24. the choice

3.4K 167 2
                                    

Sudah pukul 3 sore, Nathan masih berkeliling mencari alamat rumah Dion, ia tidak tau akan kemana karena dirinya sama sekali tak tau tempat tinggal lelaki itu.

Sepanjang jalan Nathan mengingat percakapan dirinya dan Anna dulu, ketika gadis itu marah-marah saat tau dirinya akan dijodohkan.
Setiap kali mereka bertemu wajah cantik sahabatnya itu selalu menekuk muram karena rasa benci pada tunangan idiotnya.
Namun sekarang dunia mereka malah jungkir balik, Nathan tau Anna mengharapkan Dion setidaknya untuk memperbaiki hubungan mereka namun disisi lain, Dion yang sudah menetapkan hatinya pada seseorang yang sudah lebih dulu mencuri hatinya.

Kisah yang lucu namun kejam secara bersamaan.
Dia juga tak bisa menyalahkan Dion sepenuhnya, karena lelaki itu memang tak sengaja melupakan semua moment berharga antara dirinya dan Anna.
Jika kembali mengingat masa dimana Anna dan Dion bahagia maka ada wanita lain yang merasa tersakiti juga.
Dia cinta pertamanya, jadi ini lah mungkin yang disebut keadilan bagi mereka.

****

Sudah 1 jam yang lalu Anna tertidur, Nathalie masih setia duduk menemani Anna diruangan ini.
Ia tak mendapat kabar dari Nathan sejak kepergianya beberapa jam yang lalu.
Saat ia sedang termenung tiba-tiba sebuah ide melintas diotaknya.
Dengan cepat ia menghubungi Nathan.

Nathan yang mendengar ponselnya berdering segera mengangkat panggilan dari kekasihnya.

"Nathan, apa kau sudah sampai dirumah Dion?"

"Aku belum menemukannya"
Suara Nathan terdengar lemah diujung sana.

"Begini saja, kau cek kontak ponsel Anna siapa tau ada nomor Dion atau keluarganya, kau masih memenggang kunci rumahnya kan?"
Benar juga, dapat pemikiran dari mana kekasihnya itu? seketika kedua bola mata Nathan mengerjap dan ia tak terlihat lesu seperti sebelumnya.

"Aku akan memeriksanya,terimakasih Thalia"

Setelah memutus sambungan Nathan memutar balik kemudinya dan dengan kecepatan tinggi mobilnya melaju ke rumah Anna, semoga saja ada yang bisa ia hubungi.

Ia menggeledah kamar Anna setelah sampai disana.
Dan berhasil menemukan ponselnya diatas tempat tidur, syukurlah ponselnya tidak diberi kode akses, memudahkanya masuk.
Hanya ada beberapa nomor disana dan tak ada nomor Dion.
Nathan berinisiatif memanggil semua nomor yang ada dikontak ponsel Anna lalu bertanya mengenai alamat rumah Dion.

Sudah percobaan yang ke 10 dia belum menemukanya kali ini ia menghubungi kontak yang bernama Jimmy.
Tak lama telpon diangkat.

"Hallo Anna?"
Suara seorang lelaki menyapa indra pendengarannya.

"Ehm, maaf ini teman Anna, apa anda tau alamat rumah Dion? Tunangannya Anna"
Ujar Nathan melontarkan pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Oh, iya saya ayahnya" jantung Nathan terasa berpacu, akhirnya pencarian yang tidak sia-sia.

"Maaf tuan, apa saya boleh tau alamat rumah anda, ada yang harus dibicarakan"
Belum ada respon dari sana.
Nathan menunggu dengan perasaan was-was.

"Ada keperluan apa memangnya?"

"Anna sedang sakit saat ini, saya hanya ingin menyampaikan pada Dion mengenai keadaannya"

"Baikalah datanglah kerumahku"

Nathan mencatat alamat yang dikatakan Jimmy ayahnya Dion, selesai mereka menutup sambungan dan setelah ini Nathan akan langsung pergi menemui Dion, dia sudah tak sabar bagaimana reaksinya nanti setelah tau kabar buruk mengenai Anna.

*****


Nathan baru saja sampai dikediaman Jimmy, rumah itu terlihat luas dan megah.
Ia memasukan mobilnya ke halaman setelah seorang pelayan membuka gerbang untuknya.

Jimmy menyuruhnya duduk saat tau tamu yang ditunggunya sudah tiba.

"Hallo, perkenalkan saya Nathan, saya teman Anna" setelah memperkenalkan diri, Nathan bicara pada inti niat awalnya dia kemari.

"Apakah Dion ada dirumah?"

"Maaf, tapi Dion sedang ada kursus, dia akan pulang mungkin beberapa jam lagi, apa anda mau menunggu?" Nathan menghela napasnya mendengar penuturan Jimmy.

"Silahkan diminum" tawar Jimmy ketika Jane istrinya menyimpan minuman diatas meja.

"Terimakasih, saya tidak bisa berlama-lama, bisa anda sampaikan pada Dion? kalau Anna saat ini sedang sakit, dia mengidap kanker lambung.
Dokter sudah menyuruhnya untuk operasi tapi ia tidak mau, saya
Mohon, jika Dion yang menyuruhnya mungkin Anna akan mau untuk di operasi"
Ujar Nathan, dapat ia lihat perubahan di kedua wajah orang tua dihadapanya.

Jane tiba-tiba menutup mulutnya shock.
"Bagaimana keadaan Anna sekarang?" Ucap wanita yang sudah berusia setengah abad itu.

"Dia masih baik-baik saja saat ini"
Jimmy masih dalam keterdiamanya namun hatinya berdenyut kelu, ia tak pernah menyangka gadis ceria yang tampak sehat itu mengidap penyakit serius.

"Kalau begitu saya permisi"

Nathan sudah pergi dari kediaman jimmy, ia akan kerumah sakit untuk menjemput Nathalie, ia merasa kasihan juga pada kekasihnya yang sedari tadi ia tinggalkan.

----

"Bagaimana apa sudah ketemu?" Tanya Nathalie yang menunggu Nathan di ruang tunggu.

"Ide mu sangat membantu, bagaimana keadaan Anna?"

"Dia sedang tidur"

Wajah mereka berdua sama-sama lelah, dan butuh istirahat saat ini juga.

"Aku akan mengantarmu pulang"

"Mungkin dua hari kedepan aku tak bisa menemani Anna, tapi setelahnya aku akan minta izin untuk sekedar menunggu Anna disini" Nathan tersenyum lalu merangkul pundak gadisnya.

"Asal tidak menganggu pelajaranmu"

Mereka berdua memutuskan untuk pulang, dan mungkin besok sepulang dari kampus Nathan akan kembali kesini.

-----

Dion mematung ditempatnya setelah ia mendapat tamparan dari ayahnya.

"Tidak bisakah kau menemuinya, hanya untuk memberinya harapan hidup?"
Sang ayah berbicara dengan penuh penekanan, mereka tengah membahas mengenai sakit yang diderita anna, ayahnya sudah memberi tau Dion bahkan membujuknya.

"Aku sudah tak ada urusan lagi denganya"
Kejam, dimana hati mu saat ini?
Dion seolah seseorang yang baru saja dilahirkan kembali, ia jadi sangat keras kepala dan tak pernah mau mendengarkan ucapan ayahnya.

"Benar, kalian memang sudah tak ada hubungan apapun, ayah juga tak memintamu untuk kembali padanya, ayah hanya ingin kau menjenguknya"

"Apa dia yang minta aku untuk kesana?"

Ayahnya menggeleng pelan.
"Ada seorang teman lelakinya kesini dia memintamu untuk datang melihat anna, karena Anna tak ingin sembuh, dia hanya meminta bantuanmu untuk membujuknya"

"Kalau aku tidak sibuk, aku akan kesana" hanya itu yang dikatakan Dion, dia bahkan tak memberi reaksi simpati terhadap kabar barusan.

Dion melepas jas nya dan membuka dua kancing kemeja nya, matanya kembali tertuju pada cincin yang ia simpan diatas nakas, kenapa ia masih menyimpannya? bahkan miliknya sudah ia lempar entah kemana.
Selalu ada rasa aneh dalam hatinya jika mengingat Anna, membuat jantung berdebar tak karuan.
Ia ingin menyingkirkan perasaan ini namun selalu saja datang tiba-tiba.

Drrrt drrtt...

Terasa getaran ponselnya berbunyi, ia melihat nama si pemanggil lalu mengangkatnya.

"Hallo..."

"Dion, Deeva kecelakaan"



Tbc.

Are u feel confused?
I will back soon.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang