Seperti biasa kedua sahabat ini selalu sarapan dikantin sebelum bel kelas berbunyi.
"Ann, kau semakin pucat saja apa kau sakit?"
Nathan berujar dengan ekspresi khawatir dan Anna mengangguk mengiyakan."Ada apa?"
"Dibuang itu rasanya menyakitkan" gumam Anna.
"Siapa yang membuangmu Ann?" Nathan benar-benar tidak paham dengan maksud Anna.
"Tunanganku"
Lelaki manis itu menatap lekat wajah pucat Anna.
"Bukankah dulu kau yang ingin membuangnya karena dia bodoh? Atau justru karena sekarang dia normal kau balik menyukainya? Ann kau mungkin sedang kena karma" cerocos Nathan dengan nada sok taunya, Anna terkekeh kecil, wajar saja sahabatnya beranggapan seperti itu, dirinya memang tak pernah terbuka pada Nathan mengenai hubunganya dengan Dion.
"Kau salah, aku sudah menyukainya dari jauh-jauh hari sebelum ia menjadi normal, aku sudah menyukainya ketika ia selalu berada disekitarku, meskipun ia bodoh tapi dia tidak pernah sekalipun mengeluh dihadapanku, ia selalu tampak tersenyum ketika menatapku membuat hatiku tiba-tiba terasa nyaman..."
"Sekarang aku bahkan tak berani menatap matanya, aku sudah hilang dari pandanganya semua perasaan bahagia kemarin lenyap begitu saja, aku sudah dibuang olehnya hiks...aku harus bagaimana?"
"Ya tuhan Ann" Nathan sangat terkejut dengan Anna yang tiba-tiba menangis sekarang, sudah dua kali ia melihat gadis itu terisak dihadapannya, bahkan selama ia mengenal Anna tak sekalipun ia pernah melihatnya menangisi sesuatu.
Apa semenyakitkan itu? Batin Nathan.
Setelah kelas berakhir Nathan sengaja mengajak Anna untuk sekedar jalan-jalan agar pikiranya sedikit relaks.
Sepanjang perjalanan Anna terus bercerita bagaimana keseharian dia ketika bersama Dion, dia yang mengajarinya menulis, membaca hingga membelikanya novel sebagai hadiah karena semangat belajarnya, Anna bilang ia sangat bangga akan Dion yang ingin terlihat layak dimatanya.Nathan tak habis pikir sahabatnya yang yang kasar dan sangat cuek itu bisa-bisanya sangat perhatian, pantas saja Anna merasa kehilangan, jika mereka memang berhubungan baik sebelumnya, dia kira memang Anna masih menganggap Dion penghancur masa depanya.
Sekitar jam 7 malam Nathan mengajaknya kerestoran untuk makan malam, jika mereka langsung pulang sudah dipastikan gadis ini tak akan makan hingga esok pagi. Ia tak ingin jika magh sahabatnya nya kambuh lagi.
"Wah kau benar-benar seperti malaikat hari ini Nath" puji Anna, karena sedari pulang ia dari kampus Nathan mengajaknya ke beberapa tempat lalu mentraktirnya berbagai macam makanan, ia sangat bersyukur dan menyayangi sahabatnya ini.
"Kau tidak akan mendapatkan lagi orang seperti aku didunia ini" Anna mendecih melihat wajah percaya diri Nathan.
Sudah banyak makanan tersaji, Anna menyantapnya dengan penuh suka cita, sudah berhari-hari lidahnya tak dapat mencecap rasa nikmat makanan, ia akan makan sampai kenyang.
"Aku ketoilet sebentar Ann" ucap Nathan dan hanya dibalas anggukan oleh Anna.
oOo
Nathan mencuci tangannya diatas washtafle setelah ia selesai buang air kecil, sesekali ia menatap wajahnya dicermin.
Tiba-tiba ia terdiam, ia sedikit melirik melalui ujung matanya.Orang disampingnya juga tengah mencuci tangan, Nathan seperti pernah melihat wajah tampan didepan cermin itu.
Bukan kah dia itu tunangan Anna? Pikir Nathan, belum sempat ia bertanya lelaki yang lebih tinggi darinya itu sudah melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART [END]✔
RomanceKupikir ketika aku menyayangi mu yang idiot, hidupku sudah bahagia,nyatanya sosokmu yang baru sangat menyakitiku. Can i restart our meeting? Bisakah kita memulai lagi pertemuan kita? Mungkin dengan begitu aku tak akan menyerahkan hatiku. Publish : 1...