28

2K 76 4
                                    

"Bersikap dewasa dan lebih mempercayai orang yang kita cintai itu lebih baik dari pada mendengarkan ocehan yang tidak jelas kebenarannya."

***

"Jadi siapa yang nyuruh lo?. ", tanya Satya pada adik kelas yang sudah dibanjiri dengan keringat dingin itu.

"E-- i-itu kak, di-disuruh sama-."

"Siapa?!". Sentak nya.

"Jujur kak saya juga nggak tau siapa yang nyuruh, sumpah demi Allah kak.",jawabnya gemeteran.

Andra menaikkan satu alisnya, menandakan dia belum mengerti maksudnya.

"Jadi waktu saya di toilet, ada orang yang pakaiannya serba hitam nyuruh saya buat laporin ke BK, saya nggak ngenalin siapa itu orangnya, yang jelas kayaknya bukan siswa sekolah sini."-jelasnya.

Andra semakin yakin bahwa dalang di balik semua ini adalah Raka. Menurut penjelasan adik kelas tadi.

Dia berjalan dengan cepat tanpa menghiraukan adik kelas tadi menuju ke parkiran motor. Melihat ke arah gerbang sekolah yang kebetulan dibuka lebar.

Dengan cepat Andra menaiki motornya dan menancapkan gas sekencang mungkin keluar dari sekolahan.

***

"Nggak usah kebanyakan basa basi, ngaku aja lo kan dalang di balik semua ini?." nadanya terdengar menahan emosi.

Namun orang yang diajak bicara hanya tersenyum meremehkan. "Gue bilangin baik-baik, kalo nggak ada bukti nggak usah nuduh orang sembarangan. Dan lo juga nggak usah ke-geeran deh."

Andra hendak melayangkan pukulan tetapi hanya tertahan di udara. Mengurungkan niat untuk meninju Raka.

Ia memilih untuk pergi dari hadapan cowok itu dan kembali ke sekolah nya.
Motor besarnya berhenti karena lampu merah. Tangannya merogoh saku jaketnya dan mengambil benda pipih berwarna hitam itu kemudian jarinya bergerak lincah mengetik kan pesan untuk seseorang.

Ney, temuin gue di perpustakaan.

Dan setelah itu ia memasukkan kembali hp nya ke dalam saku jaketnya itu.

Butuh waktu 15 menit untuk sampai di sekola nya, dan ia langsung bergegas menuju ke perpustakaan. Menghiraukan banyaknya siswa yang berlalu lalang dan memandangi nya.

Ketika sampai di perpustakaan, dari kejauhan ia melihat cewek yang tengah duduk dan memainkan handphone.

"Nunggu lama yah?." sapa nya yang berhasil mengagetkan cewek tersebut. "Maaf." sambung nya.

Neysa tersenyum tipis, keadaan canggung menyelimuti mereka. Andra berdehem untuk membuat suasana menjadi lebih tenang.

"Ney, gue minta maaf." lirih Andra sambil menatap Neysa intens.

"untuk?."

"Semuanya." menghirup nafas dalam hingga memenuhi paru-parunya dan menghembuskan perlahan. "Semua yang aku lakuin ke kamu, maaf aku nyakitin kamu lagi. Aku jahat banget yah? Bukan jahat lagi kayanya, tapi brengsek." tak menyadari Andra mengubah panggilan ke Neysa menjadi aku-kamu.

Neysa diam beribu bahasa, jujur saja memang dia sangat kecewa dengan cowok yang ada di depannya itu, hatinya lelah, lagi-lagi dia menyakiti nya. Namun entah mengapa seakan semua kesalahan Andra menguap begitu saja ketika melihat ekspresi cowok itu yang merasa bersalah dengan semuanya.

Certainty[On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang