Part 24

23.4K 1K 5
                                        

MulMed: Ilustrasi

***

"Nan, ceritain kenapa lu bisa ada di Bandung? Lebih mengejutkan lagi, kenapa lu bisa pindah ke PikBan? Jadi kemarin saat di restoran? Kapan lu-" Nabila memberondong banyak pertanyaan membuat Adnan heran sendiri.

"Baik-baik gue jawab semuanya." Potong Adnan.

"Jadi gini..." ada jeda cukup lama diambil Adnan seraya melirik geli Nabila, "Ciee penasaran... Ha-ha..." lanjutnya polos tak mengindahkan muka merah Nabila. Tawanya menggelegar melihat raut Nabila.

Nabila berdecih tidak suka padanya. Tidak mendapatkan respon baik dari Adnan membuatnya tambah kesal. Gulungan tissu sedari tadi berada ditangannya dilemparkan ke muka Adnan tanpa pikir panjang. Seketika Adnan berhenti tertawa dan mengerucutkan bibirnya. Nabila hanya memutar bola matanya malas.

"Lanjut!" perintah Nabila mulai serius. Ia benar-benar penasaran perihal Adnan berada di Bandung.

"Jadi begini nenek gue disini tinggal sendirian karena beberapa minggu lalu sepupu gue yang dulu tinggal dengan beliau harus pindah ke London. Nah, trus sebagai cucu paling baik, gue rela pindah rumah dan pindah sekolah demi menemani nenek tercinta di kota ini. Dan ternyata eh ternyata, gue merasa beruntung banget karena gue ketemu ama gadis manis di sini," jelas Adnan menutupnya dengan godaannya pada Nabila.

Tak dihiraukannya perkataan Adnan, Nabila mengangguk-anggukan kepalanya pertanda ia mengerti dengan penjelasannya. Tiba-tiba ponsel Nabila bergetar. Terpampang jelas nama Mike di sana. Tanpa menunggu lagi, ia menggeser ikon hijau menjawab panggilan itu.

"Halo, kamu gi apa?" tanya Mike dari seberang telepon.

"Nunggu makanan datang. Kamu?" tanya balik Nabila. Sedikit ia melirik ke arah Adnan dan ternyata ia juga meliriknya.

"Aku lagi di rooftop ama dua curut." Nabila tertawa mendengar ucapan Mike mengatai Farhan dan Randy dengan sebutan anehnya. Terdengar nada protes dari tempat Mike berada.

Nabila merasa bingung, apakah ia menceritakan saja perihal Adnan yang pindah ke sekolahnya. Namun, ia tahu pasti, jika Mike tidak suka dengan Adnan. Dari jauh dilihatnya Dea dan Alex sudah menuju ke mejanya dengan masing-masing nampan dibawanya. Adnan sendiri sudah beralih pada ponselnya namun telinganya masih dipasang dengan baik untuk mendengar percakapan Nabila dengan cowok diyakininya pacar Nabila yang pernah ditemuinya di restoran pizza. Kepo? tentu saja.

"Mike, makanannya udah datang. Aku dah lapar banget. Kamu jangan lupa makan dan jangan bolos lagi!" peringati Nabila dengan nada ancaman khas dirinya yang menurut Mike terdengar lucu.

"Siap, my princess! Makan yang banyak. Pulang sekolah nanti aku temani beli buku. Bye!" sahut Mike.

"Oke!" ujar Nabila.

Tutt...

Setelah sambungan telepon sudah terputus, Nabila menyimpan ponselnya kembali ke saku seragamnya. Di meja sedang di tempatinya, semua sahabatnya telah kembali berkumpul. Bahkan ia sendiri tidak sadar, kapan Audi kembali dari toilet.

Mereka berlima mulai menyantap makanannya masing-masing. Tak lupa mereka saling melemparkan candaan sehingga suasana pada jam istirahat itu terasa menyenangkan. Tak jarang pula mereka saling mencibir membuat salah satunya berenggut kesal. Akan tetapi, hal itu tak membuat mereka marah. Mereka malah menikmati obrolan-obrolan tersebut. Kelimanya tampak semakin dekat.

***

Jam pulang sekolah telah berbunyi. Pelajaran bahasa inggris pun sudah selesai. Beberapa siswa tadinya sudah mengantuk, lesu, dan lapar atau bahkan selama pelajaran berlangsung hanya tidur menjadi sangat semangat dan antusias mendengar bel pulang berbunyi bagaikan mendapatkan dooprize 1M. Mereka sudah tidak sabar berada di rumahnya, sekedar hangout dengan temannya, atau jalan bersama pasangannya.

'Cause You're Mine (Sudah Terbit) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang