Part 13

32K 1.3K 17
                                        

MulMed: Taman

***

Author POV

Matahari mulai muncul dari peradabannya sedikit demi sedikit. Adzan subuh sudah beberapa menit lalu telah dikumandangkan. Nabila meregangkan kedua tangannya dan menoleh menatap jam diatas nakasnya.
05.00

Nabila menghitung jarinya. 'Tidurku hanya empat jam?' pikir Nabila. Nabila memang tidak pernah melewatkan sholat subuh, ia selalu berusaha menunaikan kewajibannya. Selelah bagaimanapun dia, Nabila akan terbangun di pukul 5 pagi seakan tubuhnya memiliki alarm sendiri untuk hal itu.

Setelah menunaikan kewajibannya, Nabila beranjak mendekati ranjangnya. Ia mengambil ponsel yang sudah ditelantarkannya sejak kemarin. Sekelebat pikiran tiba-tiba muncul dikepalanya. Rasa sesak dan sakit kemudian menjalar kembali dihatinya. Ia sudah terlanjur kecewa dengan Mike. Kemarin pun dia tidak bisa berhenti menangis dan berfikir mengenai semua ungkapan cinta dari Mike. Hal yang mampu meluluhlantahkan semua kepercayaannya.

Tes..

Air matanya kembali jatuh, hatinya sungguh terluka. Nabila akan berusaha menghadapinya, sakit dan rasa kecewa itu. Nabila lalu menepis semua yang sekarang membuat dirinya bisa stress dan berakhir menjadi pasien rumah sakit jiwa.

Sesaat setelah menghidupkan kembali ponselnya, sedetik kemudian ponselnya diserang dengan banyaknya notif yang masuk. Ia lalu mengusap layarnya, menatap dengan nanar nama yang pertama muncul di sana. 115 misscall, 100 chat, dan 50 sms masuk hanya dari satu orang. Ia lalu menutup kembali layarnya, ia hanya ingin menenangkan pikirannya dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan mengenai hubungannya dengan Mike ke depannya.

Nabila berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolahnya. Ia ingin berendam air hangat beberapa menit untuk menghilangkan kejenuhannya. Ketika semuanya selesai, Nabila berjalan keluar menuju meja makan. Sebelumnya, ia sudah memoles sedikit bedak tipis untuk menutupi matanya yang bengkak habis menangis semalaman.Ketika Nabila sudah berada di tangga bawah, ia melihat Elisa dan Marvel sedang sibuk serta beberapa koper yang sudah tersusun rapi di sana. Nabila lalu segera menghampiri keduanya.

"Bun, bunda mau kemana? Kok banyak sekali kopernya, sih?" tanya Nabila heran.

Elisa dan Marvel menoleh menatap Nabila. Pancaran raut khawatir terpampang jelas di wajah keduanya. Elisa sendiri berusaha agar tidak menangis. Ia memandang Nabila sendu.

"Nab, nenekmu... hiks... nenekmu lagi sekarat di Makassar...hiks..." Elisa tak bisa membendung lagi tangisannya. Marvel dengan sigap menyanggah Elisa agar tidak tersungkur ke lantai. Ia lalu membawa Elisa ke sofa.

Nabila mematung tak percaya. Sesaat setelahnya raut wajahnya berubah menjadi sedih, khawatir, dan takut. Ia takut kembali kehilangan. Sudah cukup untuk beberapa saat yang lalu. Nabila segera menghampiri Elisa. Ia berjongkok di depan Elisa kini sedang sesegukan dalam tangisnya. Marvel terus mengelus lembut punggung Elisa. Ia juga sangat kaget mendengar berita tersebut.

"Kak, sapa yang kabarin bunda soal ini?" tanya Nabila dengan air mata yang kembali luruh.

"Tadi pagi sekitar jam tiga subuh, om Wisnu kabarin bunda kalo jantung nenek kembali kambuh. Dan sekarang lagi masuk di UGD. Jadi bunda mau langsung terbang ke sana, aku sudah pesan tiket tercepat pagi tadi," jelas Marvel pada Nabila.

"Bun, Nabila ikut sama bunda. Nabila pengen liat nenek," ujar Nabila memelas.

Elisa lalu menatap putrinya itu, kemudian mengelus rambutnya dengan lembut. "Kamu nanti nyusul ama kakakmu, kamu juga harus minta izin dulu ke sekolahmu. Dan kakakmu juga harus mengurus sesuatu terlebih dahulu di kampusnya."

'Cause You're Mine (Sudah Terbit) ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang