CEMBURU part 1

223 35 5
                                    

Rasa benci, kesal, juga jenggah menyelimuti kala ia berhadapan denganku. Namun semua terasa berbeda begitu mengingat bahwa ia salah satu sahabat unik ku -Salsa

=============

Untuk sesaat, aku termenung. Diam dalam hening. Keheningan ini semakin menjadi kala bayang-bayang Jun melintas begitu saja tanpa ancang-ancang yang jelas. Aku tersentak kaget melihat wajah lelaki itu, samar lalu menghilang dengan cepat. Seperti angin lalu.

Wah, mulai gak beres nih mata. Pikirku kemudian.

Apa ini gara-gara gue mules semalem? Kejadian malam tadi terputar dalam benakku.

Aku menggeleng kuat. Ah, ngaco! Semalem gue mules cuma tiga kali bolak-balik kamar mandi. Masa iya, langsung halusinasi begini?

Padahal seminggu yang lalu gue mules bolak-balik kamar mandi tujuh kali aja, gak nyampe halu begini? Ngaco dasar!!

Ada perasaan bingung melanda, namun berubah menjadi penyesalan saat tahu kemarin Arbuy melukai wajahnya. Aku yakin, memar di wajah tampannya itu masih membekas untuk beberapa hari kedepan. Semoga saja, salep yang ia oleskan kemarin dapat mengurangi nyeri tersebut.

Tunggu, barusan aku memikirnya. Bahkan berharap semoga ia lekas sembuh. Yang benar saja? Tidak. Itu hanya bayangan tanpa alasan. Buat apa pula membayangi dia yang bahkan aku sendiri tak mengerti.

Aku menggeleng cepat. Menyadarkan diri dari lamunan tak jelas.

Arbuy sepertinya menyadari kelakuanku barusan. Ia menoleh ke belakang sekilas, lalu memfokuskan diri pada jalanan yang dilalui. Ia bergumam samar tak jelas. Mungkin karna mesin motor Arbuy yang rasanya seperti memelan. Entah karna faktor apa, motor yang dibawa Arbuy tiba tiba kecepatannya menurun.

Aku melihat sekitar, saat ini keadaan jalan memang tudak terlalu ramai, hanya beberapa pengendara saja yang terlihat. Aku menghafal jalan ini pertanda sekolah sudah dekat. Dan semoga saja, Arbuy tak menyuruhku turun lalu membantunya mendorong motor ninja yang sudah pasti berat mengingat besar motor yang terlihat.

Aku mendesah pasrah, "Buy, jangan bilang motor lu sakit?!" Ancamku setengah bertanya.

"Enggak janji, Sal!" Jawabnya kemudian. Dapat kudengar ia sedikit berteriak melawan bising jalanan. Yah, meski saat ini tidak bisa dikatakan bising.

Keadaan hening sejenak. Motor Arbuy mulai melambat.

Ngeng... Citt!

"Aduh!"

Tanpa diduga Arbuy menjalankan motornya kembali dengan kecepatan tinggi. Lalu mengerem dadakan.

Reaksiku langsung kaget kala ia meninggikan kecepatan motor dan sebal saat tahu bahwa itu salah satu trik jahilnya. Sekarang, aku harus sabar mengelus keningku yang nyeri akibat mencium helm Arbuy.

Tawa cekikikan terdengar samar. Ia membalikkan tubuhnya lalu melihat aku yang masih mengelus kening. Tatapannya sungguh tertebak, ia seperti mengejekku yang merasakan sakit.

Plak!!

Tanpa basa-basi, aku melayangkan tangan ke kepala Arbuy yang tertutup helm hitam.

"Argh!" Lelaki itu meringis, "beraninya main fisik, nih, udah kayak tukang pijet," gerutu Arbuy. Ia kembali menjalankan motornya. Kali ini ia mengendarai dengan standar.

SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang