Bu Nur menatapku tajam. Tak sampai disitu, Bu Nur juga memperhatikan diriku mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. Udah kek tawanan aja-,-
Arbuy jelas masih santai. Bu nur balim menatap Arbuy. Arbuy senyum. "Yaudah kalian boleh masuk, tapi klo lain kali kalian telat lagi kayak gini, ibu nggk akan kasih toleran lagi. Terutama kamu Salsa"
Kami masuk. Murid kelas 12 B menatap kami. Ada yang nahan tawa. Ada juga yang langsung ketawa terang terangan. Mereka melihat pakaian ku. Bahkan ada yang sampai melongo antara percaya atau tidak. Aku balas memelototi.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Pintu dibuka dan sosok Jun ada di sana. Itu mengingatkanku dengan kejadian tadi di toilet. Rasa bersalahku berubah menjadi benci hanya karna kejadian di toilet.
Dia masuk, berjalan melewatiku lalu duduk di belakang. Hari ini rasanya aku ingin berharap semoga bel pulang sekolah segera berbunyi.
***
Bel jam pertama berdering. Ini merupakan kesempatan emas murid SMA 170. Karna biasanya selalu ada murid yang keluar kelas entah itu karna ngobrol dengan temen kelas sebelah atau jajan di kantin. Sebenarnya peraturan sudah di tempel di mading. Tapi, namanya murid SMA nggk ngaruh sama yang begituan.Sosok pria bertubuh tidak terlalu pendek berjalan melewati koridor dari ruang guru menuju kelas 12 B. Yup! Kini jam ke 2 dan diisi pelajaran B. Inggris yang gurunya tak lain adalah pak yus.
Tanpa di suruh pun kami bergegas masuk kelas. Walaupun Pak Yus tidak galak, tapi Pak Yus sangat di hormati oleh murid SMA 170. Tidak seperti guru lainya yang galak. Salah sedikit di jemur.
***
"Baik anak anak, bapak akan membagikan hasil ulangan tempo hari" Pak yus menunjuk wildan untuk membagikan kertas ulhar (ulangan harian).Kertas itupun sampai di mejaku. Ku intip sedikit. Angka enam terlihat sedikit. Aku mendengus pasrah. Sudah bisa ditebak berapa nilainya dan pasti itu jeblok. Berapa lagi kalau bukan enam puluh. Memang B. Inggris adalah kelemahanku dibanding pelajaran lain.
Kulihat Arbuy sama senasip denganku. Hanya beda 1 angka.
"Karna ulangan kali ini banyak yang remed, bapak akan kasih kalian tugas. Tugas ini di kerjakan berkelompok. Satu kelompok 2 orang." Terang pak yus. "Bapak yang pilih orangnya"
Memang sudah jadi tradisi di pelajaran Pak Yus. Kalau nilai ulhar banyak di remed, akan diadakan tugas kelompok. Dan biasanya anggota terdiri dari dua orang. Satu yang mendapat nilai bagus, satu lagi mendapat nilai jeblok.
Ku lirik Mora, wajahnya tampak biasa saja. Bisa di bilang nggk ada tegang tegangnya. Jelas saja, nilainya delapan puluh enam.
"Wildan dengan kebi, mora dengan Arbuy,..." Pak yus menyebutkan satu persatu kelompok yang dipilihnya."dan yang terakhir Salsa dengan Kim Jun" lanjut Pak Yus. Kalimat terakhir Pak Yus justru membuatku kaget.
What!! Kenapa harus ama dia?! Mora membisikiku "lu enak banget si Sal, bisa sekelompok ama dia. Gua pengen tau"
"Lu mau?"
"Yaa mau banget malahan. Tapi emang boleh tukeran?"
"Hmm.. semoga boleh yak" jawabku. "Bapak, boleh tuker nggk pak anggotanya?" Tanyaku.
"Kalian harus mengerjakan tugas sesuai dengan partner yang sudah bapak pilih. Nggk boleh diganti. Oke." Jelas Pak Yus.
Huh! Terpaksalah mau nggk mau yaa.. harus mau sekelompok sama Jun.
***
Bell istirahat berbunyi. Rasanya mager banget ke kantin. Bukan karna benar benar males, tapi karna bajuku yang coklat trus di bilang belom selesai cebok sama si Arbuy. Nanti malah jadi pusat perhatian lagi. Bisa fames mendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Teen FictionAmatir version "Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi. "Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu b...