16

3.1K 148 3
                                    

Comment jika ada typo, supaya langsung di revisi

"Menjauh bukanlah keinginan ku ,  namun keadaan lah yang memaksa aku untuk menjauh darimu" - Neysa Lavinia Putri.

"Masih pantaskah jika saya menyayangi mu? "-Andra Hanan Adyatama.

***

Neysa sudah siap untuk berangkat ke sekolah, namun tiba-tiba hpnya berbunyi menandakan adanya pesan masuk.

Satya:"Neysa gue udah di depan rumah lo, pagi ini kita berangkat bareng"

Neysa yang membacanya tersedak air liurnya sendiri, dan matanya melebar.

"Bunda, neysa berangkat dulu, neysa nggak jadi nebeng mobil papah", ujar neysa sambil berlari menuju ke luar rumahnya, dan benar saja, sudah ada mobil Satya yang terparkir di depan.

Neysa mengetuk kaca mobil Satya. Lantas Satya keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu sebelah, dan mempersilahkan neysa masuk.

"Silahkan tuan putri", ujarnya seperti sopir kepada majikannya.

Neysa pun tertawa geli dengan tingkah satya.

Setelah masuk ke dalam mobil, mereka melanjutkan menuju ke sekolahan.

Banyak yang mereka bincangkan, dan juga bersendau gurau, hingga tak terasa sudah sampai di sma nya.

Ketika turun dari mobil Satya, banyak pasang mata yang memandang neysa sinis, iri, dengki, dan lain sebagainya,namun neysa terus melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang didampingi oleh Satya.

Telinga neysa terasa panas mendengar celaan dari siswi yang sedang bergerombol dan berbisik-bisik dan bahkan ada yang terang-terangan menjudgenya.

"Dasar, baru kemaren ditolak sama andra, sekarang udah ngegaet Satya"

"Mantan yang dulu disia-siain sekarang malah dideketin lagi, ewhh"

"Nggak punya malu, pacar sahabat sendiri direbut"

Well, nggak kebalik tuh!

"Jalang murahan lo ney"

Tiba-tiba Satya menggenggam tangan neysa dan membisikkan sesuatu
'jangan dengerin mereka semua, anggep aja nggak ada mereka'

Neysa pun menganggukan kepalanya dan terus berjalan dengan tangan Satya yang masih menggenggam tangannya.

Ketika melewati kelas IPA 1,mata neysa bertemu dengan mata andra yang sedang duduk di bangkunya. Nafas neysa tiba-tiba menjadi sesak sendiri, neysa memutuskan tatapan tadi dan memilih melanjutkan langkah menuju ke kelasnya.

Andra yang melihat itu merasa serba salah, lalu detik selanjutnya andra mengendikkan bahunya seolah tidak perduli.

Setelah sampai di depan kelasnya, neysa melepaskan cekalannya dan mereka saling berhadapan.

Satya mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, yang ternyata sebuah ipod beserta airphone.

Satya mengamit lengan neysa dan meletakkan ipod tadi di telapak tangan neysa. Neysa pun mengernyit bingung dengan apa yang diberikan oleh Satya tadi.

Seakan mengerti, Satya tersenyum dan menjelaskan, "Pakai ini, biar nggak denger apa yang diucapin anak-anak, jangan fikirin apa kata mereka. Yang lo dengar itu cuma apa kata guru yang lagi nerangin di depan sama satu lagi, ucapan gue"

Certainty[On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang