27

3.6K 131 11
                                    

***

Neysa sedari tadi hanya mengaduk-aduk bakso dengan sendoknya, tidak ada nafsu untuk memakan walaupun hanya satu suapan saja.

Afi yang berada di depannya pun memandang Neysa dengan heran. "Woy di makan tuh, gimana si loh."

Neysa pun tersentak kaget, karena ternyata dari tadi Neysa hanya melamun saja. "Nggak nafsu gue.", ujarnya sambil menyingkirkan mangkuk bakso tersebut.

Hingga ada tangan kokoh yang menutup matanya dari belakang, Neysa pun berusaha mengenali tangan tersebut dengan memegangnya. "Siapa ini?, ahh gue tau, Satya pasti ini.",tebak nya yang tidak meleset.

" Yah.. Nggak asik lo Ney.", kesal Satya karena mudah di tebak oleh Neysa.

"Neysa lagi nggak pingin bercanda Sat.",tutur Neysa.

Satya berfikir sejenak, mungkin karena pesan itu yang membuat Neysa seperti ini, pandangan Satya jatuh pada mangkuk bakso yang masih utuh itu.

"Nah itu kenapa makanan lo masih utuh.",tanya Satya.

Neysa memandang mangkuk bakso tersebut dengan malas. "Nggak ada nafsu.",jawabnya singkat.

Tangan Satya bergerak mengambil mangkuk bakso tersebut, dan menusuk-kan bakso dengan garpu dan bergerak untuk menyuapi Neysa.

"Makan Ney, ntar lo sakit."

Neysa menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan menggelengkan kepalanya.

"Beneran nggak mau?.",tanya Satya.

Dengan cepat, Neysa menggeleng kuat, "Nggak mau, Neysa nggak mau Satya.."

"Mau gue ambilin kucing? Atau di gelitikin?.", tawar Satya.

Neysa langsung membelalakan matanya, demi apapun Neysa takut dengan kucing dan paling nggak suka di gelitikin.

"Satya.. Jangan gitu dong, nggak asik deh.",tolak Neysa.

"Makan atau gue ambilin kucing?.",goda Satya.

Dengan berat hati, Neysa pun menuruti Satya. "iya deh iya, sini Neysa makan sendiri.",kesal Neysa.

Satya pun menggeser mangkuk bakso tersebut di depan Neysa, dengan sangat terpaksa Neysa menelan bakso tersebut.

Neysa tidak sadar bahwa dari tadi ada orang yang melihat kejadian itu dengan perasaan campur aduk, hatinya terasa sakit, namun walaupun seperti itu dia tidak bisa menghentikan atau pun menghampiri mereka.

***

Neysa dan Afi berjalan melewati lobi sekolah, beberapa menit yang lalu, Satya pamit menuju ke kelasnya, dan tinggal lah mereka berdua.

Sama seperti tadi pagi, banyak yang memandang Neysa sengit. Saat memasuki kelasnya, Neysa langsung duduk pada bangku-nya dan mengambil buku yang masih berada di dalam tas-nya.

Saat dibuka, terdapat kotak kado berwarna merah, warna kesukaan Neysa. Dengan rasa penasaran, Neysa meletakkan kotak merah tersebut di meja.

"Apa itu Ney?.",tanya Afi.

Neysa mengendikkan bahunya, menandakan dia tidak tau. Dengan hati-hati Neysa menarik tali pita berwarna senada dengan kotak itu.

Saat di buka, Neysa langsung berteriak kencang dan menutup matanya, badan-nya bergetar karena ketakutan, keringat dingin pun mengucur.

Afi yang berada di samping-nya pun kaget bukan main saat mendengar teriakan Neysa, dan berusaha melihat apa isi dari kotak itu.

Dan betapa kaget-nya lagi ketika melihat isi dari kotak tersebut. Semua teman kelas Neysa hanya memandangi saja dan saling berbisik-bisik.

Certainty[On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang