K e e n a m

1.7K 66 0
                                    


Kini aku bimbang

Menuntunmu menjauh darinya, namun kau tak terima

Tapi jika aku membiarkannya, maka luka didepan mata

****************************************

"Kamu semalem kenapa nak?" mama Agatha mengelus rambut Kiana yang masih meringkuk di atas tempat tidur Agatha.

Menggeleng. Lagi. Kiana enggan menjawab pertanyaan "Kamu kenapa" dari Ibu dan Anak tersebut

Flashback on

Pintu mobil yang kini sudah terbuka, memperlihatkan kedua orang dengan satu orang yang matanya masih terlihat basah dan satu orang lagi yang raut wajahnya terlihat jelas ada sebuah kepanikan didalamnya.

Saat Shintya membuka pintu, ia begitu terkejut melihat Kiana yang matanya terlihat basah

"Yaampun Ki, kamu kenapa? Kiana kenapa Tha?" raut wajah bingung serta panik itu jelas terlihat. Sebab Shintya sudah menganggap Kiana seperti anaknya sendiri.

"Agatha juga ngga tau ma. Tadi Kiana izin ke toilet, balik dari toilet Ki udah nangis gitu" masih dengan merangkul Kiana

"Ya ampun Ki. Yaudah Tha, kamu bawa Kiana ke kamar ya, istirahat dulu" mengelus rambut Kiana penuh sayang

"Bi, bikinin air hangat buat Kiana bi" mama Agatha sedikit berteriak

"Baik, Nyonya"

**

"Minum dulu nih Ki" Agatha memberi gelas berisi air hangat untuk menenangkan Kiana. Lalu Kiana menerima air itu dan meneguknya hingga tersisa setengah.

"Kamu sebenernya kenapa sih Ki?" Raut wajah panik Agatha masih belum bisa reda

Menggeleng. Lagi. Agatha hanya bisa menghembuskan nafasnya, tanda menyerah. Karna Kiana tidak akan bercerita apa apa jika ia sedang tidak ingin berbicara.

"Yaudah kalo gitu, kamu istirahat aja ya" menyelimuti Kiana dan mengelus lengannya penuh sayang

Flashback off

Sejak seminggu kejadian itu, Kiana tetap enggan memberitahu Agatha. Ia tak ingin sahabatnya tau, bahwa laki laki yang membuat Kiana menjadi beku seperti ini adalah laki laki yang sedang dekat dengannya. Reno.

Lagi. Kiana benci kehadiran Reno. Lagi.

"Tha"

"Hmm? Kenapa Ki?"

"Kamu sayang kan sama aku?"

Agatha mengernyit "Ya iyalah Ki. Kok kamu nanya nya gitu?"

"Aku boleh minta sesuatu?" menatap Agatha sekilas

"Minta apa?"

"Jauh jauh dari laki laki yang namanya Reno itu Tha, please" menatap Agatha sekilas

Kernyitan di dahinya makin jelas "Maksudnya? Reno yang aku kenalin ke kamu itu?"

Hanya anggukan kecil dari KIana

"Loh? Memangnya kenapa Ki?"

"Aku cuma ngerasa di ngga baik buat kamu"

"Kamu bisa ambil kesimpulan kaya gitu dari mana Ki? Bahkan kamu baru ketemu dia seminggu yang lalu"

"Iya, aku tau, tapi kalo kamu gak mau denger kata kata aku sih ngga apa apa. Yang penting sebagai sahabat, aku udah ngasi saran yang menurut aku terbaik untuk kamu"

"Kamu sendiri kan yang bilang, kalo ngga baik menyimpulkan sesorang yang baru kita kenal?"

Shit

Kiana telak.

Hanya mampu menghela nafas pelan lalu bergumam "Terserah Tha" lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah mandi Kiana beranjak pulang kerumahnya.

"Makasih ya Tha, aku pulang dulu"

"Tante, makasih banyak udah ngizinin Ki nginep disini. Kiana pamit pulang dulu ya tante" mencium tangan mama Agatha

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Meskipun rumahnya penuh dengan sepi, tetapi rumah adalah tempat paling terbaik untuk pulang.

**

"Elang!" mendengar namanya dipanggil, Elang lalu menoleh.

Setelah tau siapa yang memanggilnya, Elang berlalu tanpa memperdulikannya.

"Ihh, Elang tungguin dong. Malah ninggalin aku" rengeknya manja. Dan Elang sungguh benci wanita disampingnya ini.

Elang memutar bola matanya malas dan mendengus "Ngapain sih lo ngikutin gue. Lo sama gue udah kelar. Jadi, jangan gangguin hidup gue lagi" terus berjalan

"Kamu kok ngomongnya gitu sih. Aku masih sayang Elang sama kamu" berusaha menggandeng lengan Elang.

"Tiara! Lo apa apaan sih. Jadi cewe tuh punya harga diri sedikit. Lo yang pergi, lo juga yang mohon mohon untuk kembali. Pergi sana sama selingkuhan lo itu" melepas tangan gadis yang Elang panggil namanya , Tiara.

Elang meninggalkan Tiara yang tidak bergeming dari tempatnya. Menatap punggung Elang yang mulai menghilang, dan mendengus sebal.

Saat Elang berjalan dengan penuh emosi, dan tidak sengaja Elang menabrak seseorang.

"Aduh..Aww.." pekik orang itu yang terdengar dari suaranya adalah seorang wanita

"Eh..eh.eh" Elang mencoba menarik wanita itu dan "Hap!!" . Dapat.

Elang merasakan jantungnya bekerja lebih cepat saat menyadari wanita itu adalah seseorang yang pernah ia repotkan karna berebutan buku di perpustakaan.

Kiana.

Wanita itu melepas tangan Elang yang melilit di pinggangnya, karena telah menyelamatkannya. Elang sadar dari lamunannya, lalu melepaskan tangannya, dan tersenyum kikuk.

"Eh, maaf gue ngga sengaja. Gue buru buru soalnya. Maaf banget ya. Hmm, Ki.. Ah iya, Kiana" Berpura pura lupa, padahal ia hafal betul nama gadis ini. Kiana, Kiana Indira Hermawan.

"Iya, gapapa, makasih ya. Lain kali hati hati" menampilkan senyum sopan lalu beranjak meninggalkan Elang yang masi mematung

"Sumpah tuh cewe, senyumnya manis banget" terus tersenyum membayangkan senyum, lalu memegang dada yang didalamnya terletak jantung yang bekerja tidak beres, dan sekaligus memperhatikan punggung Kiana yang mulai menjauh dari tatapan matanya.

Setelah Kiana sudah tak terlihat, Elang sadar dari lamunannya tentang senyuman manis Kiana.

"Aish, anjirr, kenapa gue jadi gini" Tawanya sendiri.

Mungkin jika ada yang melihatnya. Elang bisa dapat satu julukan lagi "Sinting"

Dari kejauhan Tiara melihat adegan tadi, yang membuat hatinya panas.

"Apa apaan sih tuh cewe, ganjen banget. Si Elang juga ngapain pake senyum senyum segala. Awas aja tuh cewe"


Hai hai semua, makasih sudah mau membaca cerita yang datar ini ya. Hehe

thanks

Cayon

BECAUSE MISS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang