Part 11

1.1K 285 77
                                    

"YUKIII...!!" seru Audi yang terlihat ngos-ngosan saat tiba di depan bangku sang sahabat.

"Kenapa Audi...?" Yuki mengerutkan dahi melihat sahabatnya yang terlihat cemas.

"kamu...kamu...ada masalah apalagi sama Al?" tanya Audi yang sudah mulai tenang. Yuki mengeryitkan keningnya tidak mengerti.

"Tidak ada... memang kenapa?"

"Kamu di panggil ke ruangan TU sekarang. Dan Al juga ada di sana...!" jelas Audi.

Sesaat mata Yuki melebar terkejut. 'Apa dia mau menghapus beasiswanya gara-gara kejadian kemaren?' batin Yuki.

"Kok malah diem? Benerkan kamu ada masalah sama dia? Apa jangan-jangan kemarin kamu gak masuk gara-gara dia?" Audi masih penasaran dengan apa yang di lakukan Yuki hingga gadis itu bisa di panggil TU. Karna setahu Audi, Yuki akan melakukan apapun agar Al tidak mencabut beasiswanya. Walaupun kadang apa yang di perintahkan Al itu keterlaluan.

Yuki mengeleng "Aku tidak tahu" ucap yuki sembari memasukan semua bukunya ke dalam tas dengan asal. Dan segera meninggalkan kelasnya dengan sedikit berlari, meninggalkan Audi dengan rasa penasarannya.

Yuki mengatur nafasnya saat tiba di depan kantor TU. Jantungnya benar-benar berdetak cepat. Pikiran buruk berseliweran di otaknya. Yuki membuka pintu ruangan itu dengan perlahan. Kembali jantungnya berpacu semakin cepat saat melih Al sudah ada di sana. Dengan perlahan Yuki masuk.

"Silahkan duduk..!" ujar seorang wanita paruh baya yang duduk di depan Al saat melihat Yuki nampak ragu.

Yuki pun duduk di sebelah Al yang nampak cuek.

"Begini, saya menyuruh kalian datang ke sini karna saya ingin memberitaukan kalian bahwa Beasiswa Silver untuk Yuki telah di cabut"

"APAA...!" seru Al dan Yuki bareng. Sesaat keduanya saling bertataapan singkat. Sepertinya keduanya benar-benar syok dengan apa yang baru saja di ucapkan petugas TU itu. Bahkan Yuki juga terkejut melihat reaksi Al yang sepertinya tidak tau apa yang terjadi.

"Maksud ibu apa ya?" tanya Al yang langsung kembali menatap wanita setengah baya di depannya.

"Ja...jadi... saya... tidak bisa kuliah lagi di sini?" Yuki masih tampak syok, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan jika dia tidak kuliah di sini.

"Bukan... bukan... tentu aja kamu masih kuliah di sini!" kilas wanita itu sembari menatap kearah Yuki.

Kembali Al dan Yuki di buat bingung.

"Em... jadi begini. Mulai besok kamu sudah bukan orang yang membantu Al lagi dalam mengerjakan tugas- tugasnya,karna mulai hari ini kamu bukanlah BS dari Al. Wali kamu sudah datang dan sudah melunasi semua biaya kuliah kamu bahkan sampai semester depan. Karna itulah beliau meminta kami untuk mencabut beasiswa kamu. Dan jika ada apa-apa, kami pihat Universitas di minta langsung menghubungi beliau!"jelas wanita itu lagi.

Yuki mengerutkan kening masih tidak percaya dan bingung. Setahunya dia tidak pernah punya wali sejak ibunya meninggal. Bibi yang menganggapnya keluarga juga hanya bibi samping rumah. Lalu siapa wali yang telah melunasi biaya kuliahnya bahkan sampai 2 semester?

"Dan Al,mulai besok akan ada yang mengantikan Yuki dalam membantumu mengerjakan tugas. Jadi kamu tidak perlu khawatir...!" lanjut wanita itu kali ini pada Al. Membuyarkan lamunan keduanya.

Al mengeratkan tangannya di bawah meja, entah kenapa dia benar-benar marah saat ini. Tanpa permisi Al langsung berdiri dan meninggalkan ruangan itu.

LINTASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang