2.what a crazy thing

5.2K 176 1
                                    


Anna merenggut marah, selepas kepergian keluarga rekan bisnis ayahnya itu. sungguh ia tak habis pikir dengan apa yang baru saja dilakukan ayahnya.

"Ayah harap kau bisa menerima Dion, dalam sebulan kedepan ayah sudah merencanakan sebuah pertunangan untuk kalian"

Anna merasa tersedak liurnya sendiri.
What the hell pertunangan?
Mengenalnya saja ia tidak sudi.

"Apa ini tidak terlalu cepat?" Jimmy ikut berbicara.

"Tidak,aku sudah memikirkanya" ucap Levi tegas seolah tak terbantahkan, jika jawabannya sudah seperti ini berontak pun rasanya percuma untuk Anna, ia menghela napas pasrah.

Matanya mendelik tajam pada pemuda yang sedari tadi memasang tampang bodohnya, rasanya ingin sekali memukul dan mencakarnya. kenapa ayahnya begitu peduli padanya? kesalahan apa memang yang dibuat ayahnya sampai bersi keras ingin menjodohkan putrinya yang cantik dan pintar ini dengan orang idiot semacam itu.
Anna memekik frustasi membayangkan bagaimana ia akan beredekatan dengan pria cacat mental itu.

Percakapan terakhir antara ayahnya dan keluarga anak idiot tadi masih terngiang ditelinganya, apalagi bagian pertunangan itu Anna merasa kepalanya ikut berdenyut sakit.

"Kau tidak perlu berpikir terlalu keras Anna,kau hanya coba untuk menerimanya" ujar ayahnya seolah tau isi fikiran anna saat ini.

"Jika aku pun seorang gadis idiot maka aku akan menerimanya dengan lapang dada but i'm surely a smart girl dad!" Anna memijit keningnya kesal.

Sang ayah sudah menulikan segala protes putrinya tentang penolakan perjodohanya.

"Aku yakin setiap pagi dia pasti mengompol diatas kasurnya..."

"Menangis kejang-kejang kalau mainanya hilang atau rusak..."

"Ingin dinina bobokan setiap akan tidur dan- "

"Cukup Anna, dia tidak seperti itu. dia bukan bayi, ayah sudah bilang jangan memikirkan hal yang membuatmu rumit" sang ayah dengan sigap mengklarifikasi segala pemikiran putrinya yang melenceng.

"Whatever" Anna melenggang pergi kekamarnya diiringi bantingan pintu yang cukup keras selanjutnya teriakan frustasi dapat didengar ayahnya dari bawah sini.

*******

Seminggu sudah Anna seperti kehilangan jiwanya, ia tidak bernafsu makan. sepertinya ia turun 1 kilo minggu ini, kantung matanya menghitam karena serangan insomnia, ia jadi lebih banyak diam dan melamun.
Nathan sempat khawatir, dia sudah mencoba menghiburnya, mengajaknya nonton atau sekedar berjalan-jalan mencari udara segar, namun semua usahanya hanya dibalas kalimat

"jangan ganggu aku, kau bukan temanku"

Apa dia tidak sadar bahwa Nathan lah satu-satunya teman setianya dan jika ia membuang Nathan ia tidak akan punya teman sama sekali.

Walaupun diabaikan berkali-kali Nathan tetap tak menjauhi Anna, begitulah loyalitas dalam berteman menurut Nathan, dia harus tau penyebab murungnya teman satunya ini.

"oke Anna, aku sudah bosan dengan kalimat pengusiranmu" Nathan ikut duduk disamping Anna, mereka tengah berada dikantin.

"Aku tidak akan berbicara apapun padamu" masih dengan nada sarkastiknya, gadis itu bahkan tidak menoleh.

"Umm... apa ini ada hubunganya dengan perjodohan itu?"
Anna tak menggubris, ia menyedot jus nya perlahan.

"Apa karena dia jelek jadi kau sampai stress begini?" Nathan mencondongkan wajahnya ingin melihat reaksi wajah Anna.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang