5. feeling

3.6K 177 0
                                    




Pagi ini dion merasa bersemangat, ia mengerjakan tugas yang diberikan anna selepas gadis itu pergi kekampusnya.

Sebenarnya hanya mengulang yang semalam, ia belajar menulis huruf abjad dan sedikit mengingat-ingat huruf apa saja yang diajarkan semalam.

***


Anna merasa sedikit lega meninggalkan anak idiot itu dirumahnya, pasti dia sedang sibuk dengan tugas yang diberikanya.

"Tumben, melewati malam yang indah?" Ujar seseorang yang kini duduk dihadapanya dengan semangkuk ramen.

"Apa maksudmu Nath?" Mendengar Kalimat yang ambigu, Anna melempar pandangan tak suka.

"Biasanya pagi hari seperti ini wajahmu ditekuk dan tidak bersemangat, kali ini rasanya berbeda sudah baikan?" Ia menyeruput mie panas yang rasanya sangat enak itu.

"What? Kau berkata seolah aku melakukan hal yang menyenangkan dengan siidiot itu" nadanya terdengar sarkastik.

"Yah, itu maksudku akhh" Nathan meringis sebelum ia kembali menyuap makananya.

"Itu sakit Ann" wajahnya yang baby face itu merajuk.

"Dengar yah, aku masih normal dan cukup waras untuk tidak menerima orang idiot seperti dia" Anna mengangkat dagu angkuh.

"Kau jangan terlalu membencinya, kau tidak takut karma apa? Kau terus saja menghinanya" lelaki manis itu mulai memperingatinya.

"Sebenarnya kau dipihak siapa sih?"
Anna mendelik tajam,

"A-aku tentu saja memihakmu, yang tadi itu hanya sedikit peringatan"
Nathan tersenyum kecil,

Anna mendecih "aku peringatkan kau juga Nath, berhenti memakan ramen dipagi hari, kau bisa kena penyakit lambung"

"Harusnya itu aku yang memperingatimu, kau bahkan tidak pernah sarapan setiap pagi. kecuali roti selai dan kau bahkan akan makan saat sore hari" Nathan malah membalikan omongan Anna.

"Aku pernah melihatmu muntah karena magh mu kambuh, kau itu perempuan jadi harus banyak makan yang sehat, kalau aku lelaki, fisikku lebih kuat darimu" Kenapa lelaki kecil itu malah menasehatinya? Anna merenggut tak suka.

Brak!

"Akhh Ann berhenti menendang kaki ku" ringis Nathan,
Ia melihat tanda kebiruan disekitar kulit putihnya itu.

"Ini akan berbekas" gumamnya.

"Apa peduliku, makanya cari pacar sana supaya tidak mengangguku terus"

Nathan mendecak sebal,

"Aku masih menikmati waktu sendiriku" dusta sekali, dirinya padahal sangat menginginkan seorang kekasih.

"Cih bohong, bilang saja pdkt mu tidak pernah berhasil karena mereka selalu menganggapmu anak kecil"

Oh itu kata-kata menyakitkan.

"Mereka seharusnya melihat kartu identitasku" ujar Nathan.

Salahkan wajah imutnya yang sedikit feminim itu, padahal jiwa lelakinya sangat perkasa.

Nathan masih ingat saat ia ketemuan dengan teman chating nya, ia disebut anak Smp yang sok dewasa dan berpura-pura sudah kuliah, padahal perempuan itu juga masih kelas 3 SMA.

Dan ia menyesal menceritakan kejadian itu pada Anna, bukannya menghibur, ia malah diolok-olok dan sampai saat ini setiap berdebat soal pasangan, Anna selalu membawa-bawa kenangan memalukan itu.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang