23. Tired and Hopeless (2)

3.4K 177 4
                                    

Disana hanya ada mereka berdua, teman-teman Anna yang mengurus segala administrasinya.

Nathan masih dalam rengkuhan Nathalie, bagaimana ia tidak shock? melihat sahabatnya terkapar didalam kamarnya dengan noda darah disekitar bajunya.

Ia merasa jadi teman yang tak berguna, ia tidak tau jika sakit Anna separah ini.
Biasanya gadis itu selalu sembuh dengan sendirinya.

Saat ini mereka belum bisa menghubungi keluarga Anna.

"Thalia kau tidak apa-apa ikut menunggu disini?" Nathan bertanya pada kekasihnya yang sedari tadi mengusap pelan punggungnya.

"Aku akan menemanimu" ia merasa beruntung bisa jatuh cinta pada Nathalie, karena dibalik sosoknya yang acuh nyatanya ia adalah gadis polos dan baik hati.

2 jam berlalu, tiba seorang dokter menghampiri mereka.

"Anda Wali dari pasien bernama Anna?"
Ia bertanya pada keduanya,
"Benar" sahut Nathan.

"Pasien masih belum sadar, kami sudah membuang racun ditubuhnya"

"Maksud anda?"

"Pasien mungkin mengidap depresi karena ia terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur, menyebabkanya overdosis, untung saja masih bisa diselamatkan"

Tak hanya Nathan, Nathalie pun dibuat terkejut mendengar penuturan sang dokter.

"Sepertinya pasien juga menderita penyakit serius, kami masih memeriksanya nanti jika laporannya sudah keluar kami beritaukan lagi"

"Terimakasih dokter"

Setelah kepergian dokter tadi, mereka menggeleng tak percaya, sahabatnya bisa seputus asa itu, apa yang membuat Anna nekat menelan banyak obat sampai overdosis?
Semua pertanyaan itu masih berputar diotak Nathan.

"Aku harus menemui Dion" gumam Nathan.

"Dion siapa?" Nathalie merasa tak asing dengan nama barusan.

"Tunangannya" ia mengangguk namun seketika matanya mengerjap.

"Apa maksudmu Dion yang keterbelakangan mental? Seingatku dia pernah mengatakan kalau tunangannya bernama Anna" ujar Nathalie sambil mengingat-ingat.

"Bagaimana kau mengenalnya?" Kini Nathan yang bertanya-tanya.

"Um... dia kadang main ke toko bunga dan sering membantuku, dia yang kubilang teman pertamaku disana"
Ah Nathan baru ingat, pantas saja dulu Nathalie bilang ia awalnya menyukai rupa Dion sebelum ia tau bahwa lelaki itu idiot, memang tampang Dion itu tampan, yah sangat tampan.

"Kau tau? teman idiotmu itu sekarang sudah normal kembali dan menjadi bajingan" cerocos Nathan geram.

"Kenapa begitu?" Jika Nathan menceritakanya sekarang akan sangat panjang.

"Akan aku ceritakan nanti, bagaimanapun dia harus tau keadaan Anna sekarang, karena ia juga yang membuat Anna seperti ini" Nathan mengepal kesal.
Nathalie yang tak paham awalnya, hanya mengangguk dan mendukung kekasihnya.

****

Sudah 1 hari berlalu, Anna sudah sadar namun tubuhnya masih merasa lemas dan jangan lupakan rasa sakit diperutnya masih saja terasa, ia pikir saat ia melihat cahaya putih dihadapanya ia sudah berada di alam lain, nyatanya ia terbaring diranjang rumah sakit, semua warna putih itu berasal dari cahaya lampu dan cat ruangannya disini.

Ia duduk menyandar jujur saja kupingnya terasa panas setelah kedatangan Nathan dan pertanyaan bertubi-tubi menghantamnya.

"Kau gila Ann, kenapa kau sampai nekat bunuh diri?"
Suara Nathan terdengar lantang, Anna mencebikan bibirnya sebal karena dari tadi pertanyaan Nathan seputar itu terus.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang