"Gimana?" Mora menoleh penasaran menanti jawaban. Matanya sesekali mencari kopaja yang lewat.
"Gimana apanya?"
"Ish, dasar cewek gak peka!" Sambil nyengir sebal ke arah muka ku.
"Lha, wong kamu nanya nya cuma gimana, ya, ngga jelas lah. Gunakan bahasa yang baik dan benar sebagai anak bangsa dan...."
"Udah deh, Nggak usah ceramah ala mami ibu yen"
"Hehehe" jawabku dengan garuk garuk kepala. "Tuh!" Lanjut ku melihat satu kopaja mendekat. Mora terlihat masih mau ngobrol, tapi apa boleh buat? Aku sudah menarik tangannya terlebih dulu sebelum ia melanjutkan kata katanya.
Kenek kopaja berteriak memanggil sasaran penumpang. Sesekali sambil menawari dengan logat khas betawinya kepada pejalan kaki. Tak sedikit pula, pejalan kaki yang tertarik akan ajakan si kenek. Para penumpang mulai memadati kopaja, dan mata jeli mereka mencari tempat duduk yang masih kosong. Kadang, kesempatan itu digunakan oleh para pencari nafkah haram untuk menjalankan aksinya. Maka dari itu, saranku, tas lebih baik taruh didepan dan barang berharga jangan lengah dari pengawasan kalau tidak ingin jadi korban copet.
Mora sudah duduk manis dekat jendela. Ia melontarkan pandangan ke luar kopaja. Menunggu pak supir menjalankan kopaja dan kemudian dia akan kembali mengulangi pertanyaan gimana-nya itu padaku. Yah, kira kira itu yang ku terka dari tingkahnya.
"PENUH!!" Teriak si kenek dari belakang sambil memukul badan kopaja tanda kopaja siap jalan.
Baru, Mora kembali menoleh padaku. "Lu, di rumah Jun gimana?" Tanyanya kemudian.
"Ya, begitu. Nggak gimana gimana"
"Emang gak ada kejadian apa gitu? Ceritain kek, jahat lu mah. Ama sodara sendiri ge pelit"
"Sodara?"
"Sodara sesama muslim maksudnya. Hehehe" jawabnya kemudian.
"eh, ceritain, Malah ganti topik!"Aku tersenyum kecil, ternyata insting keponya kuat juga "Biasa aja si" ucapku singkat. "Eh, tapi..."
Mora antusias mendengar kelanjutannya.
"Gua sempet ngigo juga" lanjutku dengan suara kecil. Khawatir penumpang lain mendengar suaraku.
"HA?!? NGIGO!" Mora teriak kaget. Sesuai dengan prediksi, para penumpang merasa risih dengan teriakkannya.
Mora kembali mengecilkan suarnya."lu ngigo? Sempet sempetnya ngigo di rumah orang. Cukup di rumah sendiri napa!"
"Mor, asal lu tau yah. Gua kemaren itu pusing, gara gara ke ujanan pas ke rumah dia. Terus, disana gua sempet pingsan segala. Ya alhasil, gua disuruh nginep. Untung emaknya si Jun temen deket mak gue. Jadinya gampang hubunginnya" akhirnya aku menceritakannya kepada Mora. Walau tak semua.
Mora hanya manggut manggut mengerti. Tapi, bukan Mora namanya kalo nggak nanya sampe akar akarnya.
"Trus, lu ngigo kyk apa? Eh, maksudnya, lu ngigonya ngapain?"
"Pindah kamar sebelah"
"Kamar Jun?!?" Kali ini Mora dengan ekspresi amat serius.
Aku hanya berdehem menanggapinya. Biar keliatan cool dikit.
"Wah, Arbuy mesti tau ini!" Serunya kemudian.
"Mor, jangan kasih tau Arbuy pokoknya!" Cegahku langsung.
Mora nampak heran. Tapi, ada sesuatu yang dia tutupi dariku sepertinya.
"Kenapa?" Mora kembali menoleh padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Teen FictionAmatir version "Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi. "Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu b...