Sungguh lelah melawan rindu
Selalu kalah dengan waktu
Semakin lama waktu
Semakin dalam rindu
Alarm jam weker yang sengaja di setting pukul 06.00 membuat Kiana terbangun dari tidurnya. Kiana hari ini ingin berlari pagi di daerah komplek rumahnya.
Ketika Kiana ingin memakai sepatunya, bik Sum menghampiri Kiana.
"Wah, tumben non Ki jam segini sudah bangun?".
"Iya bik, Kiana pengen lari pagi sebentar, udah lama gak olahraga nih. Biar Ki makin kurus bik".
"Apa yang mau dikurusin lagi non? Non mau badannya setipis papan jalan emang?" tawa Kiana pecah.
"Ihh bibik bisa ngelawak juga ya. Ikut stand up comedi aja bik. Pasti menang"
Bik sum terkekeh "Gamau ah non, nanti diketawain banyak orang kan malu"
Kiana mendengus "Bibiiiik, kalo gak diketawain orang namanya bukan stand up comedi, tapi lagi Pidato. Udah ya Ki keluar dulu" Kiana bergegas sambil meninggalkan Bik Sum yang sedang tertawa karna perkataan Kiana. Jarang sekali bik sum melihat Kiana tertawa seperti tadi.
"Non Ki sekarang sudah mulai ceria lagi" gumam bik Sum didalam hati dan langsung bergegas membereskan rumah.
**
Komplek rumahnya sangatlah asri. Terlihat dari pohon yang menghiasi jalanan sekitarnya. Memberikan hawa yang sejuk bagi siapapun yang melewatinya. Matahari mulai menampakkan diri untuk memulai tugasnya. Sudah satu setengah jam Kiana merenggangkan otot otot di tubuhnya. Saat melewati sebuah taman komplek. Kiana duduk di bawah pohon yang terdapat bangku yang kosong. Di istirahatkannya tubuhnya dan menyeka tetes tetes keringat yang membasahi tubuhnya.
Kiana merasakan ada yang memperhatikannya. Saat mata Kiana mencari siapa. Kiana tidak menemukan siapapun. Hanya ada pengurus taman dari beberapa rumah yang ada di dekat situ.
Saat Kiana ingin beranjak berdiri, di kejauhan Kiana menangkap mata hitam yang menatapnya lekat. Tatapan matanya sendu, penuh dengan rindu.
Kiana terpaku, tetesan bening ingin memaksa lolos dari kelopak mata hazelnya. Namun dengan gerakan cepat Kiana berlari menuju rumahnya. Bersamaan saat Kiana berbalik setetes air asin itu berhasil lolos dari mata hazelnya.
"Kenapa kamu datang lagi? Ketika aku sudah mulai terbiasa tanpa kamu?" begitulah pertanyaan yang terucap dari hati Kiana.
Lagi, si pemilik mata hitam itu hanya menatapnya sendu. Penyesalan menghinggapi seluruh isi kepalanya. Nafas tercekat di rongga dadanya. Merasakan sesak yang amat sangat sesak. Seketika matanya memanas, mengingat Kiana yang sampai saat ini tidak ingin bertemu dengannya.
Andai saja waktu bisa diputar, mungkin sang mata hitam itu tidak akan melakukan kesalahan yang membuat Kiana kini membencinya. Tapi sayangnya, manusia tetaplah manusia yang menerima apapun yang telah digariskan oleh takdir.
Mungkin kita pernah berfikir untuk memiliki kantong ajaib seperti doraemon. Namun lagi lagi sayangnya, kita bukan kucing animasi yang ceritanya dapat diatur manusia. Cerita yang manusia buat kadang sesuai dengan apa yang di inginkannya. Tetapi cerita untuk setiap manusia sudah diatur oleh sang pencipta. Tak dapat diubah, namun harus dijalani. Pahit atau manis? Telan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE MISS [Completed]
Teen FictionAku benci rindu Karna mengingatkan aku tentangmu Sang masa lalu Yang membuat hatiku beku