📝Teman Famous, Jadi Ikut Famous?

389 25 3
                                    

Yuhuuuu!!!!

Sudah berapa lama aku gak update di lapak ini?

Hampir tiga minggu kalau diitung. Wkwk

Percayalah. Aku sudah lama ingin menulis ini. Tapi, aku masih mager.

Kadang kemageran merusak segalanya.

Asshhh!!!

Sudahlah, itu gak penting.

Yang terpenting sekarang itu ... sub-judul dari part ini.

Yeeuuu, jadi apa itu maksudnya?

Ah, kamu pasti tau.

So, jangan meragukan. Di sekitar kehidupan kamu, pasti kamu sering menemukan hal seperti ini. Dan, kenapa aku mengambil sub-judul ini? Karena, memang ada beberapa teman yang curhat masalah ini ke aku.

Aku sendiri sudah lama ngamati hal ini.

So, how i must?

Honestly, aku muak dengan cara seseorang yang ingin bersahabat tapi hanya mengambil keuntungan seperti itu.

Ya, aku bukan salah satu gadis yang pemes, kok. #plak

Tapi di sekitar, aku banyak mempunyai teman yang famous.

But, apakah aku memanfaatkan hal itu?

Ah, demi Allah, kalau udah famous keuntungan yang didapat apa, sih?

Oh, mungkin kamu jadi banyak yang mengagumi. Banyak yang mengenali kamu. Banyak yang bilang kamu hebat. Terus, banyak yang bilang kamu beruntung bisa kenal dia.

Asshhh!! Please, jangan sedangkal itu pikiran kamu.

Astaghfirullah. Sabar.

Memang teman kamu yang famous itu siapa?

Sama-sama Hamba Allah, kan? Sama-sama ciptaan Allah, kan? Sama-sama berasal dari tanah, kan?

Gak ada bedanya sama aku, kamu, dan mereka di sana. Semuanya itu sama.

Lalu, sekali lagi. Apa yang harus dibanggakan?

Dengan berteman sama seseorang yang famous, kamu pikir kamu dapat merubah hidupmu?

Oh, iya aku setuju. Hidup akan berubah. Tapi ... berubah menjadi tidak karuan. Seolah, kamu merasa bahwa kamu benar-benar beruntung sekali.

Kamu berusaha mengambil keuntungan di sana. Kamu seperti orang yang baru saja mendapat uang satu trilliun. Dan, kamu pikir kamu dapat membeli apa pun.

Ah, YaAllah. Please! Gak harus seperti itu cara berteman.

Kadang akutu miris lihat yang seperti itu. Malah aku mikir, "Kok, masih ada, sih orang yang seperti itu?"

Banyak malah jawabannya.

Ah, ayolah. Hilangkan pikiran yang seperti itu. Kalau berpikir hanya seperti itu, lalu bagaimana kita mendapatkan teman yang tulus?

Coba pikir, deh. Kalau misalnya, aku mau berteman dengan cara yang seperti itu, pasti cepat atau lambat dia akan lenyap dan hilang dalam hidup kita. Gak akan beda. Seolah kalau semuanya sudah gak asyik, dengan gampang ia akan meninggalkan.

Aduh. Ini, sih lebih sakit dari apa pun. Kamu dibuang secara perlahan, lho.

Udah-udah, aku gak bisa bayangin.

Seharusnya, mulai sekarang rubahlah cara berpikir tentang hal pertemanan.

Cobalah mencari teman yang tulus apa adanya. Tanpa memandang dia siapa. Bukan karena ada manfaat yang disengaja. Atau, karena ada keperluan semata. Sejatinya, teman itu tidak ada pilihan karakter di dalamnya.

Berteman itu sama siapa pun. Sekalipun, dia jahat sama kamu tapi bersahabatlah dengan dia. Toh, membenci tidak akan menyelesaikan semuanya.

I know, terkadang hal itu sangatlah berat. Tetapi....

Persahabatan yang sesungguhnya bukan hanya dilihat dari seberapa banyak manfaatnya untuk kita, namun dilihat dari bagaimana kita bisa berteman dengan cara ikatan yang benar. Ikatan yang berdasarkan agama. Kalau dalam agamaku (Islam) yaitu, ikatan mabda.

Walaupun, kembali lagi, kita harus berteman dengan orang yang shaleh. Karena, kita bisa ketularan shalehnya. Jadi, manfaatnya semata-mata bukan untuk dunia, tetapi untuk akhirat juga.

Yaasshhh!!!

Gini, sih haditsnya. "Barang siapa yang berteman dengan penjual minyak wangi, maka ia akan ketularan wanginya. Dan, sebaliknya." (Asli rada lupa bunyinya. itu masih ada lanjutannya.)

Nah, seperti itulah caraku menggambarkan cara berteman di sini. Bukan karena hanya famous.

Gitu.

So, bertemanlah dengan tulus dengan semuanya. In shaa Allah akan diridha'i oleh Allah. Amin.

Dududu...
Teman yang baik adalah teman yang menyayangimu dengan tulus. Tanpa memandang kamu itu siapa.
See yoy🍃

Jbr, 04 Februari 2018.

Coretan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang