Siapa? part 3

139 27 0
                                    

==========

"Ternyata, susah yah, ngode perempuan biar peka sama perasaan kita. Haruskah aku mengatakannya? Atau menyatakan?"-Arbuy

==========

Arloji menunjukkan pukul 19.50. Saat ini, aku sudah berada di kamar. Rebahan, menunggu waktu malam yang terus berlalu. Sholat isya sudah dilaksanakan sedari tadi. Sekarang, penyakit yang bernama bosen melanda diriku. Sama seperti cewek jaman now kebanyakan. Liat ponsel, nggak ada notifikasi, buka sosmed, nggak ada yang ngechat. Paling paling, OA line yang penuh di beranda.

Pengen banget nelpon Mora, tapi sekarang ini dia pasti lagi stalking cowok cakeb. Males nelponin dia, yang ada malah gosipin cogan cogan. Obrolan yang sangat sangat tidak berfaedah.

Setelah berfikir sekian menit, dengan pikir atang matang ku putuskan untuk nelpon Arbuy dari paa Mora. Yah, Kali aja dia mau curhat tentang cewek flashdisk.

Drrt...Drrt...

Baru juga dipikirin, udah nelpon duluan. Yap! Itu telpon dari Arbuy. Yey, nggak usah ngeluarin pulsa. Batinku senang.

"Iya, hallo?" Aku membuka percakapan.

"Sal, ini elu kan?"

"He em. Kenapa? Kangen?"

"Hehehe.. tau aja lu ah. Gua emang lagi kangen ama lu" jawab Arbuy diseberang.

"Serius? Gua tadi cuma bercanda lho!" Tanyaku setengah modar.

"Canda elah. Kaget yah?" Suara khas itu terdengar lagi. Tanda bahwa Arbuy sudah baikan.

"Ish. Nelpon gua kenapa? Ada masalah?" Aku mengulangi pentanyaan awal.

"Emm, Sal, lu kan cewek, gua pengen minta pendapat lu nih. Gimana kalo ada cowok yang nembak lo sekarang? Soalnya, gua ada di depan rumah cewek flashdisk itu. Plis, pendapatnya"

"Ya, tergantung"

"Apanya? Serius nih gua, pengen nembak cewek sekarang!"

"Tergantung, cowok itu serius apa nggak, dan tergantung gua suka sama cowok itu apa nggak" jawabku. "Eh, beneran lu mau nembak si cewek? Yakin?" Tanyaku tak percaya dengan seorang Arbuy yang tukang bercanda.

"Iya. Salsa! Yakin seratus persen malahan" Jawabnya hanya yakin.

"Mau nanya apalagi?" Tanyaku kembali.

"Emm, Kalo, cowok yang nembak lo itu gua gimana? Diterima nggak?" Arbuy bicara dengan nada candanya.

"Ish, tuh kan mulai lagi. Yang serius apa kalo ngomong, jangan bercanda mulu!" Ucapku setengah geram.

"Serius Sal, lu mau nggak jadi pacar gua?" Kali ini Arbuy dengan nada serius. Tak pernah ia bicara seserius ini.

Ha?Arbuy nembak gua? Yang bener aja! Berarti dia ada di...

Segera, kumbuka gorden dan menatap keluar jendela. Dan benar saja, di sana terdapat Arbuy yang sedang melambai dengan senyum manisnya. Tangan kirinya memegang ponsel yang masih didekatkan di telinga. Kemeja yang dikenakannya pun membuat ia terlihat maskulin dari hari biasanya. Intinya, beneran niat dia mau nembak. Dan itu GUE!.

Aku mematung ditempat. Tak pernah sama sekali kusangka ia bakal nembak diriku. Tak pernah terpikir sebelumnya seorang Salsa bakal ditembak dengan cara romantis.

"Gimana? Lu mau nggak sama gua?" Serunya menyadarkanku yang tengah mematung. Mukanya nggak ada tegang tegangnya. Biasa aja. Manggil juga masih sama kayak biasanya.

Sulit rasanya tuk menjawab. Ternggorokan terasa tercekat. Tak satupun kata dapat keluar dari mulutku dengan leluasa. Karna Ini, kali pertama aku ditembak seseorang, apalagi dia sahabatku.

"Woyy! Jawab apa, jangan ngacangin!"

"Liat muka gua Sal!" Arbuy menunjuk dirinya dari bawah.

"Kaget yah? Yaudah besok aja jawabnya. Dah tidur dulu sono. Oiya, satu lagi, nanti pas tidur jangan lupa do'a"

"Berdo'a semoga gua nggak ngiang ngiang di atas kepala. Dah yah. Gua tutup ni telponnya." Arbuy seakan tak ada beban mengatakannya. Padahal jantung berasa ciut kendur.

Tutt..Tutt..

Sambungan terputus. Arbuy melambaikan tangan kembali, sebelum pergi dengan motor ninjanya. Diriku masih tak percaya dengan kejadian barusan. Ponsel masih menggantung ditelinga. Masih kaget dengan kejadian barusan. Plak kutampar pipiku sendiri guna memastikan mimpi atau bukan.

Asli. Bukan mimpi.

***

Malam kian larut. Mata masih juga berjaga. Omongan Arbuy tadi sungguh kenyataan. Benar ajaib. Bagaimana ia bisa tahu padahal yang mengalaminya diriku?

Mukanya,

Hidung mancungnya,

Ekspresi wajah nyebelinnya,

Gaya nya berbicara,

Bahkan, kata kata yang tadi diucapkannya ikut mengema di kepala. Muka Arbuy tak mau sirna sirna juga. Padahal udah diusir berkali kali dengan tangan. Masih juga kekeuh, nggak ilang ilang. Ini maunya apa sih?

Aku menjambak rambut frustasi. Binggung mau nerima apa nggak. Yah, paling tidak pikirkan untuk besok. Mau taruh dimana nih muka kalo ketemu Arbuy.

Kulempar asal tanganku dikasur. Frustasi mikirin seorang Arbuy yang petakilan. Padahal tidak berfaedah juga.

Bukk..

Buku coklat tebal itu jatuh. Lembarannya terbuka lebar. Mataku menangkap kuning kuning terselip antara lembaran buku dibawah lembaran lainnya.

Penasaran. Perlahan kutarik kertas kuning itu, dan..

Terlihat isi surat tersebut berupa tulisan tangan. Tulisan tangan yang sepertinya ku kenal. Kuamati kata demi katanya. Sampai...
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"HAH!! APA APAAN INI!" Teriakku terkejut seketika membaca surat kuning itu. Isinya benar benar konyol menurutku. Dan ini kali kedua menimpaku. Sungguh, makin besar beban ini!

*
Untuk Salsa,

Gua harap lu nggak akan bilang tidak pas gue nanya.
Gua harap lo nggak stres pas jawab pertanyaan gua.
Jadi, pertanyaanya:

Mau nggak lo jadi pacar gua?

Ets, Jangan mangap kaget dulu. Tenang, Lu jawabnya nanti kalo udah tau siapa gua sebenarnya.

-FAKIH
*

Dan selesai, rangkaian kata kata indah yang sukses membuat diriku kaget sekaget kagetnya.

Bahkan bila Pak Cen cukur kumis sekalipun, lebih kaget ini.

Atau, bila Mora berhasil pacaran sama Pak Jhonthor, lebih heboh ini.

Bayangin aja coba, lo ditembak 2 orang dalam sehari. 2 ORANG. 2 ORANG. Seorang Salsa yang kudet bin katro sama yang namanya CINTA, harus kenalan perlahan.

Sukur sukur semuanya itu orang yang dikenal. Lha, aku sendiri aja masih bingung mikirin tembakan Arbuy, malah ditambah surat misteri. Siapa? Siapa sih dia itu. Orang yang bikin makin greget.

Sebenarnya, dari lubuk hati jauh terdalam, ada rasa bahagia. Ternyata ada fans yang ngirimin Salsa surat. Tapi kenapa harus surat CINTA? Ngga bisa yang lain? Misalnya tiket nonton, atau voucher belanja gratisan gitu.

Sekarang, Salsa tanya sama kalian semua, kudu terima yang mana?

Masa iya dua duanya, Salsa masih waras kok. Dan Salsa nggak mau maruk.

________________________

Okeh, baik.

Chapter kali ini sunguh waw bgt. Kenapa? Karna bnyk tantangan setiap mau nulis.

Jadi, Untuk para readers setia n para siders yang lebih setia.. smg feel di chapter kli ini bisa dpt :^

Thx^-^

SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang