2

4.7K 200 5
                                    

Comment jika ada typo, supaya langsung di revisi

Dua

"Kadang aku berfikir, untuk apa hidup bermewah-mewahan tetapi nyatanya tidak seharmonis seperti orang-orang diluar sana"-Neysa Lavinia Putri.

***

Neysa memasuki rumahnya dan melihat saudara tirinya yang sedang asyik menonton acara tv dengan beberapa snack yang bertebaran dimana-mana.

Neysa hanya memutar bola matanya saja, jengah dengan tingkah lakunya.

"Woy, baru pulang lo",sinisnya kepada Neysa.

"Apa urusan lo"

Tiba-tiba saja mamah tirinya datang,Neysa langsung menyaliminya.

"Ganti baju dulu sana, baru habis itu kita makan bareng-bareng",ujarnya sambil mengelus kepala neysa.

"Nggak bun, Neysa nggak laper kok",tolaknya halus.

"Laper nggak laper, tetep makan dong biar nggak sakit Neyy"

Neysa menghela nafas dan mengangguk dan beranjak menuju ke kamarnya.

Kadang Neysa heran sendiri, mengapa mamah tirinya sangat menyayanginya berbanding terbalik dengan saudara tirinya tadi, ia berfikir apa benar itu anak dari Bundanya itu.

Beruntung Neysa memiliki ibu tiri yang tidak seperti pada film-film, dimana yang namanya ibu tiri itu selalu jahat, namun bundanya malah menyayangi dirinya sepenuh hati.

Arinjani Sadega, ibu tiri dari neysa yang memiliki anak kandung bernama Fransiska Bunga Sadega, dengan sifat yang jauh berbeda dengan Arinjani.

***

"Bun, ayah pulangnya kapan",tanya Neysa di sela-sela makannya.

"Nanti malam, kalau nggak ya besok katanya pulang"

Neysa hanya mengangguk paham dan melanjutkan memakan makanannya

"Tadi gimana sekolahnya?",tanya Arinjani.

"Biasa-biasa aja tuh bun",jawabnya seadanya.

"Katanya Siska mau pindah ke sekolah kamu tuh"

Neysa yang tadinya akan menyuapkan satu sendok ke arah mulutnya, mendadak berhenti dan memandang Bundanya serius.

"Jangan, Neysa nggak mau. ",jawabnya dengan mengalihkan pandangan.

"Kenapa lo, takut kesaing yah sama gue?",sinis Siska.

Neysa memandang Siska datar.

"Bun, udah cukup Bun Siska mencampuri kehidupan neysa Bun, pokoknya Neysa nggak mau"

Neysa beranjak dari ruang makan dan menuju ke kamarnya tak memperdulikan panggilan dari Bundanya.

Neysa bergerak mengambil bingkai foto yang menampilkan wajah seorang perempuan yang tak lain adalah ibunya, walaupun Neysa belum pernah melihat secara langsung wajah ibunya seperti apa.

"Mom, Neysa nggak suka punya saudara tiri mom",ujarnya dengan suara bergetar.

"Siskaa jahat mom, jahat ke Neysa",tak terasa air matanya mengalir hingga membuat aliran kecil.

"Ini semua nggak adil mom, kenapa momy pergi ninggalin Neysa".

Neysa menatap nanar ke arah foto perempuan itu dan mengelus wajahnya.

***

Pintu kamar Neysa di ketuk beberapa kali oleh papanya.

"Ney.. Buka pintunya Ney, Papa mau bicara"

"Nggak mau kalo Siska sekolah di sekolahan Neysa, titik",teriak Neysa.

"Buka dulu Ney.."

Dengan berat hati Neysa membuka pintu kamarnya. Neysa duduk pada pinggiran kasurnya begitu pula Papahnya.

"Ney.."panggilnya dan mengelus rambut Neysa dengan penuh kasih sayang.

"Papa pasti mau ngomong soal kepindahan Siska ke sekolahan Neysa kan"

Fahri tersenyum.
"Sejak kapan anak papa jadi gini, Neysa nya Papa kan selalu riang,senyumnya juga nggak lupa, terus ini kenapa jutek gini"

Neysa menghela nafas"Neysa nggak bakalan gini kalo Siska juga nggak ngerecokin kehidupannya Neysa pah"

"Iya tau, Neysa juga harus bersikap dewasa, kan kamu sama Siska itu kakak adik sekarang, masa kamu gitu Ney. Papa bangga kalo Neysa bisa menerima semua ini Ney, kamu itu kebanggaan papah"

Air mata Neysa menggenang di pelupuk matanya, yang membuat penglihatannya menjadi buram. Selalu saja seperti ini.

"Neysa ingat kan pesen terakhir dari mom buat Neysa waktu dulu?"

Neysa menggigit bibir bawahnya, nemahan supaya isakan-isakan kecilnya tidak lolos dari mulutnya, namun semuanya sia sia, Neysa menangis.

Neysa tau betul apa pesan ibunya. Fahri langsung mendekap anak kesayangannya itu.

"Mom dulu bilang, Neysa harus jadi anak yang nurut sama papah, jadi orang baik, selalu ceria jangan murung, jadi anak yang pintar biar bisa banggain papah. Kalo mom Neysa liat Neysa nangis gini pasti papah dimarahin, pesen Mom dulu ke Papah itu harus jaga Ney, terus jangan sampai Ney nangis, sedih",Fahri menghela nafas, dadanya sesak saat mengingat istrinya dulu.

Tangis Neysa semakin menjadi dan terisak.

"Udah Neysa jangan nangis yah, pasti Mom sedih kalo lihat Neysa gini"

Neysa mengangguk dan menghapus air matanya

"Iya pah, terserah Siska deh mau sekola dimana, tapi neysa nggak mau di ributin sama siska",ujarnya sambil sesenggukan.

Fahri tersenyum dan mengacak rambut neysa."Good girl, yaudah Papah keluar dulu yah"

.
.
.
.

Gimana part ini??

Perasaan kalian setelah baca part ini?

Vomment yah😊

Certainty[On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang