14. I need the answer.

3.2K 160 2
                                    





Hari itu sangat cerah, membuat beberapa keluarga ini ingin menikmati waktu santainya dan mereka lebih memilih kepantai.

Gadis kecil dengan kunciran rambutnya berlari-lari diatas pasir. sesekali ia melempar gundukan pasir itu pada dua orang yang tengah asik membangun sebuah istana.

"Bisakah kau diam? Aku kubur kau kalau terus menganggu kami" ucap si perempuan satu lagi yang umurnya lebih tua diatasnya dengan nada kesal.

"Coba saja, aku adukan pada kak Dion" si gadis kecil malah menantangnya, tanganya bertolak pinggang dengan lidah menjulur. Ia tengah meledeknya.
Gadis cilik itu berlari ke belakang punggung Dion untuk mencari perlindungan sebelum yang lebih tua balas melempar gundukan pasirnya.

Dion hanya terkekeh.

"Kak Dion" panggilnya.

"Hm?" Anak lelaki berumur 17 tahun itu menoleh pada gadis yang berada 3 tahun dibawahnya.

"Nanti kalau aku sudah dewasa aku mau menikah dengan kakak" ucapnya dengan semangat.

Dion tersenyum mendengarnya.

"Belajar dulu yang benar, baru lulus sekolah dasar saja sudah memikirkan pernikahan" yang lebih tua menyahut ucapan gadis kecil itu, membuat wajah nya cemberut seketika.

"Lagi pula Dion lebih cocok denganku, kita seumuran dan satu sekolahan" gadis yang lebih tua menyahut, ia merasa puas melihat gadis kecil itu hampir menangis dibuatnya.

"Hahaha dia hanya bercanda, kau bisa peluk kakak biar dia tidak bisa mengambilnya" Dion merentangkan tanganya dan si kecil mendekap tubuh tinggi itu erat.

"Cih" yang lebih tua mendecih diiringi tawanya.

"Anak -anak ayo kita berfoto!" Kini datang lagi seorang perempuan berusia 20 tahun diatas mereka, gadis yang lebih kecil segera melepas pelukan ditubuh Dion dan berlari kearah perempuan tadi, dia adalah kakak Dion yang sudah gadis kecil itu anggap sebagai kakanya atau ibunya sendiri.

Karena si gadis kecil sudah tak punya ibu sejak dirinya masih balita.

------------

Anna masih mengantri, tinggal dua pelanggan lagi didepanya.

BRAK!!!

Bukan hanya dirinya yang mendengar suara benturan keras di sebrang sana. orang-orang pun ikut menoleh kesumber suara, sedangkan yang berada disana sudah berkerumun membentuk lingkaran.

Anna ingat, disana adalah tempat ia meninggalkan Dion.
Tanpa peduli dengan es krimnya ia lebih memilih kembali, langkah kakinya semakin cepat hingga ia berlari kecil, dalam hati ia berharap Dion masih disana dalam keadaan baik-baik saja.

Semakin dekat, samar-samar ia mendengar beberapa orang berbicara.

"Aku melihat dia seperti orang kebingungan, ia berjalan tanpa arah"

"Mobilnya sedang melaju cepat, apa ia masih bisa diselamatkan?"

"Ya tuhan, darahnya banyak sekali"

Kaki Anna berhenti melangkah, rasanya seluruh persendian tubuhnya lumpuh tak dapat digerakan.

"Oh tidak, Dion..." pekiknya.

Ia berjalan pelan dengan masih tak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya.
Anna segera merengkuh tubuh tak berdaya itu.

oOo

Tanpa menunggu ambulance, Anna segera membawa Dion yang tak sadarkan diri dengan mobilnya. dibantu beberapa orang disana untuk ke rumah sakit terdekat.

RESTART [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang