K e t i g a p u l u h

1.3K 47 6
                                    

Awan hitam pekat yang terpampang jelas diatas langit menggambarkan betapa kacaunya hati mereka yang ditinggalkan.

Airmata, rasa sakit, kini lengkap sudah segala penderitaan.

Elang kacau. Elang tidak pernah berfikir bisa kehilangan Kiana. Orang yang merubah jalan hidupnya. Orang yang mengembalikan semangat hidupnya.

Bima, Astrid, Rani, sama kacaunya. Kiana belum mengetahui tentang siapa sebenarnya orang tua kandungnya. Sebelum Kiana tau, Tuhan lebih memilih memanggil Kiana daripada ia harus merasakan luka lebih dalam lagi.

Elang menghusap batu nisan yang bertuliskan nama kekasihnya "Kiana".

"Kenapa kamu harus pergi sekarang? Aku mau wisuda. Kamu gak mau liat aku pakai toga? Kan kamu yang bilang, bakalan jadi orang pertama yang meluk aku setelah aku pakai toga. Tapi kamu ninggalin aku" Elang menangis di depan makam itu. Kinan berusaha menenangkan Elang.

Pemakaman Kiana sudah selesai, satu persatu orang yang menghantarkan jenazah Kiana beranjak pulang. Karna hujan sudah mulai turun.

"Kita pulang ya nak" Kinan menyentuh bahu Elang pelan

"Mama sama yang lain duluan aja ma. Elang masih mau disini"

Kinan menghembuskan nafas pelan "Yaudah. Mama duluan ya"

Elang masih setia di samping makan Kiana sampai Agatha dan Reno datang.

Elang melirik sekilas kearah mereka. Mata Agatha sembab. Ia dirangkul Reno.  Saat ini rasanya ia sudah tidak menginjak bumi.

"Lo ngapain kesini?" Tegur Elang datar. Agatha bungkam.

Agatha berjalan mendekat kearah makan Kiana, dan menyentuh nisan itu perlahan.

"Kamu marah sama aku Ki?" Agatha mulai terisak

"Jangan marah dong. Aku minta maaf udah marah marah sama kamu" Reno mengelus lengan Agatha

"Balik kesini lagi Ki please"

"Dia gak akan balik lagi" Elang berucap datar

Elang menatap Agatha "Lo tau? Kesalahan terbesar lo adalah, lo gak mau ngedengerin penjelasan siapapun. Kalo lo gak marah marah dan lebih dewasa. Sepulang dari rumah lo, Kiana gak akan kenapa kenapa" lanjut Elang

"Gue gak tau bakal kayak gini kejadiannya"

Elang mendengus "Gue tau Kiana pernah punya masa lalu sama Reno. Tapi gue gak bersikap kayak lo. Seolah olah lo yang paling tersakiti"

"Tapi kenapa gak ada yang ngasi tau gue soal ini? Sahabat mana yang gak sakit hati, ketika sahabatnya bohong sama dia"

"Dia gak pernah bohong sama lo. Dia cuma belom siap. Kiana, gue, sama Reno nunggu waktu yang tepat buat cerita yang sebenernya sama lo. Kita juga gak tau akhirnya bakal kaya gini"

"Kiana nanggung beban ketika dia belom siap cerita sama lo. Lo tau, Kiana, berkat Kiana, lo masih bisa bernafas sampe sekarang"

Agatha mengernyit "Maksud lo?"

"Lo pernah sekarat dirumah sakit karna lo butuh ginjal baru? Dan selama lo dirumah sakit Kiana gak ada disamping lo?"

"Jangan bilang... " Agatha berhenti bicara

"Iya. Kiana. Kiana yang donorin satu ginjalnya buat lo. Dia sayang banget tha sama lo. Sumpah, dia sayang banget sama lo. Dia rela kesakitan, dengan sisa satu ginjal di tubuh dia, yang penting lo masih hidup. Masih bisa sama sama dia lagi. Tapi, Lo?.." Elang menunduk tak sanggup bicara lagi. Rasanya ia hanya ingin memaki sekarang. Elang tau, ia tak mungkin memarahi Agatha di depan makam Kiana, Elang pun kemudian pergi dari situ. Meninggalkan Agatha dan Reno.

Agatha histeris, memohon seribu maafpun tak akan mengembalikan jiwa yang sudah tak bernyawa.

Agatha menyesal. Sangat menyesal. Jika saja dia mau mendengar. Andai saja dia mau mengerti. Jika dan andai, adalah satu kata tanda penyesalan.

Dan benar saja, penyesalan itu selalu datang terlambat.

**

2 tahun pasca kepergian Kiana. Banyak yang sudah mereka lalui. Agatha, Reno dan Elang, mereka telah menjalani hari dengan penuh kekosongan.

Namun hidup harus tetap berlanjut bukan?

Elang sudah menjadi sarjana sekarang. Agatha dan Reno tengah mempersiapkan acara pernikahan mereka.

Elang kembali ketempat dimana ia dan Kiana pertama kali bertemu. Perpustakaan. Elang tersenyum ramah ke arah bu Sophie. Penjaga perpus yang dulu menghukumnya dan Kiana.

Elang termenung dan mengenang bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka dekat, bagaimana mereka bahagia. Double date, ditemani menyelesaikan skripsi.

Lamunannya buyar tak kala seseorang menepuk pundaknya pelan.

"Akhirnya kamu lulus juga ya Elang" ibu Sophie memberikan selamat kepada Elang dan dibalas senyuman singkat dari laki-laki itu.

Elang menyusuri blok demi blok dan melihat semua buku buku itu sambil mengenang. Saat Elang ingin mengambil sebuah buku, dari arah sebrang sana juga ada yang menarik buku itu secara bersamaan.

Terjadilah aksi tarik menarik yang menyebabkan beberapa buku jatuh mengenai orang disebrang Elang. Seperti Dejavu Elang terpaku.

"Eh.. Eh.. Aww" Orang disebrang sana merintih ketika buku buku itu jatuh tepat diatas kepalanya.

Elang yang mendengar rintihan itupun langsung menghampiri ke arah suara

"Maaf maaf, saya gak senga.. "

"Lo liat liat dong. Sama cewek ngalah dikit kek" omel wanita itu

"Kiana" Elang tergugu

Wanita itu mendongak, dan Elang menatap wanita itu dengan lekat.

"Sorry, gue Yasmin. Andara Yasmin"

TAMAT.......

Maunya tamat, atau kita lanjut tanpa Kiana? Atau buat season dua? Atau Kiananya hidup lagi? Heheheh

BECAUSE MISS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang