29

2K 92 8
                                    

"Semoga kalian bahagia."-T

"Maaf aku hanya menjaga perasaan wanita yang aku sayangi."-A

***

Andra memasuki rumah nya, melewati ayahnya yang nerada di ruang keluarga tanpa berniat untuk menyapa nya.
Ketika hendak melangkah kan kakinya pada anak tangga, suara panggilan mengurungkan niatnya.

"Andra papah mau ngomong penting." seru Damian.

Dengan malas Ia berbalik dan menghampiri ayahnya itu.

"Gimana sekolah kamu?."

Basi!  Selalu kata itu yang ayahnya lontarkan ketika sedang berhadapan seperti ini.

"Biasa."jawab Andra singkat.

"Nanti malam kamu ikut papah ke acara temen perusahaan papah, sekalian mau ngenalin kamu sama temen-temen papah." ujarnya tanpa menghilangkan kesam tegasnya.

Andra tidak bisa menolak, mau tidak mau pasti dia akan ikut dengannya. Bagi nya keinginan ayahnya lebih penting dari pada keinginan nya, dan tidak terbantahkan.

Ia hanya mengangguk dan pergi melenggang menuju ke kamarnya.

Damian memandangi punggung Andra yang semakin menjauh, dia merasa gagal menjadi ayah, sampai-sampai mereka berdua pun seperti orang asing ketika sedang berbicara, terbesit rasa ingin membebaskan Andra dengan cita-citanya, tetapi itu tidak mungkin karena perusahaan nya membutuhkan penerus.

Andra memilih untuk menghubungi Neysa, ketika ia sedang dalam kondisi seperti ini orang yang mampu menenangkan nya hanyalah Neysa, entah mengapa hanya dengan mendengar suaranya membuat suasana hati nya lebih membaik.

Membuka aplikasi hijau itu dan meng-klik vidiocall, tidak membutuhkan waktu lama Neysa mengangkat panggilan video tersebut yang menampilkan wajah perempuan itu sedang tersenyum cantik.

"Hay." sapa Andra.

Neysa pun melambaikan tangannya dam tersenyum.

"Kenapa Ndra, luka kamu masih sakit? Mau diobatin lagi?."

"Nggak, aku cuma pingin denger suara kamu."

Neysa merasakan pipinya memanas dan salah tingkah sendiri. Andra yang melihat itu pun tertawa pelan.

"Pipi kamu merah."

"Ishh Andraaaaaa.. Neysa maluuuu." Neysa menutup mukanya dengan kedua tangannya.

"Ney." suara cowok itu terdengar serius yang membuat Neysa menatap Andra lekat di layar.

"Aku sayang kamu, jangan pergi."

Diseberang sana jantung Neysa berdegub kencang. "Harusnya aku yang bilang gitu, Andra jangan tinggalin Neysa. Hal yang paling Neysa takutin itu Andra bakalan ninggalin Neysa."

Ia menggeleng pelan. "Aku janji nggak akan."

Dan obrolan mereka berlanjut hingga tak terasa hari sudah sore. Ia pun mengakhiri panggilan video tersebut dan bersiap siap untuk pergi bersama ayahnya menghadiri acara yang menurutnya membosankan.

Certainty[On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang