📝Semangat Manis

807 68 0
                                    

Aku bahagia.

Aku senang.

Aku bersyukur.

Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari dan selamanya. Aku harus begitu.

Satu hal yang selalu membuat aku bahagia, dimengerti oleh seseorang. Entah itu orang tua, sahabat, teman, saudara semuslim but didalam list itu gak ada 'pacar'. Aku lebih bahagia dengan sahabat. Sahabat yang aku maksud di sini bukan sahabat lawan jenis. Tetapi, sahabat-sahabat yang selalu membawa aku ke dalam kebaikan.

Bagaimana aku tidak bersyukur?

Saat aku melakukan kesalahan, aku akan diperingatkan. Dan, saat menasehati tidak di depan umum atau publik. Sahabat menasehatiku dengan empat mata, saling sharing dan memberi semangat. Disini kami saling menyemangati. Bukankah itu hal yang indah?

Aku pernah berfikir, "Kalau aku gak kenal mereka gimana, ya?" , "Kalau aku gak pindah kesini, gimana, ya?" , "Kalau aku cuma nuruti nafsuku, gimana, ya?" dan yang terakhir... "Kalau aku nunda kuliahku, gimana, ya?"

Ya. Dulu aku pernah berpikir untuk menunda kuliahku karena alasan tertentu. Orang tuaku, sih setuju. So pasti aku iya iya aja.

Waktu kelas dua belas hampir selesai, aku melihat teman-temanku pada sibuk ngurusi daftar kuliah. Aku masih bimbang. Akhirnya, aku mencoba ikut daftar juga. Honestly, aku pesimis saat itu. Bahkan, aku gak berpikir bagaimana aku ditolak atau diterima? Yang penting aku daftar. Dan, aku malah gak tau jurusan apa yang bakal aku pilih. #plak

Aku daftar di dua PTN. Yang pertama di Universitas dan kedua di Politeknik. Semua itu tanpa tes tulis. Kalau di politeknik itu ada tes wawancaranya.

Mulai dari ngurusi nilai rapor sampai ngirim berkas, aku lakukan dengan cepat. Karena saat itu, ada dua tahap seleksi (politeknik) aku harus nunggu tahap per tahap.

Ah, iya. Aku lolos tahap pertama. Tinggal tahap yang kedua, yaitu wawancara. Aku berasa nervous. Aku gak percaya diri. Aku takut salah jawab. Dan, aku takut gak bisa jawab pertanyaannya.

Tapi, Ibu selalu menyemangati dan berkata... "Berusaha dan berdo'a, Nak! Kalau memang gak lolos, masih ada yang lain." Sementara, aku mencoba tersenyum. Aku berencana kalau memang gak diterima aku akan daftar PTS.

Di sela-sela sholatku, aku terus berdo'a kepada Allah semaksimal mungkin. Aku benar-benar berserah diri kepada-Nya. Apapun Keputusan-Nya itu yang terbaik.

Dua minggu berlalu...

Pengumuman sudah tiba. Waktu itu pukul 01:45, memang tengah malam dan aku tahu kalau hasil sudah keluar. Tapi, aku tidak buru-buru membukanya. Aku ambil wudhu' dan sholat malam dahulu. Setelah selesai, aku membuka web dan akan melihat hasilnya. Tanganku gemetar, dahiku berkeringat, telapak kaki dan tangan basah. Begitulah aku saat merasa nervous.

Dan, yah, hasilnya... Nama aku ada disana.

Yay! Rasanya ketika nama kamu ada di barisan pdf itu, senang, bahagia dan terharu jadi satu. Aku langsung berlari menuju kamar Ibu dan posisinya Ibu lagi tiduran. Aku bilang, "Bu, aku diterima." aku mengembangkan senyumnya. Aku benar-benar gak bisa mendefinisikan perasaanku saat itu. Terlalu sulit.

"Alhamdulillah." kata Ibuku. "Bersyukurlah, Nak." Ibuku mengusap kepalaku. Aku senang, aku langsung memeluk Ibu.

Aku tidak tahu, bagaimana aku apabila tanpa adanya semangat dari orang tua, terutama Ibu. Pada saat itu Ibu terus memberiku dukungan. Walaupun, sebenarnya Ibu sendiri tidak yakin tapi beliau tidak pernah memperlihatkannya. Ibu tidak ingin melihat anaknya kalah sebelum berperang. Itu yang selalu dikatakan oleh Ibu.

Tidak hanya Ibu, bahkan pamanku selalu memotivasiku. Paman lebih membebaskanku daripada Ibu, karena paman ingin aku bereksplorasi dengan dunia luar. Akhirnya, Ibu meng-iyakan saja. Hua, entah bagaimana caraku bersyukur? Aku mempunyai keluarga yang begitu menyayangi aku. Mereka selalu ada, membuatku tersenyum, menyemangati aku, dan membuat moodku seketika bagus.

Begitupun, dengan sahabat.

Mereka indah seperti bintang di langit, bercahaya seperti bulan, dan bersinar seperti matahari. Dan, tidak ada yang lebih indah dari apapun saat mempunyai sahabat yang mampu membuat kamu lebih dekat dengan Allah (Read: Sahabat Taat).

Bersyukurlah disetiap waktumu.

Nanana...
Tidak ada senyuman yang lebih indah, selain senyuman keluarga dan sahabat🍭

Jbr, 10 November 2017.

Coretan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang