Bimbang part 2

166 29 1
                                    

==========

"Andai itu aku. Tak kan aku sia siakan walau hanya sedetik."-Mora

==========

Pintu gerbang udah ketutup. Pak cen baru saja menutupnya. Kulihat arloji hitamku menunjukkan jam tujuh lebih lima belas.

Baiklah, kalau begini terpaksa harus ku keluarkan jurus andalanku. Apalagi kalo bukan MEMELAS.

Pak cen tentu sudah kebal dengan jurus jurusku. Berkali kali aku mengunakan jurus andalan, tapi percuma, pak cen tak goyah. Akhirnya mau nggak mau ku pakai jurus cadangan yang hanya digunakan kalo lagi kepepet kayak sekarang ini.

Yey! Berhasil juga akhirnya. Aku bebas melengang masuk. Tak lupa senyuman ku pancarkan bak miss univers. Tapi bedanya ini yang kw 50.-lol-

Tibanya di lapangan, angkah kaki ku perlambat. Anak kelas 10 jadi salfok sama aku. Ya iyalah, aku lewat di depan mereka yang lagi olahraga. Pamer dikit boleh lah. Sapa tau ada yang kecantol. Untung gurunya nggak ada. Jadi aman.

***
Suara sorak ramai terdengar jelas hingga depan kelas. Aku ikut tersenyum mendengarnya. Yap! Itu tandanya guru guru lagi pada rapat. Langsung kubuka gagang pintu. Semua kaget langsung menoleh kearahku. Malahan, yang duduk diatas meja langsung jongkok dilantai pura pura nyari pulpen nya yang jatuh.

Tawa muncul kembali mengisi kelas. Kembali ke keadaan semula.
"Gua kira guru! Taunya si ratu telat" kata Padil kembali duduk di meja. Lalu melanjutkan obrolannya dengan Kim Jun.

Jun melihatku sebentar lalu melihat kearah lain. Mora menyodorkan permen karet yang selalu dibawanya. Aku mengeryit heran.

"Ini! Nggak mau? Yaudah" kata mora memasukkan permen itu ke kantongnya.

"Eh,, ya mau lah! Sini permennya" jawabku sambil membuka telapak tangan.
Suasana seperti ini yang paling dinanti nanti. Nggak ada guru, nggak ada pelajaran, atau nggak paling parah pulangnya cepet. Yah, free class itu kayak surga para pelajar.

"Lu apain pak cen, sampe bisa di ijinin masuk?"

"Ada deh"

"Bukanya, pak cen udah kebal ama rayuan lu?

"Kan pake jurus cadangan"

"Paan tuh? Baru denger"

"Gua kasian sama pak cen. Kadang kalo pagi dia nggak sempet sarapan. Karna aku mencoba menjadi anak teladan, aku kasih makan siangku ke pak cen. Lumayan lah nyenengin orang" balasku panjang kali lebar.

"Ada ada aja jurus lu" kata mora sambil mengelengkan kepala tak percaya.

"Kemarin kok nggak dateng?" Sahut Arbuy yang kini duduk di sampingku. Terpaksa aku geser sedikit kearah Mora.

"Kemarin gua ke rumah Jun" kataku datar sambil mengelembungkan balon.

"What! Lu ke rumah Jun?" Sambung Mora histeris membuat gelembung permen karetku pecah."ish.. lu kenapa nggak ngajak gue!!" Tanyanya kembali sambil masang muka antusias.

"Ngajak lu?! ada juga, marah sama lu!" Balasku santai tak terima."lu ngapain ngasih nomer gua ke Jun!!" Kali ini suaraku meninggi.

"Eh? Ya, maaf. Abis dia mintanya sambil natap mata gue, yaa gue kasih" jawab Mora. Kini wajahnya tersipu malu. Tapi tetep antusias.

"Auah! Sahabat macam apa lu, udah tau kemaren gua sebel sama dia!" Kataku sambil merebahkan diri ke kursi. seperti menghepaskan semua kekesalan. Lalu kembali memainkan permen karet.

SALSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang