Bel kampus sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, dari tadi yang Anna lakukan hanya menunduk memandang meja, wajahnya tertekuk sejak tadi.
suasana pagi ini sungguh mengesalkan, seharusnya ia senang dengan kedamaian paginya tanpa Nathan yang selalu mengejutkanya atau berbicara aneh-aneh padanya. tapi, rasanya hampa juga tanpa suara berisik lelaki imut itu, sudah dua hari ini Nathan mendiaminya.
Berawal dari perdebatan mereka dikantin 2 hari yang lalu, memang salah Anna sih, tapi dia juga tidak mau meminta maaf duluan, biasanya lelaki itu akan baik sendiri seperti biasanya. tapi sekarang bahkan tidak ada tanda-tanda ia mengajak berbaikan, Nathan sering menghabiskan waktunya disuatu tempat yang Anna pun tidak tau keberadaanya, entah itu diperpustakaan atau mungkin dia sudah punya teman baru dan melupakanya.
Anna mendengus sedih jika benar-benar Nathan melupakanya begitu saja.
***
Pelajaran telah berakhir, semua siswa mulai melenggang keluar.
Anna melihat Nathan masih membereskan barang-barang nya, ia ragu, tapi kakinya masih melangkah mendekati kursi yang diduduki Nathan."Ekhmm..." ia berdehem menetralkan suaranya.
Pergerakan tangan lelaki itu terhenti saat sebuah tangan memegang buku yang akan ia masukan kedalam tas.
Kedua alis lelaki itu mengernyit, mata kecilnya memandang gadis yang berdiri disampingnya, masih dengan memegang bukunya.
Anna tersenyum kikuk mendapat tatapan datar seperti itu.
"Bisa kau tidak menggangguku?" Senyuman Anna luntur seketika dengan ucapan Nathan barusan, ia menarik buku catatan itu dengan paksa.
"Kau masih marah padaku?" Akhirnya pertanyaan yang ingin Anna utarakan sejak kemarin bisa tersampaikan.
"Ayolah Ann, aku ada janji menonton hari ini, bisa kau kembalikan buku ku?" Kenapa malah jawaban seperti itu, bukan menjawab pertanyaanya, dan dia bilang dia punya janji menonton hari ini dengan seseorang? dia ternyata sudah punya teman baru dan melupakanya.
Wajah Anna sedikit menunduk, terlihat sirat kesedihan dimatanya, perlahan ia menyimpan buku milik Nathan dimejanya.
"Pfftt..." tak lama ia mendengar suara Nathan seolah menahan tawanya, Anna berbalik menatap heran.
"Hahahaha astaga lihat wajahmu, murung sekali. kau juga berkaca-kaca, apa kau akan menangis?"
Nathan menggebrak meja diiringi tawanya yang lepas, ia sangat puas jarang-jarang ia bisa membuat wajah Anna menyedihkan seperti itu.
Anna mengepal erat tangannya, ia sangat kesal, bagaimana bisa orang ini mempermainkan perasaanya.
BRAK!
"Akh! yak, kenapa kau menendang kakiku" suara tawa tadi berganti dengan ringisan
"Bodoh, aku membencimu" dan pukulan bertubi-tubi dilayangkan Anna dengan buku milik Nathan yang berada diatas meja tadi.
"Sakit Ann" Nathan mencoba menghindar, walaupun percuma saja. kepalanya dapat pukulan yang tidak biasa.
"Rasakan sialan!" umpat Anna setelah menyudahi aksinya.
Nathan menghela nafasnya...
"Aku senang akhirnya kau sadar"
"Kau pikir aku koma?" Anna mendelik tak suka.
Nathan malah terkikik dibangkunya, sejujurnya dia juga merasa hampa jika terus mendiami Anna, tapi sekali-kali ia tidak mau mengalah dan bersikap egois."Oh yah, bukannya kau ada janji? Sudah cepat pulang sana" Anna segera pergi dari tempat duduk Nathan.
"Eii... seseorang tengah cemburu" gumam Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART [END]✔
RomanceKupikir ketika aku menyayangi mu yang idiot, hidupku sudah bahagia,nyatanya sosokmu yang baru sangat menyakitiku. Can i restart our meeting? Bisakah kita memulai lagi pertemuan kita? Mungkin dengan begitu aku tak akan menyerahkan hatiku. Publish : 1...