah hafal karakter Anna. dia tidak begitu suka memakai riasan tangan, mengingat ia akan ditunangkan dengan anak rekan kerja ayahnya itu, Nathan sudah bisa menebak itu pasti cincin tunangan mereka, bentuknya indah dengan mata berwarna shapphire blue.

Ia jadi ingin punya pasangan, meski tidak bertunangan setidaknya ia bisa bertukar cincin pasangan dengan kekasihnya.

oOo

Dosen sedang menerangkan, entah kenapa pikiran Anna jadi tidak fokus sekarang, setengah otaknya berlari pada orang yang sedang berada dirumahnya saat ini, bukan peduli, ia hanya khawatir, ah! sama saja. intinya ia merasa tidak tenang sekarang.

Bagaimana kalau rumahnya kedatangan perampok dan anak itu mempersilahkan mereka masuk? ia tidak peduli kalau dia diculik atau dibunuh. Anna lebih memikirkan barang-barang dirumahnya, jahat!

Atau bagaimana kalau dia kelaparan lalu mencoba memasak? dia menyalakan api dan apinya membesar membuat rumahnya kebakaran.

"Ashh!" Anna mendesis disela-sela lamunanya.
Ia mendongak dan mendapat tatapan tajam dari pak marko. dosennya yang mejelaskan tadi, ah rasa nyeri dikeningnya tadi berasal dari spidol snowman yang dosennya pegang.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang