MulMed: Bandara
***
"Mungkin –"
"–lebih baik kita akhiri segalanya sampai disini."
Jlep
Bagaikan disambar petir, jantung Mike terasa dicabut paksa dari tempatnya. Dunianya runtuh seketika, ia tertegun dan mematung mendengar ucapan keluar dari mulut Nabila. Hatinya bagaikan teriris pedang sangat tajam.
Setelah mengatakan hal tersebut, Nabila langsung berdiri dan berlari pergi. Jauh dari lubuk hatinya, ia tidak rela melepaskan Mike. Namun ia juga tidak ingin bersama seseorang tapi hatinya bukan buat dirinya. Air mata Nabila tak bisa dibendung lagi, isakannya bahkan terdengar sangat lirih. Sesaat setelah keluar dari taman Nabila menoleh ke belakang dan kemudian memejamkan matanya sejenak.
'Selamat tinggal, Mike! I Love You!'
Nabila menyetop taksi dan langsung masuk ke dalam. Sopir taksi yang dinaiki Nabila heran dengan keadaan kacau penumpangnya. Setelah memberitahukan alamat rumahnya. Sopir taksi itu menyodorkan kotak tissu pada Nabila. Nabila mengambilnya dan tersenyum sebagai tanda terimakasihnya.
Setelah membayar ongkos taksi, Nabila merapikan seragamnya dan menghapus jejak tangisannya. Ia tidak ingin kakaknya mengetahui bahwa ia sudah menangis. Beberapa saat setelah itu, Nabila melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Nabila mengernyitkan dahinya heran, di teras rumahnya sudah tersedia kopernya dan koper milik Marvel. Dengan rasa penasaran, Nabila berlari masuk ke dalam rumahnya. Belum sempat ia sampai di ruang tamu, ia dikagetkan dengan kemunculan Marvel yang tiba-tiba.
"Kamu sudah pulang?" tanya Marvel berjalan mendekati Nabila.
"Kak, kok kopernya sudah siap? Aku kira kita berangkat nanti malam," ujar Nabila tak mengindahkan pertanyaan kakaknya.
"Kita berangkat sekarang soalnya bunda ngabarin kakak tadi, kalo nenek terus nyariin cucu-cucunya. Jadi aku sudah membereskan semuanya. Kamu tinggal ganti baju lalu kita segera berangkat. Satu jam lagi kita take off," jelas Marvel lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Nabila tak bisa membantah lagi, ia berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia lalu mulai bersiap-siap. Setalah semuanya dirasa cukup, ia keluar dari kamarnya mencari keberadaan Marvel. Pakaian yang dipakainya cukup simple dengan celana jeans dan baju biru dipadukan dengan cardigan berwarna navy.
"Ayo kita berangkat sekarang!" ajak Marvel dan Nabila hanya mengangguk lantas mengikuti jalan Marvel.
Keduanya bergegas masuk ke dalam taksi yang sudah dipesan oleh Marvel. Selama perjalanan Nabila hanya duduk diam dengan pikiran memutar kejadian di taman tadi. Ia memejamkan matanya sejenak dan merilekskan otaknya. Nabila menghembuskan nafasnya dengan perlahan lalu membuka matanya kembali. Ia menoleh ke samping dan menemukan Marvel sedang menatapnya.
"Apa?" tanya Nabila.
"Lagi pikirin sesuatu ya?" tanya balik Marvel.
"Sok tahu deh!" elak Nabila memalingkan wajahnya ke jendela.
"Alah aku tahu kok, kamu lagi pikirin cowok kan?" ucap Marvel mencolek dagu Nabila.
"Sok tahu! Mending diam aja deh," ucap Nabila sarkas lalu menepis tangan kakaknya itu.
"Mike?" tebak Marvel telak.
"Enggak!" ketus Nabila. Marvel melihat respon Nabila langsung tertawa terbahak-bahak. Membuat Nabila spontan menoleh menatap geram Marvel.
"Maaf ya pak. Kakak saya emang sedikit geser," ujar Nabila pada sopir taksi itu dan sedikit meringis. Marvel yang melihat sikap Nabila yang mengatakan dirinya geser langsung menjitak kepala Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Cause You're Mine (Sudah Terbit) ✔️
Подростковая литератураBagaimana jadinya kalau seorang cowok possessive dengan sejuta pesona dimana selalu dikagumi oleh kaum hawa jatuh cinta pada seorang cewek? Tentu itu hal biasa. Tapi jika keduanya beda sekolah? Atau kalian bisa bilang ini adalah LDR (Long Distance R...
