============
"Prediksi manusia memang belum tentu tepat sasaran. Bisa saja, yang terjadi jauh dari perkiraan kita" -Jun
============
Pintu perlahan ditutupnya. Suara gesekan pintu terdengar jelas. Rintikan hujan masih beriringan diluar. Ditambah angin dingin AC yang sayup sayup menusuk tulang secara perlahan.
Nampan coklat muda masih penuh dengan hidangan yang cukup mengoda. Tapi tidak untuk saat ini. Bibir ini bahkan tidak menyentuhnya sedikitpun. Hanya tengukan air, membasahi kerongkongan yang kering. Nggak nafsu! Itulah kata tepat untuk dikatakan.
Ku pinggirkan makanan ke meja kecil samping tempat tidur. Masih bingung mau ngapain. Sesaat kemudian aku teringat akan HP. langsung kurogoh saku baju yang di jemur di samping ranjang. Hape lowbat, makan nggk nafsu, mana nggak ada chargeran lagi! Mau ke kamar jun, males Ah. Nanti malah ke ge eran. Unek unek yang tak mampu ku lafalkan. Takun terdengar sebelah.
Lama kelamaan mata mulai sayup sayup. Rasa kantuk ini sudah datang. Dan akhirnya tertidur.
***
Secercah cahaya pagi menyilaukan mata. Dan itu membuatku terbangun dari lelapnya tidur. Tidur semalam membuat badan ini terasa bugar kembali. Kurenggangkan tangan keatas. Menariknya kuat kuat.Diriku terkejut tatkala jam dinding tak berada ditempatnya. Yang kuingat, semalam masih menempel jelas disitu. Tapi sekarang menghilang entah pergi kemana.
Tas dan nampan yang kemarin malam juga nggak ada. Pertanyaan yang sama terus berputar dikepala. Apa yang terjadi semalam?
Apa ada yang ku lewatkan?
Atau, ini mimpi? Ah tak mungkin. Tanganku masih terasa pegal sebab krmarin.
Akhirnya aku menyadari sesuatu. Sesuatu yang mungkin aku tak pernah menduganya apalagi pun mengharapkan.
Yap! Jalan sambil merem alias....... tau sendiri lah.
"Aish, semalam pasti ngigo ngelantur ke kamar Jun" batinku. Aku bergegas keluar sebelum Jun datang. Perlahan melewati lantai demi lantai. Ku tarik pelan pelan gagang pintu agar tidak mrnimbulkan suara berisik. Tapi naas. Jun sudah berdiri di depan pintu. Ditanganya terlihat membawa tas yang sudah tak asing lagi. Tapi itu nggak terlalu jadi masalah. Sekarang ngurusin dulu yang ini. Jauh lebih penting.
"Dah bangun?" Tanya nya memecahkan keheningan.
"udah" jawabku gemetar.
"Lo tau apa yang terjadi semalam? Mau gue kasih tau?"
Aku menaikkan pundak bingung. Ni bocah ngomong apa ya?
Tapi akhirnya aku mengerti yang dimaksud. Mukaku merah menahan malu berharap ia lupa dengan kejadian semalam.
"Semalam lo ngelantur ke kamar gue. Trus langsung tidur gitu aja di kasur. Dibangunin nggak bangun bangun. Udah kayak kebo. Padahal gue juga mau tidur. Dan akhirnya mau nggak mau gue tidur dibawah. Trus satu lagi, tidur lu itu berisik yah! Mata gue sembab keberisikan lu semalam. Udah kayak radio rusak tau nggk" tuturnya panjang lebar. Yang jelas membuat diriku malu. Malu banget hari ini. Nggak berani natap matanya.
Jun berjalan masuk. Aku mundur perlahan. Tapi dia tetep maju.
"Dan ini, seragam plus buku lo! Nanti sekolah gue anter" Jun menaruh tas yang di bawanya di lantai. "Btw, adek lu lucu yah!" Sambungnya lalu berjalan pergi ke kamar mandi.
Aku menarik napas berat. Hancur sudah rencana pulang kerumah. Angan angan ingin kabur dari rasa malu kandas. Jun kerumah nggak bilang bilang. Dan yang paling nyesek berangkat sekolah bareng. Gimana perasaan Mora nanti. Pasti dia bisa salah paham. Aku tahu, Jun sangat spesial di mata Mora. Walau ia tidak mengatakan secara langsung, tapi bisa ditebak hanya dengan melihat cara Mora memandangnya. Gebetan sebelumnya tak pernah ditatap dengan tatapan seperti itu. Aku jadi merasa bersalah. "Pokonya, nanti di sekolah harus bilang!" Tekadku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALSA
Teen FictionAmatir version "Ha! Lu gak ngerasa?" Aku berdecak sebal, "emang bener ya, cowok kurang ajar tuh gak punya kepekaan!" Lanjutku masih dengan suara tinggi. "Lu kalo mau caper mending jangan sama gua. Percuma. Gak mempan di gua!" Ia meraih tasnya lalu b...