27. Apology

3.9K 189 5
                                    

Dua jam perjalanan ditempuh Dion dengan ugal-ugalan, didalam pikiranya saat ini hanya Anna gadis yang ia campakan beberapa minggu lalu, bayang-bayang masa lalu yang bermunculan dalam ingatanya seolah memupuk rasa bersalah yang semakin besar.

Dion berlarian dikoridor rumah sakit yang nampak tak seramai tadi siang, mungkin beberapa orang yang besuk sudah mulai pulang dijam 10 malam saat ini.
Kakinya berhenti didepan meja resepsionis, ia bertanya mengenai pasien yang bernama Anna Chansez setelahnya Dion kembali berjalan menuju kamar yang ia cari.
Rasa dingin dikulitnya karena angin malam tak ia hiraukan, ada rasa gugup yang seolah mendobrak hatinya. bagaimana ia memasang wajah kala bertemu dengan Anna?
Gadis itu mungkin sangat membencinya, tak apa Dion akan menerima segala cacian atau makian untuknya, ia merasa pantas.

Tangan besarnya mendorong pintu kamar dihadapannya.
Ruangan ini tampak gelap, Anna berada di kamar VIV sehingga hanya dirinya yang menempati kamar tersebut.

Dion berhenti melangkah, samar-samar telinganya mendengar isakan kecil beserta ringisan didalamnya.
Ia kembali melangkah mendekati tubuh Anna, pundak itu menggigil Dion bisa melihatnya karena Anna tidur memunggunginya dan ruangan disana tidak semuanya gelap, karena masih ada sedikitnya cahaya yang menerangi.

Kedua tangan Dion merengkuh tubuh Anna yang terlihat tak nyaman.

"Hiksss ayah, ini sakit sekali" Anna mungkin mengigau, apa sakitnya begitu parah sampai harus terbawa mimpi?
Dion ikut duduk diatas ranjang sempit itu dan semakin memeluk erat tubuh Anna.

"Tenanglah, aku disini" Dion membisikinya pelan sambil sesekali mengelus rambutnya.
Kedua mata Anna masih terpejam erat, namun air mata sudah membasahi wajahnya.

"A-ayah kau disini? Aku merindukanmu"
Dion menyimpan dagunya dipundak Anna

"Maafkan aku, tidur lah lagi aku akan menemanimu disini"
Ujar Dion pelan, masih dengan posisi yang sama Anna mulai bernapas teratur, dan mungkin sudah kembali tidur dengan tenang.
Nathan benar, jika dirinya brengsek. Apa anna sering mengalami kesakitan sendirian disini? kenapa ia setega itu. Beribu maaf ingin Dion sampaikan pada Anna jika gadis itu sudah bangun nanti.
Mereka masih berpelukan namun satu diantaranya belumlah tidur, Dion masih setia menepuk pelan punggung Anna agar gadis itu merasa nyaman.

-------------

Deeva tak bisa tidur semalaman, ketakutan yang selalu hinggap dibenaknya kini kembali lagi, sikap Dion yang tak biasanya membuatnya resah, Dion mengantarkanya pulang namun disepanjang perjalanan lelaki itu nampak tak fokus, seperti ada hal yang menganggu pikiranya tapi Deeva enggan bertanya.
Ia penasaran apa yang teman lelaki Anna itu bicarakan pada Dion.

Sementara itu kedua orang tua Dion hanya bisa menunggu anaknya pulang, Dion tak memberi kabar apapun pada mereka dan mereka pikir mungkin Dion menginap lagi menemani Deeva.

-----

Pukul tujuh pagi Anna baru saja bangun, ia menggeliat merenggangkan otot-otot punggungnya, rasanya tumben sekali semalam tidurnya cukup nyenyak, ia bermimpi ada seseorang yang memeluknya ketika tidur sehingga rasa hangat pada tubuhnya membuatnya nyaman.
Anna sedikit heran karena ada bau parfume yang familiar disekitar bajunya.
Ia menggeleng pelan, jika ia semalam memimpikan Dion berada disini mungkin saja, tapi jika Dion benar-benar datang kesini rasanya itu mustahil.

Dalam keadaan termenungnya Anna dikejutkan dengan seseorang yang baru memasuki kamarnya.
Napasnya terasa berhenti seketika, ia sudah bangun atau masih bermimpi sebenarnya?

Dion memasuki ruangan Anna setelah sebelumnya ia pergi keluar membeli makanan.

"Bagaimana tidurmu?" Anna masih mematung, jika ini halusinasi tidak mungkin suara Dion begitu jelas terdengar ditelanganya.
Dion melangkah mendekati Anna karena gadis itu tak menjawab pertanyaanya.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang