Menghadapi bimbang ketiga

113 24 2
                                    

Pelajaran demi pelajaran terlewati. Suasana hening perlahan meraba lalu menerkam. tak tanggung-tanggung lalu memakannya. Melahap tiap sudut kelas dengan nikmat.

Suara gores spidol dipadu papan tulis terdengar jelas. Materi bahasa Inggris Bu Nur seakan angin lalu yang sejuk. Memberatkan mata sedari tadi. Memulai siang dengan mimpi indah seorang pelajar.

Tapi tidak denganku. Aku berpikir terus jawaban yang cocok untuk Arbuy. Antara YA atau TIDAK. Hanya dua pilihan yang tercantum. Tak ada pilihan ketiga.

Mora seakan tak peduli dengan keadaan ini. Matanya sibuk tertutup sambil menelungkupkan tangan di meja. Bukunya didirikan, dijadikan penghalang agar tak terdeteksi scan tajam Bu Nur.

Sementara Arbuy, aku tak sanggup meliriknya. Perasaan dag dig dug suka muncul kala aku memandangnya. Padahal dirinya senyum kepadaku tadi. Dan itulah sebab aku dag dig dug. Paras tampan keturunan Arab yang dimilikinya, menambah gencatan hati tak karuan. Sulit rasanya melupakan kejadian semalam juga di kantin.

Aku baru ngeh sama Jun. Ada apa gerangan dengan si muka es. Kenapa sikapnya berubah tiba tiba? Apa benar, ia menyukai ku? Ah, nggak mungkin. Tadi Jun bilang Jangan baper dulu karna itu bukan suka, tapi kasihan. Berarti, itu artinya, Jun hanya menganggapku teman biasa. Dan aku dapat berkonsultasi masalah tadi dengannya.

Eitss, kalian bingung, kenapa aku tidak berkonsultasi dengan Mora?

Ya, itu karna, dia ada dipihak Arbuy. Bahkan, Mora sangat mendukung Perjuangan Arbuy. Perjuangan yang melibatkan aku sebagai korban.

Sekarang, tinggal menunggu waktu tuk sesegera mungkin usai. Karna, jiwa dan ragaku sudah bersatu berseru untuk pulang. Tak ada salah satu dari mereka yang menginginkan tinggal lebih lama.

***
Berjam jam kemudian,

bel mengema di tiap sudut sekolah. Terdengar jelas hingga memekakkan telinga. Tak telewat sedikitpun ruan yang sunyi.

Dengan kecepatan penuh, aku bergegas ngibrit ke parkiran. Sesegera mungkin berjumpa dengan si putih. Tak ingin rasanya berlama-lama di sekolah.

Tapi,

Satu hal yang menghentikan langkahku.

Tepat di depanku, sudah ada si putih bersama dengan plastik kresek hitam. Si putih disini adalah sepedaku, bukan si putih dingin alias Jun. Mereka saling menemani satu sama lain. Jika masalah cemburu, aku tidak cemburu. Yang dipermasalahkan, siapa yang naruh? Dan, isinya? Semoga saja bukan bom panci. Karna, tak sanggup aku membukanya.

Dengan penuh hati-hati, kubuka si kresek perlahan. Ikatan demi ikatan terlepas satu-satu.

Dan isinya,

Yang tak lain dan tak bukan,

Yang tak pernah kupikirkan sebelumnya,

Itu adalah,

Itu adalah,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KUACI,

Tapi bukan hanya kuaci, dibalik bungkusnya, tertempel secarik kertas kuning.


~~~
Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih kepada saudara Salsa yang telah meluangkan waktu membaca surat ini.

Dengan surat ini, saya, selaku siswa SMA170, ingin mengatakan bahwa nanti malam tepat pukul 20.00 WIB jangan membuka pintu rumah. Karna dikhawatirkan akan ada sesuatu yang membuat anda terkejut. 


Terima kasih atas waktu dan peehatuannya.

Salam,

Fakih

~~~~

Secarik kertas yang menurutku konyol. Mana mungkin, di SMA 170 ada siswa yang bernama Fakih?

Sejauh yang ku tahu, Fakih itu perempuan, dia bernama Syafakiha kelas 10A. Apa dia si Fakih misterius itu? Tak mungkin iya? Anak seculun, alim, dan tak ada catatan kriminal sekolah bisa belagu denganku. Lagi pula, dia bukan tipe cewek yang suka jail. Kalaupun dia nekat berani jahil denganku, besok, kulit kuning langsatnya sudah lebam biru terkena tampol Mora.

Masalah surat semalam dan sekarang, aku belum menceritakannya pada Mora. Bila ku ceritakan padanya, kutebak, ia pasti dapat mengetahui identitas Fakih dengan cepat. Mora akan mencari informasi seputar anak itu dengan berbagai cara. Maka, tak mustahil bagi Mora mengetahui gosip terkini seputar remaja jaman now di SMA 170.

Setelah puas dengan kebingungan yang dibuat Fakih, aku beranjak menaiki sepeda lalu bergegas ke sekolah Silsi. Membiarkan pikiran berkelana entah kemana memikirkan apa saja yang terlintas tanpa tahu yang tertuju.

***

================

Aku tahu ini egois, tapi ada saat dimana egois itu lebih baik dibanding mengalah -Mora

================

Berapa juta detik lagi menunggu kamu yang bimbang? Asal kau tahu, aku masih menanti jawaban terakhirmu -Arbuy


================

Apa yang terlihat belum tentu terjadi. Sama halnya dengan cinta ini. Yang kuperbuat belum tentu serasi dengan hati nurani -Jun

================

Arghh, dari siapa lagi ini!! Nggak puas apa sama surat yang kemaren?! Yang kemaren aja masih mumet, udah dateng lagi. -Salsa

================

Yang pasti, kau pernah berjumpa denganku dan aku berada tak jauh dari mu. Hanya kau saja, yang tak peka dengan sekitar -Fakih

================

《》《》《》《》

Chapter kali ini update nggak nyampe 1k kata-,-,-
(Soriii)😢

Setia terus yha ama Salsa story, jangan selingkuhin si Salsa.

Nnti authornya baper😂

Arigatou💕

SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang