Semuanya hanya bicara soal waktu
**********************
Kedekatan Kiana dan Elang dimulai sejak mereka menghabiskan malam itu bersama. Elang perlahan menaruh hati pada Kiana, bahkan sejak pertama bertemu. Elang yang dulunya Playboy, kini berjanji akan sepenuhnya menyayangi Kiana. Tanpa ada embel embel untuk menduakan. Tekad Elang sudah bulat. Ia akan berusaha mendapatkan Kiana.
Entahlah, apakah Kiana juga menaruh hati pada Elang? Hanya Kiana yang tau.
Semakin hari, semakin lama, cinta itu bertumbuh semakin besar dihati Elang.
"Elang" Elang yang merasa namanya di panggil segera bangkit dari tempat tidur.
"Iya Ma" Elang sedikit berteriak dan kemudian turun menemui Ibunya
"Kamu hari ini ada acara ngga lang?" Mamanya masih sibuk dengan masakan yang ia masak untuk sarapan
"Ngga ada ma. Kenapa emangnya?" Elang duduk disalah satu kursi dan meraih segelas air putih
"Nanti papa sama mama mau ajak kamu sama Dara kerumah temen deket mama"
"Oh, kirain kenapa, jam berapa emangnya ma?"
"Jam 7 paling kita berangkat bareng"
"Elang pake motor Elang aja ya ma" Elang beranjak menuju ke kamarnya kembali
"Yaudah, terserah kamu aja. Kamu mandi dulu, abis itu bangunin Dara biar kita sarapan bareng"
**
"Ren, kita jalan jalan yuk, aku bosen tau dirumah terus" Agatha sekarang sedang duduk di balkon rumahnya bersama Reno
"Boleh, kemana aja yang penting kamu seneng" kedua sudut bibir Agatha tertarik keatas. Wajahnya bersemu merah.
"Ih kamu mukanya merah merah kaya tomat" ledek Reno
"Ih Reno apaan sih" Agatha menutup wajahnya dengan kedua tangannya
"Lagian kamu mukanya merah, kaya udang, terus dilumurin saus tomat" Reno kembali meledek Agatha
"Lagian, kamu gombalnya bikin aku baper sih" Agatha memukul pelan lengan Reno
Reno menghentikan gerakan Agatha yang memukul pelan lengannya.
"Kamu masih mau disini mukulin aku terus? Berangkat sekarang yuk" Reno menarik tangan Agatha pelan menuju kearah mobil.
"Bentar, aku ambil tas aku dulu Ren di dalem"
Setelah Agatha mengambil tasnya, mereka pun langsung bergegas pergi. Didalam mobil, Reno memutar lag, tepatnya instrument dari Bethoven yang berjudul Love Story
Agatha yang tidak asing dengan lagu ini pun bertanya pada Reno
"Kamu suka Bethoven juga Ren?"
Reno hanya mengangguk lalu menatap Agatha sekilas "Kamu juga suka Bethoven?"
"Ngga, bukan aku"
"Terus siapa dong kalo bukan kamu? Kamu kok bisa tau ini instrumentnya Bethoven?"
"Kiana. Kiana suka banget sama Bethoven" Agatha sangat antusias
"Oh ya?" Reno yang sebenarnya tau itu pura pura bodoh di depan Agatha
"Ternyata selera musik kamu ngga sedikitpun berkurang Ki" gumam Reno dalam hati
"Bukan cuma bethoven sih. Dia suka sama pianis,apalagi Yiruma. Dia tuh pengen banget bisa main piano, tapi sampe sekarang, dia ngga bisa-bisa main piano. Kiana bisanya main gitar, cuma ya gitu, jarang banget dia main gitar. Aku aja dengernya jarang banget"
"Dia juga bisa main musik?" Reno kembali bertanya. Lebih tepatnya berpura pura bertanya
"Iya, dia suka main musik, dia punya gitar warna putih, yang katanya dari seseorang dan sekaligus jadi gitar pertama dia. Tapi Kiana gak pernah ngasi tau seseorang yang dia bilang itu siapa"
"Ya gitu deh, selama aku kenal Kiana beberapa tahun yang lalu, Kiana itu anaknya tertutup banget. Kata bik Sum sih dulu dia anaknya ceria. Mungkin sejak musibah itu, Kiana berubah" wajah Agatha berubah sendu
"Musibah apa?" Tanya Reno. Lagi. Berpura pura tidak tau
"Eh, kenapa aku jadi nyeritain Kiana sih. Ngga enak aku. Masa aku ceritain ke kamu" Agatha terkekeh
"By the way, kamu mau bawa aku kemana Ren?" lanjut Agatha
"Aku mau culik kamu" tatapan tajam itu menghunus jantung Agatha
"IIh Reno jangan bercanda deh" Agatha sedikit merinding melihat tatapan mata hitam pekat Reno
Seketika tawa Reno pecah "jangan serius serius amat kali Yang. Pokoknya kamu pasti suka sama tempat yang mau aku tunjukin sama kamu" Reno mencubit pelan hidung Agatha
"Yang?" Lagi. Wajah Agatha bersemu merah
Suasana mobil lengang kembali, hanya terdengar rentetan music instrument dari para pianis yang disukai Reno
"Sebelum kamu. Aku lebih dulu tau Kiana, Tha" Reno melirik kearah Agatha yang menatap pemandangan dari luar jendela
**
Sore ini Kiana sedang sibuk dengan novel novel romantisnya. Namun Kiana merasa ada yang membuka pintu kamarnya. Dan ternyata sang mama yang membuka pintu kamarnya.
Kiana menutup novelnya dan beralih ke mamanya "Eh mama, yaampun, kapan mama pulang?"
Rani memeluk anaknya itu erat, pun Kiana. Menyalurkan rindu yang telah ditumpuk oleh waktu. Tertumpuk menjadi satu.
"Mama baru pulang kok Ki" ucap Rani sambil mengelus rambut Kiana
Saat Rani menyudahi elusan di kepala Kiana. Tangan Kiana naik, menggenggam erat tangan ibunya itu "Gini dulu aja ma, Ki kangen"
Tes, satu tetes air mata itu jatuh dalam satu kedip. Rindu itu telah bercampur jadi satu, ketika pertemuan itu adalah obatnya, maka mata tak sanggup menahan tetesan kerinduan itu.
"Gimana sama kerjaan mama?" Kiana bertanya dengan suara pelan sambil menikmati elusan tangan lembut mamanya itu
"Baik Ki. Kuliah kamu?"
"Kuliah Ki baik baik aja ma. Bagus"
Ruangan itu lengang sejenak
"Mama jangan terlalu cape ya mikirin kerjaan. Nanti mama sakit loh"
Lalu diam kembali selama 2 menit
"Mama minta maaf kalo jarang merhatiin Ki" suara itu bergetar
Kiana mengangkat kepalanya, menatap dalam wajah penyesalan dari Rani.
"Mama gak seharusnya minta maaf. Harusnya Ki yang lebih ngerti keadaan mama"
"Makasih sayang. Kamu masih mengerti mama. Mama sayang kamu Ki" Rani langsung memeluk anak semata wayangnya itu lalu menegecup pucuk kepala anaknya, dan memeluknya lagi. Semakin erat.
Ternyata benar, rindu itu luluh lantak dengan satu pelukan erat. Sesak yang selama ini merasuk ke dalam dada perlahan melega dengan satu pelukan erat.
Sekali lagi, pelukan erat, meluluh lantakkan semua rindu yang mengakibatkan sesak.
****
So, gimana nih cerita kali ini? Semoga suka sama jalan cerita yang rumit rumit manja ini.
See you guys
Cayon
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE MISS [Completed]
Teen FictionAku benci rindu Karna mengingatkan aku tentangmu Sang masa lalu Yang membuat hatiku beku