📝IPK Jeblok

2.1K 112 11
                                    

Wah!!!

Baca judul partnya saja sudah merasa ngeri, ya? (buat anak kuliahan wkwkw)

Ah, tapi percayalah. Aku pernah merasakan hal ini dan aku mencoba untuk tetap strong, walaupun kenyataannya aku rapuh. Sedih.

Aku cukup intropeksi diri aja. Aku sadar, kalau itu memang kesalahan aku. Aku jarang belajar, aku sering nyontek, aku terlalu ngandelin temen aku dan parahnya aku belum mau mikir ke depannya kayak gimana. Parah banget, kan? Bergantung mulu sama teman. Padahal itu udah jelas nggak baik.

Buuuttttt... thats only semester awal saja, kok.

Yah, honestly... IPK aku waktu semester 1 tuh di bawah 3 gaes. Bayangkan seberapa paniknya gue??? Panik banget tau. 😭

Jelas, aku panik banget. Merasa sedih, kecewa, dan pengen nangis, deh pokoknya. Tapi kayak gak bisa gitu, loh. Yaudahlah ya. Nangis yang dipaksa, kan jatuhnya freak banget.

Akhirnya aku tanya saja ke kakak tingkat. "IPK ku cuma segitu, gimana, ya?" Kemudian dia menjawab. "Gapapa, Dek. Perbaiki aja nanti buat semester kedepannya."

Ya, ternyata jujur aja jawaban itu kurang menenangkan hatiku. Mungkin karena aku terlalu syok. Terlalu membandingkan dengan teman-temanku yang lainnya juga. Tapi, jangan dicontoh, ya gaes. Itu gak baik.

Aku pun nggak tahu harus gimana lagi?

IPK ku memang kecil dibanding dengan teman-teman aku yang lain. Sedih banget. Padahal ada yang lebih kecil dari aku, tapi aku masih saja panik.

Maaf, aku anaknya suka panik. Kayaknya aku butuh piknik. Haha :( *abaikan

Yah, setelah aku bersemedi lama.... eeaaaa, Aku pun tahu apa yang membuat IPK ku jeblok begini.

Betul, aku kurang usaha dan doa. Just it. Simple, kan?

Aku akui di semester ini sholatku sering bolong-bolong. Bahkan, sholat malam saja hampir tidak pernah sama sekali. Padahal waktu kelas 12 kayak yang rajin banget. Ternyata rajinnya hanya pas ada maunya aja. Hmm...

Aku merasa rugi sekali. Aku meninggalkan ibadahku dan mementingkan hal yang nggak seharusnya aku lakukan. Efeknya nilaiku jadi jeblok dan aku jadi merasa tidak berguna. Yeah, I feel it. I know gaes. Harusnya nggak sebegitunya.

Lalu, untuk semester selanjutnya... aku mencoba memperbaiki semua hal buruk yang pernah aku lakukan di semester awal. Lebih tepatnya sih meninggalkan, ya. Karena yang buruk itu nggak patut untuk dipertahankan. Bener, nggak? Bener, kan? Bener, dong.

Aku mencoba menjadi orang yang lebih rajin. Semua tugas aku usahakan untuk mengerjakan sendiri. Walaupun mungkin masih banyak yang salah dan sempat panik juga kalau jawabannya beda sama teman-teman yang lain. Tapi, aku belajar bangga sama diriku sendiri yang tidak bergantung.

Tapi, ada yang aku suka nih... di semester yang kedua ini, ada mata kuliah favorit aku. Iya, mata kuliah Statistik. Suka banget karena sudah pernah dipelajari waktu kelas 12. Aku jadi lebih semangat karena aku yakin aku bisa.

Dari situ aku bertekad. "Aku harus bisa dapat nilai A di mata kuliah ini."

And finally!!!! Aku dapat nilai A. Rasanya senang banget. Aku sama sekali nggak nyangka, loh. Ternyata kalau niat itu bakal kerasa banget hasilnya.

Bersamaan dengan itu... IPK ku juga naik.

Huwaaa!!!! Aku sedikit merasa bangga pada diriku sendiri. Dalam hati aku berkata... "Kamu bisa, kan."

So pasti... orang tuaku juga ikut bangga sama aku. Mereka langsung beri hadiah, loh. Sebenarnya aku gak mau minta hadiah, ya. Tapi ya gituuu, terkadang orang tuaku itu orangnya apresiasif sekali, apalagi Ayah. I'm very very happy.

"Aaaaa!!!! Terimakasih, YaAllah."

Entahlah. berapa kali aku mengucap syukur pada waktu itu. Aku jadi sadar bahwasanya...

Hasil tidak pernah mengkhianati sebuah proses.
Fokus pada tujuanmu. Berusahalah dan jangan lupa berdoa. Jangan mengharapkan hasil yang tinggi dulu. Tapi, kalau kamu mau berusaha semampumu kamu akan mendapatkan hasil yang tak terduga. Believe, it. Percaya sama Allah, ya? Bukan sama aku. Aku ini seperti perantara dari Allah untuk memberikan testimoni. Kan, aku sudah membuktikan sendiri.

But ini pun terlepas dari IPK, ya. Dalam hal apapun kamu wajib begitu. Berdoa, berusaha dan yang terakhir itu tawakal kepada Allah. Serahkan semua hasilnya pada Allah. Yakin, deh.

Allah itu baik. Baik banget. Allah akan membantu hamba-Nya yang mau berjuang di jalan-Nya.
Dekati Pencipta-mu. Berdoalah kepada-Nya. Jangan pernah jauh dari-Nya. Itu yang paling penting. Sekalinya jauh, hidup itu rasanya hampa banget.

Aku bilang sama Ibu aku. "Aku sekarang merasa lebih tenang setiap harinya, Bu." Lalu aku tersenyum menatap Ibuku.

Ibuku menjawab. "Kamu tenang karena kamu sadar Allah selalu bersamamu. Ada yang menemanimu setiap saat."

Spechless. Beneran, deh. Allah sesayang itu sama kita.

Thanks for everything, Allah. ❤

Tanpa Allah kita bukan apa-apa gaes. Bahkan, kita nggak bakal ada di dunia ini jika bukan Allah yang berkehendak.

Dududu...🍃
IPK tinggi bukan penentu kesuksesanmu.
Jbr, 09 November 2017.

Coretan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang