BUGKK...
Aldo memukul tembok di di sampingnya. Membiarkan jari-jari tangannya kemerahan karna memar.
"Jadi sejak kapan loe tau semua ini?" tanya Aldo menatap ke arah Al yang masih tenang berdiri di sampingnya.
Setelah melihat keadaan Prilly, Aldo segera kembali keluar dan menyeret Al ke taman belakang rumah sakit untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tiga bulan sebelum kalian berencana buat tunangan"
"Tiga bulan sebelum kita bertunangan?"
"Ya... saat itu kalo loe masih inget, loe nyuruh gue buat jemput Prilly ke apartemennya karna loe masih sibuk latihan "
Flash back
Al memacu kendaraannya menuju kearah apartemen Prilly. Tapi saat tiba di apartemen gadis itu, dia melihat sebuah ambulan dan beberapa keributan kecil di depan apartemen. Ibu Prilly nampak terlihat cemas dengan air mata yang terus menetes dari matanya. Al masih tertegun hingga Ibu Prilly masuk ke dalam ambulan. Seketika dia mulai tersadar dan kembali memacu kendaraannya untuk mengikuti ambulan tersebut. Perasaan cemas melingkupin dirinya. Fikiran buruk berseliweran di otaknya hingga dia lupa untuk memberi kabar pada orang yang seharusnya lebih berhak tau dari pada dirinya. Aliando.
"Tapi dok... anak saya benar-benar sedang membutuhkan darah itu sekarang!!" seru sebuah suara dari dalam ruangan.
"Saya tau bu... karna itu kami akan mencarikannya sesegera mungkin. Jadi lebih baik Ibu tenang" balas suara seorang Pria nampak menenangkan.
"Tapi bagai mana saya bisa tenang..." ratap wanita itu lagi.
Al masih berdiri mematung di ambang pintu. Mendengarkan setiap percakapan di dalam ruangan dokter itu.
Hingga pintu itu terbuka dan menampilkan seorang pria setengah baya dengan setelan jas putih panjang.
Seketika keduanya terkejut.
Tapi tak hanya dokter dan Al yang terkejut. Ibu Prilly yang berjalan di belakang sang dokter pun ikut terkejut. "Al...?!"
"Maaf tante, saya mendengar semua yang kalian bicarakan di dalam. Dan kebetulan saya bergolongan darah AB+. Jadi bisakah saya mendonorkan darah saya" ucap Al seketika tanpa menghiraukan keterkejutan Ibu Prilly.
"Kamu siapa?" tanya Dokter itu masih bingung.
"Saya teman Prilly"
Dokter itu menatap Ibu Prilly sekilas sebelum kembali menghadap Al. "Baiklah... ikut saya"
Al pun mengikuti sang dokter menuju tempat pemeriksaan.
"Terimakasih untuk hari ini" ucap Prilly lirih bahkan gadis itu menundukan kepalannya tanpa mau menatap mata Al.
Al berdiri di samping tempat tidur Prilly. Menatap sahabatnya itu yang kali ini terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.
"Leukemia stadium 2?? Dan kamu nyembunyiin ini dari kami selama satu tahun?!" ucap Al semakin tajam menatap Prilly.
"Maaf..." Prilly Nampak menyesal.
"Aku akan memberitahukannya pada Ali" Al hampir berbalik sebelum sebuah tangan mencegahnya.
"Aku mohon jangan... jangan sekarang. Aku... aku akan memberitahukannya sendiri padanya" gugup Prilly.
Sesaat Al menatap Prilly.
"Please..."
Al menghela nafas. "Baiklah..."

KAMU SEDANG MEMBACA
LINTASAN
RomansaYuki tidak mengerti arti kecepatan hingga dia bertemu dengan Aliando. Orang yang membawanya melintasi semua hal menjadi lebih indah. Tapi bisakah keduanya mencapai garis finis bersama? Al yang menganggap bahwa semua wanita itu menyebalkan. Tapi dia...