Cuaca malam ini cukup buruk, hujan lebat disertai petir.
Sudah 4 hari berlalu semenjak ia mengumpat dihadapan Dion malam itu, mereka tak bertemu lagi.
Anna memandang keluar jendela, melihat kilatan petir dan air hujan yang tak surut sedari sore.
Wajahnya kian tirus, ia tak enak makan beberapa hari kebelakang, rasa sakit dilambungnya tak ia pedulikan, kegundahan dihatinya lebih mendominasi saat ini.
Ada banyak pertanyaan diotaknya, mengenai hubunganya dengan Dion, alasan Deeva menyudutkanya sampai seorang wanita yang menelepon ayahnya kemarin.
Jika ini didunia dongeng, dirinya ingin punya ibu peri seperti Cinderella, lalu membuat permintaan untuk membuatnya amnesia juga.
Rasanya tidak adil jika hanya dirinya yang mengingat semua kenangan bersama orang yang melupakannya, dan mungkin saat ini sudah membencinya.------
Dion masih berbaring dikamarnya sesekali ia melihat kaca jendelanya, sepertinya hujan enggan berhenti.
Sebenarnya ia ada janji bersama Deeva untuk check up keadaannya.
Tapi sepertinya ia harus membatalkanya.Terdengar ketukan pintu dari luar, Dion segera beranjak dari acara berbaringnya, setelah ia membuka pintu tampak ayahnya berdiri disana.
"Ada apa?" Ucap Dion dengan rasa tak suka karena ia akan berseteru tiap mereka berbicara.
"Apa kau sudah kerumah Anna?"
"Kenapa aku harus kesana?" Dion malas menanggapi perihal tunangannya itu.
"Dia masih tunanganmu, temuialah dia baik-baik jika memang kau ingin mengakhirinya dan kau juga perlu bicara pada ayahnya"
Apa ini artinya ia mendapat lampu hijau?"Baiklah jika memang ayah menyetujui keputusanku, aku akan mengunjunginya. Dan soal ayahnya sepertinya kalian yang lebih tua lebih pantas bicara pada paman Levi"
Sebenarnya Jimmy tak suka dengan sikap dion tapi mau bagaimana lagi dia sudah berubah dari dion kecilnya menjadi dewasa, pemikiranya juga berbeda meskipun ditolak berkali kali mengenai keputusanya dion keras kepala, ia tak akan pernah mau menemui anna, sekalipun mereka masih bertunangan.Demi kebaikan Anna juga Jimmy akhirnya menyetujuinya agar gadis itu tak terus mengharapkan Dion.
*****
"Apa kau sudah ke dokter?" Nathan berseru keras, ini sudah ke 3 kalinya Anna muntah disertai bercak darah didalamnya.
Ia menggeleng pelan ketika Nathan memarahinya.
"Ini sudah parah Ann, kita pulang sekarang! jangan pikirkan ujian mu kesehatanmu lebih penting"
Anna tak membalas ucapan Nathan, tubuhnya tak berdaya bahkan untuk bicara sekalipun ia tak punya tenaga.Nathan membopong tubuh Anna. membawanya kedalam mobil
Namun tanpa diduga Anna mendorong tubuh Nathan."Aku akan pulang sendiri" dengan langkah terhuyung ia membuka pintu mobilnya.
"Jangan gila, kau bisa kecelakaan, biar aku yang mengantarmu"
Tangan Nathan menahan pintu mobil gadis itu."Aku akan ke dokter sekarang juga, kau pikir aku akan pingsan saat menyetir?" Anna memicing tajam dan benar saja tebakannya barusan, itu yang dipikirkan Nathan.
Lagi pula keadaan Anna sangat buruk bagaimana bisa ia fokus pada jalanan? kalau terjadi apa-apa kan Nathan juga merasa bersalah nantinya."selesaikan saja ujianmu, kalau aku kecelakaan aku harap mati ditempat saja, agar aku tak perlu melihatmu menangis" ya tuhan, bisa-bisanya Anna berkata demikian, bagaimana jika itu kenyataan. Bukan hanya menangis Nathan bisa pingsan berkali-kali, baiklah itu terlalu dramatis memang, tapi itu bisa terjadi terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART [END]✔
RomanceKupikir ketika aku menyayangi mu yang idiot, hidupku sudah bahagia,nyatanya sosokmu yang baru sangat menyakitiku. Can i restart our meeting? Bisakah kita memulai lagi pertemuan kita? Mungkin dengan begitu aku tak akan menyerahkan hatiku. Publish : 1...