==========
Dan kini, Arbuy mempertemukanku dengan bimbang. Cukup yang kedua kali saja. Sesudahnya, aku tak berharap akan terjadi. -Salsa
==========
"Terima!!"
"Terima!!"
"Terima!!"
Sorak sorak penonton heboh bersahutan sana-sini. Mata mereka sangat menantikan gerakan bibirku yang sedari tadi bungkam. Bahkan, ada beberapa siswi yang jejeritan nggak terima bila Arbuy nembak aku saat ini. Bagi mereka, Arbuy itu termasuk dalam LCS-170 (Lima Cogan SMA 170). Sudah bijian bahkan puluhan, pisang goreng nangkring setia dimejanya tanpa tahu siapa pengirim. Hampir sama seperti Jun yang mendapatkan coklat tiap pagi. Tapi bedanya, Arbuy pengila gorengan. Apalagi yang harga serebu-an, langsung dicomot itu mah. Para cewek tentu tahu tentang gorengan dari Mora atau aku sendiri. Tapi, mereka tidak bisa gratis begitu saja mendapat informasi. Bayaran berupa risol 3 sudah tentu terjadi. Walaupun hanya risol 3, masih banyak yang minta torelan.
Terkadang, stalker-stalker asing sering terlihat di instagram Arbuy. Padahal intagramnya tak ada yang menarik. Foto selfi pun tak ada. Yang ada hanya foto aku dan Mora yang bejibun ditambah followersnya yang mencapai 3 juta lebih. Foto Arbuy sendiri hanya ada 3. Coba itu, TIGA doank!. Sungguh kids jaman old yang perlu dijaga karna saking langkannya.
"Jadi... jawabannya?" Lanjut Arbuy kemudian. Jarak 1 meter diperkecil olehnya. Kini, menyisakan beberapa jengkal saja. Para penonton gratis semakin mengigit jarinya. Berharap jawabanku sama dengan apa yang mereka inginkan. Yaitu, YA.
Aku menengadahkan kepala. Wajah Arbuy terlihat. Hidung mancung, serta alis hitamnya sungguh mempesona saat ini. Harum parfum pria pun tak luput dari indra penciumanku. Menambah semakin maskulin saja ia.
Padahal, yang kukenal, Arbuy sangat anti dengan yang namanya parfum. Selalu ada alasannya untuk dia menjauh dari parfum.
Pernah suatu ketika, kutanya mengapa? Dia malah menjawab,
"Kalo gue bengek-bengek, lu mau tangung jawab?" Jawabnya saat itu.
Atau, "Gua mah udah wangi dari orok. Apa kata dunia kalo gue make parfum lagi, pada tepar bisa kali!" jawabnya kala itu.
Sungguh, Arbuy yang saat ini berdiri dihadapanku, bukan Arbuy yang kukenal.Aku menundukkan kepala.
Lalu kembali menatap wajahnya lagi. Kini, aku sadar. Arbuy ternyata memang tampan bila dilihat lebih lama. Aku saja yang selama ini tak peduli.
Astagfirullah.
Zina mata woyy!!
Salsa! Ngapa lu jadi begini!!
Segera, ku yakinkan hati sebelum menjawab.
"Buy," panggilku pelan.
Arbuy menyahut. Lalu mendekatkan kepalanya. "Iya?"
"Sebenarnya, lu suka sama gua itu beneran atau main-main??"
"Maunya?"
"Emm. Gua sih berharap lu nggak akan bilang beneran! Karna.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Fiksi RemajaAmatir version "Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi. "Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu b...