Yang ku harapkan Cuma Satu
Kasih sayang darimu
ibu
"Ki, kamu mau mesen apa?" Agatha membolak balik menu makanan sebuah restaurant yang saat ini mereka singgahi untuk makan siang.
"Hmm, pesen hot chocolate aja tha" Agatha menatap Kiana.
"Loh? Kok gak mesen makan?" Agatha melihat lihat menu kembali.
Kiana sedang kurang bernafsu untuk makan setelah mengingat kejadian kemarin dan tadi pagi. Mata yang seharusnya tidak pernah di temukan KIana lagi kini mendadak muncul setelah Kiana hampir berhasil memulai kehidupan barunya. Kiana memang merindukannya, namun rindu itu juga hampir terhempas karna Kiana sudah merelakannya dan memenuhi rongga hatinya dengan benci. Namun apa daya, rindu itu membuncah sekali lagi, bahkan lebih banyak. Membuat Kiana tak segan meneteskan air matanya dalam kesepian.
"Ki???" Agatha membuyarkan pikiran Kiana tentang masalalunya.
"Ahh, ehh, iya aku gak nafsu makan tha" jelas Kiana gelagapan.
Kening Agatha mengkerut "Memang kenapa Ki? Kamu mikirin apa? Tumben?"
"Ngga Tha, aku gapapa. Cuma ya lagi ga nafsu makan aja" Kiana menjawab sekenanya pertanyaan Agatha.
"Silahkan nona. Mau pesan apa?" Tanya pelayan yang sedari tadi menunggu Agatha dan Kiana yang melihat menu makanan.
"Oh iya, maaf. Aku mau pesen 2 hot chocolate dan satu porsi seafood bouillabaisse" Agatha mengembalikan menu pada pelayan itu kemudian pelayan itu pergi meninggalkan Agatha dan Kiana.
"Serius Ki kamu gamau makan? Kalo sakit awas aja ya" ancam Agatha
Kiana terkekeh "Tenang aja Tha, aku gak akan sakit kok"
Hening
Agatha yang melihat keanehan pada diri Kiana mulai penasaran "Ki? Kamu beneran gapapa? Kayanya dari tadi aku perhatiin kamu bengong terus. Ada apa Ki?" Tanya Agatha sambil memegang sebelah tangan Kiana.
"Aku ngga kenapa kenapa tha. Percaya deh. Aku Cuma kangen mama" Bukan sebuah kebohongan yang disampaikan Kiana. Kiana memang merindukan mamanya. Tapi Kiana menyembunyikan tentang si mata hitam itu yang kini muncul kembali.
Terlihat dari raut wajah Kiana yang mulai sendu. Tak berapa lama pelayan tadi membawakan pesanan mereka.
"Silahkan nona. Selamat menikmati" ucapan terimakasih membuat pelayan itu beranjak dari hadapan mereka.
**
Didalam mobilpun Kiana tertidur. Agatha kebingungan melihat tingkah laku sahabatnya ini.
"KIana kamu kenapa sih? Selalu aja gamau terbuka sama aku" Agatha melirik sekilas kearah Kiana yang sedang terlelap.
**
"Ki, bangun. Udah sampe di rumah kamu nih, kebo banget sih ihh" Agatha mengguncang pelan bahu Kiana sambil mendengus sebal.
Kiana mengerjapkan matanya "Hm. Maaf aku ketiduran ya. Duhh kamu jadi nyetir sendiri deh. Maaf ya Tha" sambil terkekeh memperlihatkan wajah melasnya.
"Langsung deh muka melasnya di munculin ke permukaan bikin gak tega marahin kamu. Yaudah sana masuk. Kamu istirahat. Besok kita berdua ada dosen killer. Jangan sampe ngantuk. Kalo ngga, kamu bisa jadi sasaran empuk kemarahan guru botak itu" Agatha tertawa begitupun Kiana.
"Hehe, aku tau kamu gak bakal tega marah marah sama teman kamu yang paling baik ini. Yaudah , makasih banyak ya Agatha" Kiana keluar dari mobil Agatha sambil mencubit pelan pipi Agatha.
"Pd banget ihh. Pake cubit cubit segala lagi, kan sakit." Agatha mengelus pipinya yang barusan di cubit gemas oleh Kiana.
"Yaudah maaf tha, aku masuk dulu ya. Hati hati dijalan tha. sampai ketemu besok ya" Kiana melambaikan tangan ke arah Agatha yang mulai melajukan mobilnya. Hingga akhirnya mobil Agatha hilang dari pekarangan rumah Kiana,
Sesampainya Kiana dirumah, Kiana mendapati pintu kamar mamanya terbuka. Kiana langsung berjalan menuju kamar mamanya. Kiana amat sangat rindu melihat wajah ibunya tersebut.
Kiana masuk ke kamar mamanya dan melihat mamanya masih sangat sibuk dengan pekerjaannya.
"Hai ma, kapan mama pulang dari Bandung?" Kiana menghampiri dan mencium tangan mamanya.
Bukannya menjawab mama Kiana malah balik bertanya "Eh hai sayang. Kamu baru pulang? Dari mana hmm?" sambil mencium kening Kiana.
Ciuman itu sangat hangat. Kiana merindukan mamanya. Sangat.
"Tadi pulang kampus jalan jalan dulu ma sama Agatha" sambil duduk dan tetap memperhatikan raut wajah lelah dari mamanya.
"Oh iya,Agatha? Temen baru kamu?" matanya masih tetap tertuju pada layar laptop tanpa memandang Kiana. Bahkan mamanya pun tak mengenal Agatha, satu satunya sahabat terbaik Kiana.
"Bukan sekedar temen, tapi udah kaya saudara aku sendiri. Dia satu satunya orang yang perduli sama aku ma" hening sejenak.
"Mama kapan ada waktu buat Ki?" mama Kiana menatapnya sekilas namun Rani, mama Kiana melihat betapa rindunya putrinya itu padanya. Namun Rani hanya bisa diam.
Melihat tak ada jawaban, Kiana menghela nafas pelan "Mama jangan capek capek. Jaga kesehatan mama. Jangan terlalu banyak kerja dan bikin mama lupa sama kewajiban mama menyayangi anak mama" Kiana beranjak keluar dari kamar Rani tanpa menunggu jawaban dari mamanya itu.
Rani sungguh merasa bersalah kepada putri semata wayangnya itu. Tapi entah kenapa dia tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa diam, menunggu waktu menyembuhkan lukanya.
Kiana menghempas tubuhnya di atas tempat tidur berukuran besar yang diisi banyak boneka pemberian dari alm papanya.
"Pa, andai papa sama Kevin disini, mungkin mama ngga akan kaya gini dan Ki ngga kesepian kaya gini pa" Kiana memeluk erat boneka panda berukuran sedang pemberian papanya.
Kiana menatap langit langit kamarnya. Tetesan air bening itu menetes kembali tanpa aba aba. Kesepian itu kini makin menyeruak masuk ke dalam hidupnya. Matanya mulai menyipit dan tepat di tetes terakhir Kiana tertidur dengan rasa sedih yang menemani Kiana.
**
Disisi lain Agatha memasuki kamar kesayangannya dan sebelum Agatha menutup pintu kamarnya mama Agatha mama Shintya menghampiri Kiana
"Hallo sayang, baru pulang kamu?" mama Shintya menghampiri dan mencium kening Agatha.
Ya, sungguh Agatha menjadi anak satu satunya sepeninggal kakaknya 2 tahun yang lalu. Semua perhatian kedua orang tuanya tercurah kepada Agatha.
"Iya ma, tadi pulang kampus jalan jalan dulu sama Ki. Papa mana ma?" sambil memasuki kamarnya di ikuti Shintya.
"Papa lagi di Surabaya sayang. Lagi tugas" raut wajah shintya berubah sendu.
Kening Agatha mengerit "Loh, mama kok jadi sedih gini? Kangen ya sama papa?" Agatha menggoda mamanya hingga mamanya tersenyum kembali melihat godaan anak semata wayangnya itu.
"Yaudah, mama ke kamar dulu ya sayang. Jangan lupa ganti baju dulu ya" mama Agatha berdiri, dan sebelum beliau keluar, Shintya mengecup sekali lagi kening Agatha "Selamat tidur princessnya mama"
"Iya mama sayang. Selamat tidur juga malaikatnya atha" Agatha membalas mencium pipi mamanya.
Kehangatan menjalar di tubuh keduanya. Keduanya merasa sangat beruntung memiliki satu sama lain. Sejenak Agatha membayangkan Kiana. Betapa kini sahabatnya itu sangat merindukan kasih sayang ibunya.
"Kasian banget ya kamu Ki. Semenjak kepergian ayah sama adik kamu, mama kamu terlalu sibuk mikirin perasaannya tapi dia gak mikirin perasaan kamu" Agatha bergumam dalam hatinya. Kemudian memejamkan mata mengarungi mimpi indahya.
Sejauh ini sih masih datar, belum ada feel apa apa. Ditunggu aja ya cerita selanjutnya.
See you gaes
Cayon
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE MISS [Completed]
Teen FictionAku benci rindu Karna mengingatkan aku tentangmu Sang masa lalu Yang membuat hatiku beku