6. Feeling(2)

3.6K 171 2
                                    

Anna terbaring diranjangnya setelah ia makan barusan, hanya beberapa suap karena jujur saja ia sedang tidak nafsu makan sekarang,

Matanya memandang kosong langit-langit atapnya, entah kenapa omongan Nathan tadi siang terngiang ditelinganya, memang benar membenci seseorang terlalu dalam bukan hal yang baik apalagi tanpa sebab, tapi dia membenci Dion kan ada penyebabnya selain karena dia idiot juga dia secara tidak langsung menghancurkan masa depannya yang harusnya cerah, secerah matahari disiang bolong.

mitos bilang terlalu membenci seseorang malah nanti ia akan balik mencintainya, dia tidak percaya omong kosong itu. tapi, dari pada nanti dia dapat karma akhirnya Anna memutuskan untuk berbaikan saja, hanya sementara anggap saja antisipasi agar ia tidak jatuh cinta pada siidiot itu nantinya, pada akhirnya Anna malah mempercayai mitos tersebut.

Anna sudah putuskan dia akan bersikap baik pada anak itu sebagai seorang kakak, tidak apa-apakan menganggapnya sebagai seorang adik? meski umurnya berada diatasnya, tetap saja otaknya jauh berada dibawahnya.

Anna memejamkan pelan matanya yang lelah, berharap sedikit tidur akan membuat pikiranya segar kembali.

*****

"Dion tidurlah dikamar" ucap Anna. ini sudah ketiga kalinya Anna menyuruh Dion untuk pergi kekamarnya, namun lelaki itu masih tidak mau beranjak, alasanya ia ingin menemani Anna sampai tugasnya selesai, ia bilang itu adalah bentuk rasa terimakasih nya karena Anna sudah mau mengajarinya belajar menulis dan membaca.

"Yak! Kau tidak perlu memaksakan diri, lihat liur mu sampai menetes"

Anna bergidik jijik melihat saliva milik Dion tertinggal diujung bibirnya, dia bahkan sudah beberapa kali jatuh tertidur.

"Anna juga harus tidur" cicitnya, ia mengelap liurnya tanpa malu, tentu saja ia tidak akan peduli soal menjaga image dihadapan tunanganya.

"Sebentar lagi, aku harus menyelesaikan kesimpulan terakhir" Anna masih berkutat dengan tugasnya.

"Dion akan menunggu Anna sampai selesai" tangannya menarik kain disekitar tubuhnya, mengeratkan pelukanya pada selimut. karena malam ini udara cukup dingin.

Anna menghela nafas, akhirnya dia membiarkanya.
Tak lama Dion jatuh tertidur kembali.

"Keras kepala sekali" gumam Anna, tapi entah kenapa ia merasa senang dengan perhatian Dion yang sederhana itu, ia sudah terbiasa tinggal sendiri, belajar sendiri yang hanya ditemana kopi, tapi kali ini ada seongok pria yang mau menemaninya juga disini.

pukul 01.30 AM

Dion terbangun karena rasa pegal di lehernya, ia menggeliat merenggangkan otot tangannya, udara dingin kian menembus kulitnya.

Ia mengerjap melihat seseorang tengah tertidur dihadapannya, kepala yang hanya tertahan oleh lengan tanganya terlihat tidak nyaman tapi gadis itu masih terlelap.

Dion menghampirinya, ia menyimpan selimut yang dipegangnya pada pundak anna.

Apa Anna tidak kedinginan?

Dion duduk disamping Anna, matanya menilik setiap pahatan wajah Anna yang tengah terlelap dihadapanya, ia ikut berbaring seperti Anna dengan kepala menghadap kewajah gadisnya, Anna tampak imut.

"Kenapa dada Dion selalu memukul-mukul dari dalam setiap dekat dengan Anna?" gumam Dion yang tak mengerti akan debaran hatinya.

Ia tidak sadar kalau jantungnya selalu berdebar kala menatap wajah tunanganya dari dari jarak dekat, Dion selalu mencuri pandang pada setiap kegiatan Anna dirumah, dan ia merasa debaran itu menyenangkan ini berbeda ketika ia merasa takut atau gugup.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang