==========
"Padahal, kata MAAF terlalu mudah. Tapi kenapa begitu sulit ku ucap?"-Salsa
==========
Pupil coklatnya menatapku lekat. Lelaki itu mengerutkan kening lalu hendak berbalik.
'Apa!! Dia kan?!?' Aku berusaha
meyakinkan penglihatanku. Ya, benar. Lelaki dihadapanku tak lain adalah pengendara tadi.Jangan sampai kali ini lolos lagi. Tak ku biarkan kesempatan ini berlalu sia-sia.
"Woy!! Lo itu yang nyalip gue di tikungan kan??" Suaraku membesar saat ia kembali menghadapkan badanya padaku. Sepertinya, kalimatku barusan sukses membuat dia mengurung niat lanjut berjalan.
"Gua? Nyalip elu? Yang iya aja kali. Gua gak merasa tuh." Asli. Nih orang minta di gaplok.
"Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi.
"Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu berbalik.
"Kampret!" Aku menarik lengannya membuat ia kembali berhadapan denganku.
Badannya terayun mengikuti gerakanku. Ia menatapku jenggah. "Apa lagi, hah? Lu kira dengan begini, lu bakal bisa dapet perhatian gua?" Ia menaikkan bibir menantang, "mimpi lo kejauhan, dasar caper!"
Jleb.
Baru kali ini ada orang berani bicara begitu di depanku. Cowok lagi.
Oke, aku akui, memang dia punya paras tampan. Tapi bukan berarti aku akan jatuh hati padanya dan berusaha cari perhatian agar dapat hatinya. TIDAK. Salsa bukanlah tipe orang seperti itu.
Ia berbalik lalu melanjutkan jalannya yang sempat tersendat. Tangannya di tarik paksa, lalu tanpa peringatan, paras tampan lelaki itu terkena sasaran tonjokkan. Tunggu, bukan aku yang melakukan itu. Lalu?
Pelakunya menajamkan sorot pandang bak pedang samurai. Terbesit jelas kemarahan yang luar biasa lewat matanya.
"Lo bilang apa barusan? Hah?" Arbuy menarik kerah depan anak baru. Ia mengancam dengan emosi meluap. Seketika, tubuhku membeku.
"Minta maaf sekarang! Atau gua buat lo masuk dokter gigi!" Bentak Arbuy mengintimidasi.
"Mau nonjok gua? Sok ayo. Tonjok sekarang. Gua gak takut lawan anak kencur kayak lo!" Kata dia terpancing emosi.
Arbuy makin tersulut emosi, ia mengepal kuat telapak tangannya dan bersiap melayangkan tembakan pada lawan di hadapannya.
Aku jelas terkejut bukan main. Kenapa jadi begini akhirnya, di luar perkiraanku.
Kalau terus dilanjutkan, bakal kacau jadinya. Belum lagi masuk ruang BK, bisa makin rumit. Bila seandainya hanya mereka berdua, aku tak terlalu mengapa. Masalahnya, namaku bisa-bisa ikut terpanggil menggingat aku yang memulai walau tidak sepenuhnya.
Aku menyadarkan diri dari lamunan. Segera ku tarik tangan Arbuy dan berdiri diantara mereka. Tatap kilat mereka masih belum bisa ku atasi. Mereka masih menikmati tatapan dendam meski aku berusaha berdiri diantara mereka. Yah, mungkin karna tinggi yang tak seimbang ini.
Arbuy menepis badanku, matanya seakan menyuruhku kepinggir saja dan menonton laga pertandingan ini seraya menghitung skor.
Tak mau mempedulikannya, aku mengerakhan tenaga mendorong Arbuy supaya menjauh. Arbuy masih berusaha memancing emosi anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Teen FictionAmatir version "Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi. "Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu b...