MulMed: Kamar Nabila
***
Hanya sekitar 10 menit, mobil yang ditumpangi keduanya sampai. Karena memang tempat itu tak jauh dari danau tadi. Mike mempersilahkan Nabila keluar dari mobil. Keduanya berjalan masuk ke sebuah restoran bernuansa alam. Setiap meja terpisah dengan kaca bening yang didekor agar masuk ke dalam tema alamnya. Beberapa akar, rumput, dan daun bergelantungan di kaca pemisah itu. Mejanya dibuat lebih privacy. Pemandangan hutan buatan terpampang jelas dari sana.
Tempat, suasana, dan pelayanan yang sangat baik tentu hal itu membuat para pelanggan harus merogoh koceh yang dalam. Pelanggan juga harus mereservasi terlebih dulu sebelum ke sana. Banyaknya orang yang ingin mengunjungi restoran itu hingga tiap harinya semua meja telah direservasi.
Mike dan Nabila sekarang tengah duduk berhadapan di salah satu meja di sudut ruangan. Pemandangan yang didapat di sana bahkan dua kali lipat lebih indah karena terdapat dua sisi. Dua mejanya disebut-sebut yang paling mahal di restoran itu salah satunya yang kini ditempati oleh keduanya. Mike tak tanggung-tanggung dalam menyiapkan lunch romantic. Baginya apapun akan ia lakukan demi senyuman manis Nabila.
"Kamu suka tempatnya?" tanya Mike menggenggam tangan Nabila.
Nabila mengangguk antusias dan pandangannya masih menelusuri hutan yang ada di luarnya. Ia tak henti-hentinya berdecak kagum.
"Kenapa kita belum pesan?" tanya Nabila heran. Ia baru menyadari saat ia dan Mike datang, ia telah lebih dulu digiring ke tempat ini.
"Aku sudah pesan," jawab Mike enteng.
"Kapan?"
"Saat reservasi."
"Reservasi?"
"Ho-oh." Mike hanya menggangguk mantap.
"Kamu kapan reservasi tempat ini?" tanya Nabila heran.
"Saat kamu tadi izin ke toilet," jawab Mike santai.
"Kok bisa langsung dapat? Aku yakin kalo tempat seperti ini harus reservasi beberapa hari sebelumnya," ujar Nabila mengerutkan alisnya.
"Kamu gak usah pikirin itu. Yang penting sekarang kita harus menikmati suasananya," ucap Mike mengembangkan senyumannya.
Nabila mengangguk mendengar jawaban Mike. Ia pun tidak mau repot-repot memikirkannya. Yang terpenting sekarang ia merasa sangat istimewa diperlukan seperti ini. Beberapa menit, akhirnya pesanan mereka telah datang. Tersedia berbagai macam makanan di atas meja. Namun perhatian Nabila berada pada satu makanan yakni makanan kesukaannya, sup daging ayam.
"Kok bisa ada sup di sini?" tanya Nabila pada Mike.
"Aku tau tentang dirimu."
"Tau darimana?"
"Marvel."
"Ish, kok bisa?"
"Bisa dong."
"Tapi kak Marvel gak bilang yang macam-macam, kan?"
"Kayak gimana? Kayak Nabila itu suka tidur di mana aja. Nabila itu cengeng. Nabila itu pemakan es krim tingkat akut. Nabila baperan tiap kali nonton oppa oppanya. Nab-"
"STOP! Huah, kak Marvel buka semua aibku." Nabila memotong lanjutan ucapan Mike seraya menutup mukanya menggunakan kedua tangannya. Dia malu, tolong ingatkan agar sepulang dari sini ia bisa menghajar kakaknya itu. Ia benar-benar kesal, kenapa kakaknya itu memiliki mulut rombeng seperti itu. Ini memalukan.
"Hey, mukanya jangan ditutupi kayak gitu. Itu semua bukan aib kok. Aku suka segala sesuatunya mengenai dirimu. Aku menerimamu apa adanya kamu. Jadi jangan ada yang kamu tutup-tutupi dari aku," tutur Mike penuh pengertian setelah menarik lembut kedua tangan yang menutupi muka gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Cause You're Mine (Sudah Terbit) ✔️
Teen FictionBagaimana jadinya kalau seorang cowok possessive dengan sejuta pesona dimana selalu dikagumi oleh kaum hawa jatuh cinta pada seorang cewek? Tentu itu hal biasa. Tapi jika keduanya beda sekolah? Atau kalian bisa bilang ini adalah LDR (Long Distance R...