26. Bukan Munafik!

85 7 0
                                    

Tepat 2 meter di sampingku, Jun berdiri tegak sambil menenteng sepasang sepatu yang terikat dengan salah satu tangannya. Ia menaikkan barang itu, seperti menunjukkan lebih jelas padaku. Sontak, aku menunduk melihat kakiku yang hanya beralas kaus kaki dan sandal swallow.

'Mau apa dia dengan sepatu-sepatuku?'

Aku menghela nafas sesaat sebelum berdecak sebal. Dan menghampiri Jun, meminta apa maunya dengan membawa sepatuku ke permukaan.

"Makasih." Aku tersenyum padanya lalu mengapai sepatuku. Namun, ia manaikkan lebih tinggi lagi. Lagi dan lagi. Ditambah, panjang tangan Jun yang hampir mirip dengan Arbuy. Sungguh menyulitkan.

"Nggak usah ngeledek deh!" aku berusaha mengambilnya lagi.

"Siapa suruh ninggalin sepatu di atas tas gua?!"

Aku mengernyit bingung, maksud perkataan Jun tadi. bukankah aku menaruhnya di kelas? Mengapa ada padanya?

"Gak inget?" kata Jun menaikkan kedua alisnya. Baru, aku mengingatnya lagi. Tadi pagi, saat  kelelahan sesudah dihukum, aku membuka sepatu dan menaruh asal sambil meluruskan kaki dan memijatnya kecil.

"Yaudah sinih bailikin!"

"Enak aja!" ia semakin menjauhkan sepatu bertali itu dari jangkauanku, "tas gua bau tau! Gara-gara lo!"

'Maksudnya?'

"Nih," Jun membalikkan sepasang sepatu hitam itu, lalu mendekatkan sedikit padaku. Aku menelitinya, namun, sama saja. Tak ada yang aneh di sepatuku itu.

"Gak usah ngeles."

"Mata lu nggak kotok kan?"

Aku menggeleng 'tidak' polos. Memang benar, mataku ini masih sehat,tidak ada riwayat penyakit mata.

"Nih, liat!" Jun menunjuk bagian bawah sepatuku. Aku melotot kaget. Dari sana, dapat terlihat jelas kotoran Ayam melekat bak permen karet pada alasnya.

"Dih, kok bisa?!"

"Lah au. Malah nanya gua." Jun membalik tasnya, lalu menunjukkanya padaku. "Tas gue kena korban Sal!"

Memang, terdapat beberapa noda kecil di tas Jun. sedikit berbau pula. "Ya, Maaf." Kataku kemudian.

"Enak aja, tanggung jawab lah!"

"Cuma noda kecil doang Jun! tinggal di cuci apa susahnya!"

"Kalo salah mah, salah aja Mbak. Nggak usah ngeles."

Aku terdiam sepontan. Iya, memang saat ini aku bersalah. Ceroboh pula. Kenapa tadi tidak dipakai saja. Mungkin tak akan begini jadinya.

"Yaudah iya. Gua salah. Gua minta maaf. Trus, apa mau lo?!" Berdecak sebal, "kudu gua jilatin gitu biar lo puas?"

"Jadi babu gua seminggu!"

Aku mendelik kaget. "Apa apaan itu. Nggak mau, ah." Tolakku pada Jun.

"atau, traktir gua tiga hari di kantin."

"Nggak dua-duanya. Yang lain."

"Nggak ada! Cuma itu pilihannya. Cepet apah!" ia mulai bosan menungguku memberikan jawaban. "Yaudah, lu nyuci tas gua aja deh! Kelamaan." Ia menyodorkan tasnya padaku. Aku berpikir cepat. Ogah juga kalau harus mencuci Tas Jun. Dari penampilannya saja, keliatan terdapat nilai tinggi di Tasnya. Secara, Jun anak konglomerat.

"Sehari deh," ucapku menawar pada Jun.

"Lima!" Jun menyanggah cepat.

"Dua,"

"Empat!"

"Tiga!"

"Deal!" Jun menyidorkan telapak tangannya.

"Deal!" Aku menepis segera tangan itu.

Bukan muhrim bok.

"Deal jadi babu? Atau neraktir?"

"Babu aja. Duit gua abis nanti."

"Oke! Gua tunggu besok. Awas lu ingkar janji!"

"Nggak bakal, elah. Bukan orang munafik gua." Aku mengambil paksa sepatu dari tangan Jun. Ia menatap tajam sebelum berlalu pergi. Aku menghela nafas pelan. Lalu mengirup udara sebanyak mungkin guna menetralisir keadaan.

Ku dekatkan indra penciuman ke alas sepatu. Hmm, ueek. Memang bau. Bau kotoran ayam.

'Bisa-bisanya gue nginjek tai kotok!'

***

Tbc.

Selasa, 1 Mei 2018

Kali ini up nya dikit. Gapapa lah ya, yang penting up. Wk. Maapkeun urang:'

Mari di Vote yang banyak serta Komenin. Biar almas seneng abis itu updatenya cepet.

Gomawo^^

SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang